PASAMAN BARAT, kiprahkita.com –Di Jorong Tamiang Ampalu, Kecamatan Koto Balingka, Kabupaten Pasaman Barat (Pasbar), aroma durian bukan sekadar penanda musim panen. Ia menjadi isyarat lahirnya peluang ekonomi baru dari kebun-kebun rakyat di sana.
![]() |
Kunjungan tersebut membuka mata banyak pihak bahwa potensi ekonomi Pasaman Barat tidak hanya bertumpu pada satu komoditas. Di balik rumah-rumah sederhana, warga mulai membangun masa depan lewat durian, yang komoditas bernilai tinggi yang perlahan menunjukkan daya saingnya.
Di rumah seorang warga bernama Iwang, rombongan pemerintah daerah berhenti. Bupati, Wakil Bupati M. Ihpan, Ketua Komisi II DPRD Pasaman Barat Nefri, serta sejumlah kepala OPD duduk bersama warga. Obrolan ringan mengalir di sela menikmati durian lokal hasil kebun sendiri. Dari meja sederhana itulah, gagasan besar tentang ekonomi rakyat mengemuka.
Durian yang disantap memiliki kualitas unggul, daging tebal, rasa legit, dan aroma kuat. Buah itu berasal dari kebun Iwang yang lokasinya cukup jauh dari permukiman. Meski demikian, hasilnya sudah mampu menunjukkan bahwa durian dapat menjadi sumber pendapatan menjanjikan bagi masyarakat pedesaan.
Tak berhenti di sana, rombongan meninjau deretan bibit durian unggul di belakang rumah. Bibit-bibit tersebut menjadi simbol investasi jangka panjang. Jika dikelola dengan baik, durian tidak hanya memberi hasil musiman, tetapi membuka rantai ekonomi, dari pembibitan, perawatan, panen, hingga pemasaran.
Dalam kunjungan kerja itu, Bupati Pasaman Barat H. Yulianto bersama Wakil Bupati M. Ihpan dan sejumlah pejabat daerah melihat langsung bagaimana durian lokal bisa menjadi sumber pendapatan yang menjanjikan. Warga setempat mulai mengembangkan kebun durian mereka, bukan hanya untuk konsumsi sendiri tetapi sebagai komoditas bernilai tinggi yang bisa dijual dan dikelola secara lebih sistematis.
Buah durian hasil kebun warga — dengan kualitas unggul, daging tebal, dan aroma kuat — dinikmati bersama oleh rombongan pemerintah, dan menjadi titik awal gagasan untuk membuka rantai ekonomi baru mulai dari pembibitan, perawatan, panen, hingga pemasaran.
Ini menunjukkan adanya transformasi ekonomi desa: dari lahan yang sebelumnya kosong menjadi kebun durian produktif yang berpotensi memberikan penghasilan berkelanjutan bagi masyarakat. Bupati H. Yulianto menilai potensi durian sebagai peluang diversifikasi ekonomi masyarakat.
Menurutnya, ketergantungan pada satu komoditas saja menyimpan risiko besar, sementara durian menawarkan nilai tambah yang stabil dan pasar yang terus tumbuh.
“Durian ini bukan sekadar buah, tapi peluang. Jika lahan-lahan kosong dimanfaatkan, ekonomi masyarakat bisa bergerak lebih luas,” ujarnya.
Ia menegaskan, pemerintah daerah siap mendorong pengembangan perkebunan rakyat melalui pendampingan, pembinaan, dan sinergi lintas sektor. Langkah ini dinilai penting agar potensi yang ada tidak berhenti pada skala kecil, tetapi berkembang menjadi kekuatan ekonomi nagari.
Senada, Ketua Komisi II DPRD Pasaman Barat, Nefri, menyebut kebun durian rakyat sebagai aset daerah yang patut dijaga dan dikembangkan. Menurutnya, ketika kebun sudah berbuah, artinya masyarakat telah membuktikan kemampuannya mengelola potensi sendiri.
“Ini contoh nyata ekonomi berbasis rakyat. Jika didukung kebijakan yang tepat, dampaknya akan langsung dirasakan masyarakat,” katanya. Bagi warga seperti Iwang, kebun durian adalah bentuk perlawanan terhadap keterbatasan. Dari tanah yang diolah dengan sabar, ia membangun sumber penghidupan yang berkelanjutan.
Apa yang ia lakukan kini menjadi inspirasi bahwa ekonomi desa dapat tumbuh dari tangan sendiri, bukan semata menunggu bantuan.
Di Tamiang Ampalu, pohon-pohon durian kini berdiri sebagai simbol perubahan. Dari akar yang menancap kuat di tanah kampung, tumbuh keyakinan bahwa masa depan ekonomi Pasaman Barat bisa bersemi dari kebun rakyat pelan, tetapi pasti. Potensi itu kini menunggu satu hal yaitu keberlanjutan. Ketika pemerintah dan masyarakat berjalan seiring, durian bukan hanya menjadi buah kebanggaan, tetapi juga motor penggerak ekonomi daerah. (TopSumbar/BS)*

0 Komentar