Produksi Ikan Tawar Pasaman Capai 14.264 Ton di Triwulan I 2025, Lampaui Target
PASAMAN, kiprahkita.com –Sumatera Barat – Dinas Perikanan dan Pangan Kabupaten Pasaman mencatat total produksi ikan tawar sepanjang Triwulan I tahun 2025 mencapai 14.264,21 ton. Angka ini berhasil melampaui target yang ditetapkan Pemerintah Kabupaten Pasaman untuk periode tersebut, yakni 14.000 ton.
Kepala Dinas Perikanan dan Pangan Pasaman, M. Dwi Richie, mengatakan capaian tersebut merupakan hasil kerja keras para pembudidaya ikan yang tersebar di sejumlah kecamatan sentra perikanan.
![]() |
Ikan Mas Merah |
"Alhamdulillah, dari laporan yang kami terima, produksi ikan tawar Triwulan I pada 2025 sudah mencapai 14.264 ton. Ini melampaui target yang kami tetapkan sebelumnya," ujar Richie di Lubuk Sikaping, Selasa (24/6/2025).
Ia menyebutkan bahwa angka tersebut merupakan akumulasi dari berbagai jenis ikan tawar unggulan di Pasaman, antara lain ikan mas, nila, lele, mujair, paweh (nilem), gabus, gurame, dan betutu.
Pasaman, Sentra Perikanan Air Tawar Terbesar di Sumbar
Menurut Richie, sektor perikanan merupakan salah satu penopang utama perekonomian masyarakat Pasaman, terutama di Kecamatan Rao, Rao Selatan, Padang Gelugur, dan Panti.
"Kabupaten Pasaman memiliki kolam ikan terbesar di Sumatera Barat dengan luas total mencapai 4.500 hektare. Bahkan, potensi lahan untuk kolam ikan bisa dikembangkan hingga 10.000 hektare," jelasnya.
Pasar perikanan air tawar dari Pasaman kini telah menjangkau berbagai provinsi di Sumatera, seperti Sumatera Barat, Riau, Sumatera Utara, Bengkulu, dan Jambi.
Infrastruktur Perikanan Terus Ditingkatkan
Sejak ditetapkan sebagai Kampung Perikanan Budidaya oleh Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) melalui SK Nomor 64 Tahun 2021, Pemkab Pasaman terus memperkuat infrastruktur perikanan.
"Kita sudah mendapat bantuan satu unit alat berat dari Kementerian KKP untuk mempercepat pembangunan kolam baru. Ini sangat membantu masyarakat dalam mengembangkan usaha budidaya," tambah Richie.
Salah satu pencapaian besar adalah berdirinya pabrik pakan ikan yang dibangun pada 2022 melalui anggaran APBN KKP. Pabrik ini memiliki kapasitas produksi 1 ton per jam, dan telah mampu memenuhi sekitar 10 persen dari total kebutuhan pakan ikan di Pasaman.
"Pabrik ini sangat membantu petani ikan untuk mendapatkan pakan berkualitas dengan harga yang terjangkau, sekaligus menekan biaya produksi," ungkapnya.
Ke depan, Pemkab Pasaman akan terus mendorong peningkatan kapasitas produksi pabrik pakan tersebut agar bisa memenuhi seluruh kebutuhan petani ikan lokal.
Capaian Produksi Tahun 2024 dan Jenis Ikan Unggulan
Sepanjang tahun 2024, total produksi ikan tawar di Kabupaten Pasaman tercatat mencapai 62.718 ton, meningkat dari tahun 2023 yang sebesar 61.450 ton.
Data dari aplikasi Apdest mencatat jumlah benih ikan yang disebar pada 2024 sebanyak 388.378 ekor.
Berikut rincian jenis ikan dengan produksi tertinggi:
Ikan Mas: 28.564 ton, Ikan Nila: 18.850 ton, Ikan Lele: 12.418 ton, Ikan Mujair: 1.798 ton. Ikan Nilem (Paweh): 526 ton, Ikan Gabus: 370 ton, Ikan Gurame: 127 ton, dan Ikan Betutu: 62 ton.
🐟 Sejarah Budidaya Ikan di Pasaman Timur
Budidaya ikan di Pasaman Timur mulai berkembang sejak awal 1980-an, bersamaan dengan tumbuhnya perhatian pemerintah terhadap ketahanan pangan dan pengembangan ekonomi rakyat. Wilayah ini memiliki potensi besar karena ketersediaan air dari sungai-sungai besar seperti Batang Sontang, Batang Pasir, dan sejumlah anak sungai lainnya, yang cocok untuk kegiatan perikanan.
🐠 Awal Mula (1980–1990-an)
Budidaya ikan awalnya dilakukan secara tradisional oleh masyarakat di kolam tanah (kolam galian) di sekitar pekarangan atau lahan sawah. Jenis ikan yang dibudidayakan antara lain ikan mas dan lele lokal.
Kegiatan ini masih berskala kecil, untuk konsumsi rumah tangga dan dijual di pasar-pasar lokal seperti di Air Manggis, Simpang Gambir, Pasar Jonjong Sontang, Pasar Tapus, Pasar Panti, Pasar Rao, atau Padang Gelugur.
🐟 Periode Pertumbuhan (2000–2010)
Seiring pembangunan infrastruktur dan program pemberdayaan ekonomi, pemerintah mulai menyalurkan bantuan bibit dan pakan melalui Dinas Perikanan Kabupaten Pasaman.
Muncul kelompok-kelompok tani perikanan seperti Pokdakan (Kelompok Pembudidaya Ikan). Ikan nila dan lele sangkuriang mulai diperkenalkan dan dikembangkan, karena lebih cepat panen dan memiliki nilai ekonomi lebih tinggi. Mulai digunakan kolam terpal dan sistem semi-intensif.
🐡 Masa Modern (2010–sekarang)
Budidaya ikan berkembang pesat di beberapa nagari seperti Silayang, Lubuak Gadang, Taluak Ambun, dan Cubadak, Gugung, dan Padang Gelugur. Teknologi seperti bioflok, aerator, dan sistem resirkulasi air mulai diperkenalkan. Pemerintah melalui program Mina Padi mendorong integrasi sawah dan kolam ikan. Pelatihan, bimbingan teknis, dan akses permodalan semakin terbuka melalui kerja sama dengan dinas provinsi dan KKP pusat.
🎣 Tantangan dan Harapan
Tantangan saat ini mencakup fluktuasi harga pakan, ketersediaan benih unggul, serta kurangnya akses pasar luar daerah. Namun semangat generasi muda dan kolaborasi antar petani mulai membuka jalan bagi budidaya ikan skala UMKM hingga ekspor.
Di Indonesia sendiri, ikan mas mulai dipelihara sekitar tahun 1920-an. Ikan mas yang terdapat di Indonesia merupakan ikan mas yang dibawa dari Cina, Eropa, Taiwan dan Jepang. Selain itu "ikan mas punten" dan "ikan mas majalaya" merupakan hasil seleksi di Indonesia. Sampai saat ini sudah terdapat 10 ikan mas yang dapat diidentifikasi berdasarkan karakteristik morfologisnya.[2] Masyarakat Indonesia sudah tidak asing dengan ikan air tawar ini. ada yang memeliharanya sebagai ikan hias, tapi ada juga yang mengomsumsinya sebagai santapan yang lezat. (Yus MM)*
0 Komentar