- Oleh Wahyu Salim
- Penyuluh Agama dan Ketua PCM X Koto
OPINI, kiprahkita.com - Hari Kesaktian Pancasila, sudah menjadi konsensus nasional, Pancasila menjadi dasar negara dan landasan ideologis berbangsa dan bernegara.
Sukarno, presiden pertama Indonesia pernah mengatakan, pancasila adalah sumbangan terbesar umat Islam untuk Indonesia. Pancasila merupakan jerih payah bersama antara golongan Islam dan kebangsaan.
Tulisan ini akan menyingkap nilai-nilai Alquran dan Sunnah yang relevan dengan Pancasila.
Pancasila sebagai dasar negara Republik Indonesia, mengandung nilai-nilai luhur yang mendasari kehidupan berbangsa dan bernegara.
Dalam hal ini, nilai-nilai Alquran dan Sunnah memiliki relevansi yang kuat dengan setiap sila yang ada dalam Pancasila.
Sebagai landasan agama bagi mayoritas penduduk Indonesia, Islam mengajarkan prinsip-prinsip yang sejalan dengan Pancasila.
Berikut adalah kajian mengenai relevansi antara nilai-nilai Alquran, Sunnah, dan Pancasila.
1. Ketuhanan yang Maha Esa
Sila pertama Pancasila: Ketuhanan yang Maha Esa, menegaskan bahwa bangsa Indonesia mengakui keberadaan Tuhan sebagai pusat kehidupan.
Dalam ajaran Islam, konsep tauhid atau keesaan Allah adalah prinsip yang paling mendasar, sebagaimana ditegaskan dalam Alquran, Surat Al-Ikhlas (112:1): "Katakanlah: Dialah Allah, Yang Maha Esa."
Nilai ini mengajarkan pentingnya keyakinan kepada Tuhan yang satu, sebagai fondasi utama kehidupan spiritual dan sosial umat manusia.
Sunnah Nabi Muhammad SAW juga menekankan pentingnya memurnikan tauhid, dimana Rasulullah bersabda: "Barang siapa yang mengucapkan 'Laa ilaaha illallah' dengan ikhlas, maka dia akan masuk surga" (HR. Bukhari).
Prinsip ini mendukung nilai sila pertama, yaitu kepercayaan pada Tuhan Yang Maha Esa sebagai landasan kehidupan spiritual bangsa Indonesia.
2. Kemanusiaan yang Adil dan Beradab
Sila kedua, Kemanusiaan yang Adil dan Beradab, menekankan pentingnya menghargai martabat manusia dengan adil dan bermartabat.
Dalam Alquran, manusia dipandang sebagai makhluk yang dimuliakan oleh Allah, sebagaimana termaktub dalam QS. Al-Isra (17:70): "Dan sungguh, telah Kami muliakan anak cucu Adam."
Ayat ini menggambarkan, setiap manusia memiliki hak untuk diperlakukan dengan adil dan dihormati martabatnya.
Sunnah Nabi juga memberikan contoh keadilan dan peradaban dalam perlakuan terhadap sesama. Rasulullah SAW bersabda: "Tidaklah seseorang beriman hingga dia mencintai untuk saudaranya apa yang dia cintai untuk dirinya sendiri" (HR. Bukhari dan Muslim).
Hal ini sesuai dengan semangat sila kedua, yang menekankan pada pentingnya keadilan sosial dan penghargaan terhadap kemanusiaan.
3. Persatuan Indonesia
Sila ketiga, Persatuan Indonesia, berfokus pada pentingnya menjaga kesatuan bangsa dengan mengutamakan kepentingan bersama di atas kepentingan pribadi atau kelompok.
Dalam Islam, Alquran mendorong umatnya untuk menjaga persatuan, sebagaimana dinyatakan dalam QS. Ali Imran (3:103): "Dan berpegang teguhlah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai berai."
Rasulullah SAW juga menganjurkan persatuan umat dengan menekankan pentingnya ukhuwah (persaudaraan) antar sesama Muslim dan masyarakat luas. Dalam sabdanya: "Seorang Muslim adalah saudara bagi Muslim lainnya, tidak boleh menzaliminya dan tidak boleh membiarkannya dalam kesusahan" (HR. Bukhari).
Nilai ukhuwah ini mendukung terciptanya persatuan nasional yang kuat dan harmonis, sebagaimana yang diamanatkan dalam sila ketiga.
4. Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan/Perwakilan
Sila keempat, Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan/Perwakilan, mengajarkan pentingnya musyawarah dan kebijaksanaan dalam mengambil keputusan untuk kepentingan bersama.
Prinsip musyawarah sangat dijunjung tinggi dalam Islam, sebagaimana firman Allah dalam QS. Asy-Syura (42:38): "Dan (bagi) orang-orang yang menerima (mematuhi) seruan Tuhannya dan melaksanakan shalat, sedang urusan mereka (diputuskan) dengan musyawarah di antara mereka."
Nabi Muhammad SAW pun selalu mengedepankan musyawarah dalam urusan kenegaraan dan masyarakat. Misalnya, dalam Perang Uhud, Rasulullah bermusyawarah dengan para sahabat untuk menentukan strategi perang.
Nilai musyawarah ini sejalan dengan prinsip Pancasila yang menekankan pada pentingnya proses deliberatif dan kebijaksanaan dalam pengambilan keputusan, sebagaimana tercermin dalam sila keempat.
5. Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia
Sila kelima, Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia, berfokus pada distribusi keadilan yang merata dalam segala aspek kehidupan sosial, ekonomi, dan politik.
Islam menekankan pentingnya berlaku adil dan memberikan hak kepada setiap orang. Dalam QS. An-Nisa (4:58), Allah berfirman: "Sesungguhnya Allah memerintahkan kamu untuk menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya, dan apabila kamu menetapkan hukum di antara manusia, hendaklah kamu menetapkannya dengan adil."
Sunnah Nabi juga mengajarkan pentingnya keadilan sosial. Rasulullah SAW bersabda: "Sesungguhnya orang-orang yang adil berada di sisi Allah di atas mimbar dari cahaya" (HR. Muslim).
Hal ini menekankan bahwa keadilan adalah elemen penting dalam kehidupan bermasyarakat, sebagaimana yang terkandung dalam sila kelima Pancasila.
Kesimpulan
Nilai-nilai yang terkandung dalam Alquran dan Sunnah memiliki keselarasan dengan setiap sila dalam Pancasila.
Konsep ketuhanan, kemanusiaan, persatuan, musyawarah, dan keadilan sosial dalam Islam memperkuat fondasi moral dan etika bangsa Indonesia.
Oleh karena itu, implementasi nilai-nilai Alquran dan Sunnah dalam kehidupan sehari-hari dapat memperkokoh pengamalan Pancasila sebagai dasar negara, demi terwujudnya masyarakat yang adil, makmur, dan beradab.
Semoga tulisan ini dapat menambah kecintaan dan semangat Islam Berkemajuan dalam mewujudkan Indonesia Maju dan Indonesia Emas 2045. WALLHU A’LAM.***
0 Komentar