Kiprah Kita Nuansa Baru: Melanjutkan Jejak, Menjaga Amanah, Meraih Harapan

Kiprah Kita: Melanjutkan Jejak, Menjaga Amanah, Meraih Harapan

NASIONAL, kiprahkita.com Dalam dunia yang terus bergerak cepat, sering kali kita lupa bahwa di balik setiap karya, ada jiwa yang bersusah payah membangunnya. Ada idealisme, ada dedikasi, dan ada cinta yang ditanamkan hingga tumbuh menjadi sesuatu yang bernama Kiprah Kita Nuansa Baru. 

Musriadi Musanif bersama Tokoh Nasional 

Blog ini bukan sekadar ruang tulisan. Ia adalah warisan pemikiran dan kerja keras Bapak Musriadi Musanif, seorang sahabat, suami, dan ayah yang dikenal gigih serta konsisten membagikan ilmu dan inspirasi melalui tulisan-tulisannya.

Kini, tongkat estafet itu dilanjutkan oleh saya, Yusriana Musriadi Musanif binti Kalimaskun Siregar, istri beliau. Tidak mudah melanjutkan jejak seseorang yang begitu dicintai dan dihormati oleh komunitasnya. Namun, saya percaya, cinta yang sama itulah yang akan terus menghidupkan Kiprah Kita Nuansa Baru—cinta dari para pembaca, sahabat, dan keluarga beliau yang masih setia membuka, membaca, dan membagikan tulisan-tulisannya dan tulisan saya istrinya.

Mengapa Masih Menggunakan Nama, Foto, dan Akun Beliau?

Pertanyaan ini kerap muncul. Bahkan tak jarang diiringi kritik yang menusuk. Membuat saya menangis dan beriba hati. Tapi izinkan saya menjelaskan dengan jujur dan terbuka. Mungkin Bapak Ibu lupa atau bahkan tidak pernah mengalaminya sehingga mengeluarkan protes dan kritik yang menyakiti perasaan kami sebagai penderita.


Musriadi Musanif adalah nama yang telah dikenal dan dipercaya. Akun media sosial beliau masih memiliki jangkauan luas, sahabat, dan pengikut yang peduli sangat banyak. Buktinya, bulan April lalu, saya sudah bisa melunasi invoice-2025- April Kiprah Kita Nuansa Baru ini sebesar 39 Juta rupiah. sehingga untuk satu tahun ke depan usaha ini akan berada di posisi aman sesuai dukungan Bapak Ibu semua sahabat beliau.

Mari Santuni Anak Yatim 

Kami tidak sedang menunggangi nama besar beliau, tapi menjaga warisan yang beliau titipkan. Setiap tulisan yang saya bagikan di akun beliau bukan sekadar konten, melainkan kelanjutan dari perjuangan hidup bersama. Setiap klik, setiap pembukaan halaman tulisan yang saya bagikan, secara tidak langsung telah menjadi donasi kecil yang sangat berarti bagi keberlangsungan keluarga yang beliau tinggalkan.

Antara Cita-cita Anak dan Tumpukan Tanggungan

Meneruskan usaha ini bukan hanya tentang menjaga nama baik beliau, tetapi tentang bertahan dan bangkit. Anak laki-laki kami nomor 2 kini sedang menempuh semester dua di Universitas Negeri Semarang (UNNES) pada Fakultas Hukum, masih sangat membutuhkan biaya kuliah, uang kost. dan hidup harian. Anak perempuan kami masih duduk di bangku kelas 8 MTsN Padang Panjang, memerlukan perhatian, kasih sayang, dan kelangsungan pendidikan yang layak ke depan seperti kedua abangnya. Alhamdulillah mereka berdua mendapatkan beasiswa dari BPJS Ketenagakerjaan Cabang Tanah Datar.

Anak sulung beliau, laki-laki, Alhamdulillah baru wisuda Agustus 2024 dan sedang meniti karir sebagai ASN di LKPP RI. Baru mulai bekerja 2 Mei 2025 ini.

Mengajar Membaca Anak Fakir Miskin 

Di tengah semangat melanjutkan kehidupan itu, saya selaku istri masih bergelut dengan warisan tanggungan: cicilan rumah, utang kendaraan, biaya pendidikan anak, dan sisa pinjaman di dua bank maupun koperasi sekolah yang jumlah totalnya mencapai lebih dari setengah miliar rupiah. Semua ini tidak kami tutupi. Kami terbuka, karena kami percaya kejujuran adalah pondasi dari kepercayaan yang telah lama kami jaga bersama pembaca dan sahabat beliau.

Tidak Sekadar Keluarga—Kami Tetap Mengasuh

Saya tidak hanya mengasuh anak-anak kandung kami, tetapi juga tetap melanjutkan kepedulian suami saya terhadap anak-anak yatim dan fakir miskin berupa anak-anak dari pihak keluarga saya dan keluarga beliau yang beliau sayangi semasa hidup. Di tengah keterbatasan, saya tetap berusaha memberi. Karena saya percaya, apa yang kita tanam hari ini, itulah yang akan dituai oleh anak-anak kita esok hari.

