Politik itu Dinamis dan Sulit Diprediksi

Najmuddin M. Rasul, Ph.D

PADANG, kiprahkita.com - Dosen Universitas Andalas (Unand) Najmuddin M. Rasul, Ph.D mengatakan, politik itu dinamis dan terkadang sulit diprediksi. Apalagi, saat Pemilihan Umum (Pemilu) 2024 semakin dekat.


"Pemilu 2024 sudah semakin dekat. Pergerakan politik pun semakin menggeliat. Seiring dengan itu, semua perubahan bisa terjadi. Hari ini poros bakal calon presiden (bacapres) ada tiga,  maka esok-lusa bisa berubah dua atau tiga poros. Bahkan nama bacapres pun bisa berubah. Inilah dinamika politik," ujarnya.

 

Pakar di bidang komunikasi politik itu menjelaskan, dalam suasana politik yang sulit diprediksi itu, tidak ada kawan yang abadi, dan tidak ada pula lawan selamanya.

 

Menurutnya, hal itu bisa dilihat dari pergerakan politik di koalisi, misalnya Koalisi Perubahan untuk Persatuan, yang hari ini mencoba menggaet Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) untuk menjadikan Muhaimin sebagai bakal calon wakil presiden (bacawapres).


Realitas demikian, ujarnya, tentu wajar membuat Partai Demokrat meradang. Kalau memang benar isu duet Anies-Muhaimin, Apakah ini sebuah pengkhianatan? "Belum tentu juga. Partai Demokrat harus koreksi diri juga. Apakah selama ini sudah full dukung Anies? Inilah politik," sebutnya.


Menyinggung soal komunikasi politik Presiden Joko Widodo, Najmuddin menyebut, Jokowi memperlihatkan dan menampilkan duo sosok bacapres, yakni Ganjar dan Prabowo di beberapa event.


"Menurut saya, pertama Jokowi inginkan atau isyarat duet Ganjar-Pranowo. Kedua, Jokowi ingin memperlihatkan pada publik, bahwa dia memberi ruang yang sama pada Ganjar dan Prabowo," katanya.


Ketiga, sebutnya, Jokowi ingin memperlihatkan power yang membuat keduanya sangat tergantung pada Jokowi. Kini saatnya, kata dia, baik Ganjar maupun Prabowo mesti melepaskan diri dari ketergantungannya terhadap sosok Jokowi.(mus)

Posting Komentar

0 Komentar