Berapa Banyak Uang Tunai yang Ideal Disimpan di Tabungan?

Berapa Banyak Uang Tunai yang Ideal Disimpan di Tabungan?

NASIONAL, kiprahkita.com Di tengah gejolak ekonomi yang tidak menentu seperti saat ini, istilah "cash is king" kembali mencuat. Ungkapan tersebut menggambarkan situasi ketika para pelaku pasar dan individu lebih memilih menyimpan kekayaannya dalam bentuk uang tunai—baik dalam mata uang rupiah maupun dolar AS—ketimbang dalam bentuk aset lain yang kurang likuid. Langkah ini dinilai lebih aman karena dana tunai memberikan fleksibilitas dalam menghadapi krisis atau kebutuhan mendesak.

Satu Bulan Kebutuhan 

Namun, pertanyaan krusial pun muncul: berapa banyak uang tunai yang sebaiknya kita simpan di tabungan?

Antara Kebutuhan dan Risiko

Perencanaan keuangan secara umum menyarankan agar jumlah uang tunai di tabungan setidaknya cukup untuk memenuhi kebutuhan bulanan selama satu bulan. Ini berarti mencakup semua pengeluaran tetap seperti biaya makan, transportasi, listrik, air, cicilan, hingga biaya pendidikan anak, jika ada.

Jumlah ini dianggap memadai untuk menjadi "bantal darurat" jika terjadi hal tak terduga seperti keterlambatan gaji, kebutuhan medis, atau musibah kecil lainnya. Namun, menyimpan terlalu banyak uang dalam bentuk tunai di tabungan juga bukan keputusan yang sepenuhnya aman. 

Risiko utama yang mengintai adalah inflasi—musuh diam-diam yang menggerogoti daya beli. Ketika inflasi meningkat, nilai uang yang kita simpan di rekening perlahan menurun, sehingga uang tersebut bisa membeli lebih sedikit barang atau jasa di masa mendatang.

Selain itu, risiko fraud (penipuan) dan kesalahan transaksi digital juga patut diwaspadai. Meski sistem perbankan semakin canggih, celah keamanan tetap ada.

Menemukan Keseimbangan

Idealnya, selain memenuhi kebutuhan satu bulan, seseorang juga disarankan memiliki dana darurat sebesar 3–6 kali pengeluaran bulanan. Namun, dana darurat ini tidak seluruhnya harus berada dalam rekening tabungan. Sebagian bisa ditempatkan di instrumen keuangan lain yang relatif likuid dan aman, seperti deposito berjangka pendek, reksa dana pasar uang, atau obligasi ritel negara. Strategi ini akan memberikan kombinasi antara keamanan dan potensi imbal hasil yang lebih baik dibanding sekadar menyimpan semuanya di tabungan.

Misalnya, jika pengeluaran Anda sebesar Rp5 juta per bulan, maka simpanlah Rp5 juta di tabungan untuk keperluan satu bulan, dan alokasikan Rp10–15 juta di instrumen keuangan yang lebih menguntungkan namun tetap mudah dicairkan bila diperlukan.

Literasi Keuangan Jadi Kunci

Salah satu kesalahan umum adalah menganggap bahwa menyimpan uang di tabungan sebanyak-banyaknya adalah langkah aman. Padahal, uang yang tidak berkembang nilainya sama dengan kekayaan yang stagnan. Untuk itu, literasi keuangan menjadi kunci utama. Masyarakat perlu memahami perbedaan antara menabung, berinvestasi, dan menjaga likuiditas.

Dengan pemahaman yang baik, kita bisa mengelola keuangan pribadi secara cermat dan strategis, tanpa terjebak dalam mitos "lebih banyak uang di tabungan, lebih baik."

Penutup

Menyimpan uang tunai di tabungan memang penting, apalagi di masa penuh ketidakpastian seperti sekarang. Namun, penting juga untuk memahami batas optimal dan risiko yang menyertainya. Cukupkan untuk kebutuhan bulanan, lindungi sisanya lewat instrumen keuangan yang tepat.

Dengan cara ini, kita tidak hanya menjaga keamanan, tetapi juga menjaga pertumbuhan kekayaan di tengah tantangan zaman. Karena pada akhirnya, bukan hanya "cash is king", tetapi juga "smart cash management is power".

Indonesia — Di tengah ketidakpastian ekonomi saat ini, ada ungkapan "cash is king". Istilah ini merujuk pada fenomena di mana para pelaku pasar lebih memilih memegang uang tunai, bisa dalam bentuk tabungan atau instrumen investasi dalam bentuk dolar AS yang likuid, saat ekonomi tengah bergejolak.

Pertanyaannya, seberapa banyak uang cash yang harus kita miliki di tabungan?

Perencana keuangan umumnya menyarankan dana yang disimpan di rekening jumlahnya cukup untuk menutupi tagihan pembayaran selama sebulan. Sebab, jika kebanyakan, ada risiko yang bisa membuat simpanan Anda menguap begitu saja, salah satunya risiko fraud, inflasi, atau kesalahan transaksi. (Yus MM/*)

Posting Komentar

0 Komentar