Ramadhan Syahrul Quran

Oleh Dr. Suhardin, S.Ag., M.Pd. 

Sekretaris Lembaga Dakwah Komunitas

Pimpinan Pusat Muhammadiyah


OPINI, kiprahkita.com - Ada sembilan sebutan bulan Ramadhan, Syahrul Mubarok, bulan yang penuh keberkahan, karena banyak kebaikan dan keberkahan pada bulan Ramadhan. 


Syahrul Shiyam, bulan puasa, karena pada bulan ini orang-orang yang beriman diwajibkan berpuasa, sebagaimana juga diwajibkan pada ummat sebelumnya. 


Syahrul Qiyaam, bulan untuk banyak berdiri menegakkan shalat. Syahrul Ibadah, pahala ibadah di bulan ini berbeda dengan di bulanlain, berlipat ganda. 



Syahrul Maghfiroh, bulan pengampunan dosa yang dilakukan secara sengaja dan tidak sengaja sebelumnya. 


Syahrul Shobr, selama bulan Ramadhan dilatih dan didik untuk bersikap sabar. Syahrul Jud, bulan kedermawanan, pada bulan ini dituntut dan dituntut bersedekah terhadap saudara. 


Syahrul Tarbiyah, bulan pendidikan, pelatihan, baik diri, keluarga dan komunitas. Dan terakhir Syahrul Quran, Bulan Al-Quran, dimana pada bulan tersebut Al-Quran diturunkan oleh Allah SWT kepada Rasulullah Muhammad SAW.      


Ramadhan dianggap sebagai bulan Al-Quran karena: Pertama pada bulan Ramadhan, Al-Quran diturunkan oleh Allah SWT “Syahru Ramadhannallazi unzila fiil Quran hudha linnnas wabaiyyinati minal huda wal furqan”.


Pada bulan Ramadhan, Al-Quran diturunkan oleh Allah SWT, untuk menjadi petunjuk kepada manusia dan memberikan penjelasan, terhadap petunjuk-petunjuk yang lalu, dan menjadi pembeda terhadap petunjuk yang sudah ada sebelumnya. 


Al-Quran merupakan inspiration of saint and civilization, Al-Quran menginspirasi bagi para pemikir, peneliti, dan pengkritisi untuk mempelajari lebih jauh dan lebih dalam, terhadap spirit yang terkandung dalam Al-Quran. 


Pesan singkat padat dan sangat benar yang terdapat dalam Al-Quran, jika dipelajari dengan seksama dalam tempo yang relatif terukur, akan memberikan beberapa keberkahan untuk kehidupan segenap makhluk. 


Al-Quran berbicara tentang menyusui anak selama dua tahun, (wafisholuhu fi amayni) memberikan inspirasi kepada manusia yang berpikir, tentang perlunya mengelola dan menata kelahiran dan ibu yang melahirkan. 


Kelahiran bayi, perlu pengetahuan tentang pra natal, natal dan pasca natal, agar terjadi pertumbuhan dan perkembangan anak yang baik, sebagai cikal bakal generasi emas dikemudian hari. 


Al-Quran menyebutkan janganlah berucap uff terhadap orang tua (walataqullahamu uff), ini mengggambarkan betapa dahsyatnya kemukjizatan Al-Quran, untuk kemaslahatan kehidupan manusia yang berperadaban. 


Orang tua renta yang tidak punya kuasa dan tenaga, diberikan advokasi oleh Allah SWT untuk ia sebagai seorang yang wajib dihormati oleh anak, karena setelah Allah SWT, orang tualah yang memiliki peran penting untuk kesuksesan dan kejayaan manusia sekarang. 


Disaat di rinya tidak berdaya, maka anak dituntut untuk memberikan perhatian, pelayanan, dan penghormatan tinggi terhadapnya, sebab ia tidak punya kemampuan lagi dalam kehidupan ini, peran orang lain, di luar dirinyalah yang ia butuhkan, terutama sekali anak kandungnya sendiri. 


Dengan orang tua tidak boleh memberikan pernyataan menolak atas permintaan, yang ia ajukan kepada anak, sekalipun permintaan sangat berat. 


Permintaan syirik dan melanggar perintah agama, bisa tidak dilakukan, tetapi tetap memberikan pelayanan terhadap dirinya, sekalipun anak dan orang tua berbeda keyakinan. Ini menunjukkan Al-Quran menjunjung tinggi keadaban ummat manusia. 


Kedua, bulan Ramadhan disebut sebagai syahrul Quran, karena bulan inilah yang sangat strategis untuk melakukan literasi Al-Quran, membacanya secara privasi dan berkelompok (berjamaah). 


Dalam suasana santai, rilek, atau waktu khusus, para soimun dan soimat berusaha untuk senantiasa bersama Al-Quran, baik dalam bentuk mushaf maupun yang sudah ada dalam android masing-masing. 

Kebiasaan membaca Al-Quran senantiasa dibudayakan pada bulan Ramadhan, sehingga budaya ini tetap terjaga di luar bulan Ramadhan sebagai life style orang-orang beriman.


Ketiga, pada bulan Ramdhan dihidupkan kajian-kajian, pengkajian yang semuanya mengambil sumber Al-Quran dan coba disarahkan, dibahas sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan. 


Ada juga kajian dalam bentuk tafsir, dengan berusaha melakukan proses burhani, mencoba untuk menjelaskan ayat dengan ayat dan ayat dengan hadits, antar ayat dan hadits terhubung pada tema yang disampaiakn oleh ayat yang tengah dibahas. 


Boleh juga dengan mengambil tema tertentu yang disarah dan dijelaskan berbasis pendekatan Al-Quran dan hadits, dilengkapi dengan ilmu-ilmu alat yang lain, seperti Nahwu, Syaraf, Mantiq, Bayan, Balaqah, Ilmu Tafsir, Tafsir, Ilmu Hadits dan Hadits, sehingga kajiannya menarik dan dapat dijadikan kazanah ilmu pengetahuan dalam majelis taklim. 


Hal ini strategis dilakukan dalam bulan Ramadhan, sehingga memungkinkan dilakukan di luar bulan Ramadhan.


Keempat, pada bulan Ramadhan terdapat satu malam, yang sangat didambakan dan ditunggu-tunggu oleh ummat Islam dengan sebutan malam Laylatul Qadr, malam yang mana pada malam tersebutlah Al-Quran diturunkan Allah SWT kepada Nabi Besar Muhammad SAW dengan turunnya segenap roh, sehingga pada malam tersebut lebih baik dari seribu bulan. 


Hal ini tentu perlu kajian tersendiri dan lebih dalam, sehingga dapat menangkap makna hakikinya, agar tidak salah dalam memahaminya. 


Dari empat hal tersebutlah, maka bulan Ramadhan disebut dengan bulan Al-Quran (Syahrul Quran), bulan yang menjadi episentrum menghidupkan Al-Quran. 


Sehingga Al-Quran bukan hanya sebagai kitab pajangan, tetapi dibaca, dikaji, didalami, dihayati dan diamalkan dalam kehidupan nyata, real of life kaum yang believe in Allah dan faith terhadap Islam sebagai style of life. Nashrun Minallah.***

Posting Komentar

0 Komentar