Sampah Sisa Makanan



Oleh Musriadi Musanif
Ketua Forum Wartawan Kota Serambi Mekah


PADANG PANJANG, kiprahkita.com - Sebuah pesta di restoran hotel berbintang empat. Dihadiri belasan orang, tapi ragam makanannya luar biasa. Pengunjung hanya cicip sana cicip sini, lalu meninggalkannya begitu saja.

Makanan bekas cicip-cicip itu masih memenuhi piring dan mangkok, tapi kemudian berubah status menjadi sampah, lantaran tak ada yang mau memakannya lagi.

Hal serupa ditemukan di pesta-pesta pernikahan, rumah makan, dan restoran. Nasi bungkus dalam sebuah acara juga bernasib sama. Dimakan sedikit, lalu berubah status jadi sampah.

Sungguh! Begitulah ironisme nan tersaji setiap hari di depan mata. Sebuah prilaku mubazir yang tidak saja disukai syetan, tetapi juga 'dimarahi' Allah Sang Pemilik Hakiki Makanan.

Begitulah. setiap tahun, sekitar 1,3 miliar ton makanan terbuang. Di Indonesia, dari tahun 2000 hingga 2019, antara 23 hingga 48 juta ton makanan jadi sisa, dan terbuang. Setara dengan 115 hingga 184 kg per kapita.

Sementara itu, menurut data yang dipublikasikan muhammadiyah.or.id, pada 2019 tercatat 931 juta ton, atau setara dengan 17 persen dari total makanan yang dihasilkan terbuang.

Bayangkan! Jumlah ini setara dengan 23 juta truk, masing-masing dengan berat 40 ton. Betapa tingginya angka pemborosan dan prialaku mubazir, di tengah masih banyak anak bangsa ini yang kesulitan mendapatkan makan.

Parahnya, sebagai negara yang turut berkontribusi dalam masalah pemborosan makanan, Indonesia tercatat sebagai salah satu dari lima besar negara penghasil sampah makanan. Sebuah fakta yang harus menjadi peringatan bagi kita semua.

Sekretaris Lembaga Pemuliaan Lingkungan Hidup (LPLH) MUI Pusat Dr. Suhardin merilis, 47,4 persen sampah secara nasional di Indonesia adalah sisa makanan.

Dengan mengutip data dari Sistem Informasi Pengelolaan Sampah Nasional (SIPSN) tahun 2022, Suhardin menyebut, total timbunan sampah rumah tangga dari seluruh kabupaten kota di Indonesia sebanyak 3,8 juta ton. Dari timbulan sampah sebanyak itu, sekitar 1,2 juta ton (31,05 persen) di antaranya tidak terkelola.

"Menilik dari komposisi sampah berdasarkan jenisnya, sampah sisa makanan paling mendominasi dengan capaian 47,4 persen. Ini berarti masyarakat Indonesia membuang sebanyak 1,8 ton makanan dalam setahun terakhir. Angka yang sepertinya cukup untuk memenuhi kebutuhan masyarakat lain yang kekurangan makanan," sebutnya.

Perlu pula diingat, mayoritas penduduk Indonesia beragama Islam. Prilaku mubazir adalah prilaku syetan dan sangat dibenci seorang muslim. Berton-ton makanan yang dibuang, lalu akhirnya menjadi sampah, jelas prilaku mubazir yang amat merisaukan.

Sebelum mengakhiri perspektif ini, mari kita simak sajian Sistem Informasi Pengelolaan Sampah Nasional (SIPSN) Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), sebagaimana dikutip dari katadata.co.id:

Volume sampah di Indonesia pada 2022 mencapai 19,45 juta ton. Angka tersebut menurun 37,52 persen dari 2021 yang sebanyak 31,13 juta ton.

Berdasarkan jenisnya, mayoritas sampah nasional pada 2022 sisa makanan dengan proporsi 41,55 persen, sampah plastik 18,55 persen, kayu ranting 13,27 persen, kertas dan karton 11,04 pesen, sampah logam 2,86 persen, kain 2,54 persen, kaca 1,96 persen, karet 1,68 persen, dan sampah lainnya 6,55 persen.

Provinsi dengan sampah terbanyak adalah Jawa Tengah sebanyak 4,25 juta ton atau 21,85 persen dari total tsampah nasional, DKI Jakarta 3,11 juta ton, Jawa Timur 1,63 juta ton, dan Jawa Barat 1,11 juta ton.

Ironisnya, Indonesia termasuk penghasil sampah plastik dan sisa makanan terbesar dunia.***

Posting Komentar

0 Komentar