Pengurus Muhammadiyah Jangan Sampai Menganaktirikan Amal Usaha yang Hampir Mati

Pengurus Muhammadiyah Jangan Sampai Menganaktirikan Amal Usaha yang Hampir Mati

Opini oleh: Abril

PADANG PANJANG, kiprahkita.com Muhammadiyah sebagai gerakan dakwah yang berlandaskan prinsip amar makruf nahi mungkar memiliki tanggung jawab moral untuk memperhatikan dan membina seluruh amal usaha yang dimilikinya, tanpa pandang bulu. Jangan hanya amal usaha yang sudah besar dan berkembang yang mendapatkan perhatian, sementara yang sedang menghadapi kesulitan dibiarkan berjalan sendiri bahkan hampir “mati”.

Abril Menjalin Kerja Sama dengan Media (TopSatu Jasriman, S.Ag)

Dalam menghadapi tantangan zaman yang terus berubah, Muhammadiyah dituntut untuk terus melakukan evaluasi dan adaptasi terhadap seluruh amal usahanya. Setiap amal usaha, baik yang besar maupun kecil, memegang peran strategis dalam mewujudkan misi dakwah dan pelayanan kepada masyarakat. Jika ada amal usaha yang mulai lesu, maka yang dibutuhkan adalah pendampingan, bukan pembiaran — apalagi diskriminasi.

Pengurus Muhammadiyah, dari tingkat ranting hingga pusat, perlu memiliki komitmen yang adil dan menyeluruh. Amal usaha yang sedang berjuang bertahan justru harus menjadi prioritas pembinaan, karena di sanalah nilai-nilai kepedulian, solidaritas, dan dakwah yang sesungguhnya diuji. Kita harus ingat, keberhasilan Muhammadiyah bukan hanya diukur dari seberapa megah amal usahanya, tapi dari seberapa besar ia mampu menjaga dan menghidupkan semuanya — termasuk yang sedang dalam masa sulit.

Perlu juga menjadi catatan bahwa kepala-kepala amal usaha yang telah sukses tidak seharusnya bersikap elitis atau mencari celah untuk menjatuhkan amal usaha lain demi menunjukkan superioritas. Sebaliknya, mereka seharusnya menjadi sumber inspirasi dan teladan. Keberhasilan mereka justru akan lebih bermakna jika digunakan untuk membina, menguatkan, dan membagikan pengalaman kepada amal usaha lain yang masih dalam proses bertumbuh.

Solidaritas antar amal usaha menjadi kunci penting untuk memperkuat posisi Muhammadiyah sebagai gerakan dakwah yang inklusif dan berkelanjutan. Kolaborasi yang saling menguatkan akan menciptakan ekosistem dakwah yang sehat, berdaya saing, dan responsif terhadap kebutuhan masyarakat.

Dengan komitmen yang inklusif, pembinaan yang adil, serta semangat kolaborasi yang tinggi, Muhammadiyah akan tetap relevan dalam menghadirkan solusi dan perubahan positif bagi masyarakat. Jangan sampai amal usaha yang lemah dibiarkan sekarat — karena di sanalah sebenarnya dakwah paling nyata sedang diuji.

Solusi Menghindari Diskriminasi terhadap Amal Usaha Muhammadiyah yang Melemah, Evaluasi Rutin & Terstruktur

Pengurus Muhammadiyah perlu menerapkan evaluasi berkala terhadap semua amal usaha, baik yang besar maupun kecil. Ini bisa dilakukan dengan membentuk tim evaluasi independen di tingkat cabang/wilayah yang fokus pada identifikasi masalah dan potensi pengembangan.

Pemetaan dan Klasifikasi Amal Usaha

Buat pemetaan status amal usaha: Amal usaha maju (butuh ekspansi), Amal usaha stabil (butuh perawatan), Amal usaha rentan/terancam (butuh revitalisasi). Dengan pemetaan ini, pengurus bisa menentukan prioritas intervensi.

Program Revitalisasi Khusus

Bentuk program khusus (misalnya: Program Rebound Amal Usaha Muhammadiyah) untuk mendampingi amal usaha yang terancam mati. Fokus pada:

Penguatan manajemen,

Pelatihan SDM,

Bantuan promosi dan digitalisasi,

Kolaborasi lintas amal usaha.

Mentoring oleh Amal Usaha yang Lebih Maju

Tunjuk amal usaha yang sudah sukses sebagai "kakak asuh" bagi amal usaha yang sedang lesu. Ini bisa dilakukan melalui:

Transfer ilmu manajemen,

Saling bantu promosi,

Penguatan branding kolektif.

Insentif & Penghargaan untuk Kolaborasi

Muhammadiyah perlu mulai mengapresiasi kolaborasi, bukan hanya kompetisi. Amal usaha yang aktif membantu amal usaha lain bisa diberi:

Piagam penghargaan, Dukungan publikasi, Kemudahan akses program unggulan PWM/PDM.

