PASBAR, kiprahkita.com -- Dia adalah putra Pasaman Barat (Pasbar), yang lulus untuk kuliah ke Yaman. Langkahnya nyaris tersandung, karena berasal dari keluarga tidak mampu.
Begitu menerima surat pemberitahuan diterima untuk kuliah di Universitas Darul Ulum Asy-Syar'iyyah Yaman, Sholahuddin pun terpana. Asanya untuk mendalami ilmu di luar negeri pun menyala-nyala.
Dipandangnya surat pemberitahuan erat-erat. Terbayang pula betapa risaunya kedua orangtua untuk menyediakan dana keberangkatan Sholahuddin. Kendati berat, tapi kabar gembira itu tetap disampaikan kepada ayahnya; Ustad Suhardin.
Keluarga ini tidak tinggal di pusat kota, tetapi di daerah terpencil di lembah Gunung Pasaman. Kampungnya bernama Ladang Rimbo, berada di Nagari Lubuklandur Aur Kuning, Kecamatan Pasaman. Akses ke situ pun, sebenarnya tidak mudah.
Ardinan, salah seorang kepala Sekolah Dasar Negeri yang bertugas di Ladang Rimbo itu menyebut, jarak dari pusat kabupaten sekitar 15 kilometer. Tapi, sekitar tiga kilometer harus dilintasi dengan stamina dan kewaspadaan tinggi. Salah-salah, bisa celaka.
"Jalannya sempit, berbatu-batu tajam. Sulit untuk dilintasi sepeda motor rendah, karena bisa saja tersangkut di bebatuan itu," jelasnya.
Kembali ke cerita tentang Sholahuddin. Diterimanya untuk kuliah di Yaman itu, bukan sekadar cita-cita, tetapi juga martabat kampung halamannya bernama Ladang Rimbo tersebut. Kebanggaan Pasbar di masa mendatang.
Tidak banyak anak-anak dari kampung itu yang menikmati bangku kuliah. Jangan kan ke luar negeri, di dalam wilayah Sumbar saja mungkin tidak ada.
Suhardin, ayah Sholahuddin, tak mampu menyembunyikan rasa syukur dan gembiranya, begitu mendapat kabar lulusnya sang putra kebanggaan keluarganya itu.
"Alhamdulillah. Ini adalah capaian yang sangat luar biasa," ucapnya, lalu kemudian langsung termenung. Ada raut sedih dan rona beban berat terpancar dari wajahnya.
"Ambo basyukur bana rasoe pak. Tapi memang dana ko agak barek pak, banyak pitih paralu nampaknyo pak, bisa mencapai angka puluhan juta. Baa lai, mudah-mudahan ado jalan kalua e pak, lai nan mambantu,” ucapnya dalam logat Minang khas Nagari Aua Kuniang beserta nagari-nagari hasil pemekarannya.
Terjemahan bebas ucapan Suhardin itu, kita-kira begini: Saya benar-benar bersyukur pak. Tapi soal pembiayaannya itu (untuk sampai ke Yaman) terasa sangat berat. Tidak sedikit uang dibutuhkan, mungkin puluhan juta rupiah. Mau bagaimana lagi, mudah-mudahan ada jalan keluarnya. Ada dermawan yang berkenan membantu.
Secara terpisah, Sholahuddin menyebut, motivasinya menuntut ilmu ke Yaman itu adalah untuk mendapatkan ridha Allah, menjadi ulama yang akan menerangi warga kampung halamannya.
Dia pun menyadari, banyak persiapan yang harus dilakukan, di antaranya biaya keberangkatan yang dijadwalkan pada pertengahan Juli 2023 ini. Semoga ada yang berkenan membantu Sholahuddin mewujudkan cita-citanya.(ardinan)
0 Komentar