Jangan Hentikan Proses Ini dengan Protes

Saya tahu tidak semua orang mengerti perjalanan dan perjuangan hidup orang lain ini. Bisa jadi karena terbiasa hidup mapan dan cukup apalagi tidak langsung mengalami. Namun saya mohon, jangan menghentikan proses ini dengan protes dan kritik. Cobalah diresapi dulu sebelum melontarkan protes dan kritik. Renungkan, apakah Anda sudah datang sekedar takziah ke rumah duka? Sudahkan datang menyantuni anak-anak yatim beliau? Sudah adakah pengorbanan Anda untuk keluarganya? Sudahkah Anda tanya kabar dan kesehatan mereka?

Jangan mencela karena kami masih menggunakan akun, nama besar, dan foto beliau. Ini adalah fase transisi yang sedang saya jalani pelan-pelan. Dengan berat hati, saya belajar menulis. Saya harus belajar memahami dunia digital yang dulu lebih beliau kuasai demi sejumlah uang yang beliau tinggalkan dan telah saya pakai untuk transportasi anak-anak bolak balik Semarang-Jakarta-Padang Panjang-Pasaman Barat ketika beliau diselenggarakan. Rekening saya kosong saat itu. Rekening Kiprah Kita Nuansa Baru yang berisi.

Beliaupun berwasiat, "Ma Teguh, uang di rekening Kiprah Kita Nuansa Baru ini jangan pakai dulu. Tunggu kabar dari google."

Dari sana saya harus bangkit. Bagaimana google akan menghubungi saya bila usaha Kiprah Kita Nuansa Baru tidak online? Siapa yang akan membaca tulisan saya bila tidak saya pakai nama besar beliau, nomor HP beliau, akun beliau, dan Facebook beliau. Saya belajar berdiri sendiri sambil tetap membawa serta semangat dan visi beliau. Andaikan tak ada yang protes dan mengkritik, saya akan tetap mempertahankan semua profil beliau karena bagi saya beliau sedang "Dinas ke Luar Kota tepatnya di Balik Papan."

Bila WA beliau masuk ke WA saya, sayapun akan terlupa bahwa yang menulis pesan di HP beliau itu saya sendiri padahal, Bagi saya beliau tetap hidup. Dulu saya takut melihat foto orang yang sudah meninggal. Tetapi sekarang tidak. Foto beliau menghibur saya karena memang beliau sering meninggalkan kami pergi dinas di luar kota. Saya doakan semoga keluarga para pengkritik itu senantiasa umur panjang dan sehat selalu sehingga tak akan pernah merasakan apa yang kami rasakan ini.

Menjual Sembako dengan Subsidi

Saya tahu semua butuh waktu maka bersabarlah, dan saya butuh waktu. Perlahan akan saya kabulkan keinginan Bapak Ibu tersebut. Kapan? Saya tidak tahu. Kata teman saya, "Uni sudah 15 tahun Yus. Masih belum bisa."

Tapi yang paling saya butuhkan dari Bapak Ibu adalah empati dan pengertian dari Bapak Ibu sekalian—para sahabat, pembaca, dan penyangga moral yang selama ini telah menjadi bagian dari perjalanan Kiprah Kita Nuansa Baru. Doakan saja semua lancar. Anak kandung dan anak-anak asuh saya semua sukses. 

Kiprah Kita Nuansa Baru Harus Lanjut

Karena tulisan adalah warisan. Karena keluarga adalah tanggung jawab. Karena anak-anak masih memiliki masa depan yang harus diperjuangkan.

Dengan kerendahan hati, saya mengajak Bapak Ibu untuk terus mendukung. Setiap kali Anda membuka tulisan saya di akun atau media sosial suami saya, berarti Anda telah menyumbang sekian rupiah untuk keberlanjutan hidup anak yatim dan keluarganya.

Terima kasih atas doa, dukungan, dan kebesaran hati Bapak Ibu semua. Mari kita teruskan kiprah ini, bukan hanya untuk mengenang, tetapi untuk menjaga api harapan yang telah beliau nyalakan—agar tidak pernah padam. Bahkan kami menunggu tulisan Bapak Ibu untuk kemajuan Kiprah Kita Nuansa Baru. Silahkan Bapak Ibu kirim kegiatan Bapak Ibu kepada kami. Bisa melalui pesan FB beliau juga bisa melalui WA. Semua bisa Bapak Ibu akses di ruang redaksi.

(Yusriana Musriadi Musanif binti Kalimaskun Siregar, (Yus MM) Penjaga api kecil yang ingin tetap menyala).

Posting Komentar

0 Komentar