Penguatan Sistem Keuangan & Kelembagaan

Banyak amal usaha lemah karena:

Manajemen keuangan yang tidak transparan,

Tidak punya laporan keuangan yang rapi,

Tidak didampingi oleh tenaga profesional.

Solusinya: hadirkan pendampingan manajemen dan akuntansi dari majelis ekonomi atau tim profesional Muhammadiyah.

Perkuat Semangat Satu Gerakan, Bukan Satu Lembaga

Internal Muhammadiyah perlu dibangun narasi baru: “Sukses bersama, bukan sukses sendiri.” Jangan ada lagi lembaga yang merasa tinggi karena menjatuhkan yang lain. Dakwah itu kolektif.

SOLUSI UNTUK AMAL USAHA MUHAMMADIYAH DENGAN MURID SEDIKIT

1. Evaluasi Daya Tarik Sekolah

Apakah branding sekolah cukup kuat?

Apakah kurikulum, program unggulan, fasilitas, dan tenaga pengajar cukup bersaing dengan sekolah lain di sekitar?

Lakukan survey kepuasan ke orang tua murid dan masyarakat untuk tahu kesan mereka terhadap sekolahmu.

2. Perkuat Promosi & Branding Sekolah

Gunakan media sosial aktif (Instagram, TikTok, Facebook) untuk promosi kegiatan sekolah.

Buat video pendek yang menarik: testimoni siswa, guru inspiratif, kegiatan unik.

Libatkan alumni untuk membantu menyebarkan nama baik sekolah.

Adakan open house, lomba, atau event komunitas agar masyarakat lebih kenal.

3. Tawarkan Program Unggulan yang Berbeda

Orang tua sekarang tidak hanya cari sekolah murah, tapi yang punya nilai tambah. Misalnya:

Tahfiz Qur'an

Kelas bilingual

Program entrepreneur/madrasah digital

Eskul kekinian: coding, robotik, podcasting, desain grafis

Kerja sama dengan lembaga luar (kampus, industri, komunitas)

4. Buka Kolaborasi dan Koneksi

Jalin kerjasama dengan TK/RA di sekitar sebagai feeder sekolah.

Ajak organisasi ortom Muhammadiyah (Aisyiyah, IPM, NA, dll) untuk bantu promosi.

Gandeng Lazismu atau warga Muhammadiyah lokal untuk program beasiswa masuk.

5. Dekati Warga Muhammadiyah Sendiri

Kadang miris, sekolah Muhammadiyah sepi, tapi anak kader justru sekolah di luar. Maka:

Pengurus ranting/cabang harus beri contoh nyata menyekolahkan anak di sekolah Muhammadiyah.

Buat komitmen bersama antar warga Muhammadiyah untuk mendukung AUM pendidikan.

6. Berikan Kemudahan Biaya Awal / Program Beasiswa

Bebas uang pendaftaran

Cicilan ringan

Beasiswa yatim, dhuafa, dan siswa berprestasi

Kalau perlu, kerja sama dengan donatur atau Lazismu untuk subsidi

7. Bangun Relasi Baik dengan Masyarakat Sekitar

Kadang sekolah dianggap "eksklusif" atau "hanya untuk warga Muhammadiyah".

Padahal harusnya inklusif, terbuka untuk semua.

Adakan pengajian, bakti sosial, atau pengobatan gratis untuk masyarakat sekitar sebagai bentuk dakwah kultural.

8. Manfaatkan Data dan Target Rekrutmen

Tetapkan target jumlah murid setiap tahun.

Buat tim khusus promosi & rekrutmen.

Catat data siswa potensial: anak kader, siswa TK/RA sekitar, dan follow up secara personal.

Murid sedikit bukan akhir dari segalanya, bestie. Tapi itu tanda bahwa kita harus bergerak cepat, kreatif, dan kolaboratif. Kalau semua elemen Muhammadiyah turun tangan — pengurus, guru, ortom, alumni, dan masyarakat — insyaAllah sekolah kita bisa hidup kembali dan jadi pilihan utama.

“Kalau bukan kita yang jaga amal usaha Muhammadiyah, siapa lagi? Kalau bukan sekarang, kapan lagi?”

Penutup:

Kalau Muhammadiyah serius ingin menjadi gerakan dakwah berkemajuan yang rahmatan lil 'alamin, maka tidak boleh ada amal usaha yang dibiarkan sekarat tanpa upaya penyelamatan. Dengan semangat kolaborasi, evaluasi adil, dan pembinaan menyeluruh, Muhammadiyah bisa menjadikan semua amal usahanya—besar atau kecil—sebagai titik terang peradaban umat. *Editing Yus MM.

Posting Komentar

0 Komentar