Polemik Proyek Coretax sebagai Tanggung Jawab Negara bagi Purbaya Y. Sadewa: Cerminan Jiwa Kesatria dalam Keuangan Negara

Polemik Proyek Coretax dan Tanggung Jawab Negara

JAKARTA, kiprahkita.com Proyek Coretax, sistem pajak digital senilai Rp1,3 triliun, kini menjadi sorotan tajam publik. Hampir sepuluh bulan sejak diluncurkan pada 1 Januari 2025, sistem ini belum juga berfungsi optimal. Ikatan Wajib Pajak Indonesia (IWPI) bahkan melaporkan dugaan korupsi ke Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), mendesak lembaga antirasuah itu memeriksa mantan Menteri Keuangan Sri Mulyani dan mantan Dirjen Pajak Suryo Utomo.

Proyek Coretax

Ketua Umum IWPI, Rinto Setiyawan, menilai proyek ini penuh kejanggalan — mulai dari proses pengadaan hingga kerja sama dengan LG CNS, perusahaan teknologi asal Korea Selatan. Ia menuding proyek Coretax dijalankan tanpa transparansi dan profesionalisme, sehingga berpotensi merugikan uang rakyat. Menurutnya, akar masalah Coretax bukan sekadar teknis, melainkan struktural: teknologi dibeli dulu, baru proses bisnis disesuaikan, sehingga sistem sering error dan gagal berfungsi.

Menkeu Purbaya Yudhi Sadewa, yang kini menjabat, juga mengkritik proyek warisan tersebut. Ia menyebut tim pengembang Coretax tidak kompeten, bahkan hanya setingkat lulusan SMA, meski vendor utamanya adalah perusahaan besar asing. Kritik ini memperkuat dugaan bahwa proyek digitalisasi perpajakan Indonesia telah salah arah sejak awal.

Kasus Coretax menjadi pengingat penting bahwa digitalisasi tidak bisa hanya berorientasi pada proyek besar dan kerja sama internasional, tetapi harus berpijak pada kebutuhan riil, transparansi, dan akuntabilitas. Publik berhak menuntut pertanggungjawaban agar uang negara tidak kembali “terbakar” dalam proyek ambisius tanpa hasil.

Purbaya Y. Sadewa: Cerminan Jiwa Kesatria dalam Keuangan Negara

Dalam dinamika ekonomi dan keuangan negara yang penuh tantangan, nama Purbaya Y. Sadewa belakangan ini mencuri perhatian publik. Sosok ini dikenal dengan kebijakan keuangan yang tegas, berprinsip, dan berlandaskan semangat patriotik. Namun di balik kiprah profesionalnya, tersimpan kisah menarik tentang asal-usul dan makna nama yang seakan menyiratkan nilai-nilai luhur budaya Jawa.

Purbaya Y. Sadewa disebut lahir dari keluarga bangsawan Kraton Surakarta, buah hati pasangan Prof. Dr. Drh. BRay. Nawangsari dengan RMH. Ir. J. Sugiri. Informasi yang beredar menyebutkan bahwa sang ibu merupakan putri dari KGPH. Mr. Dojokusumo, menjadikan garis keturunan beliau terhubung dengan darah biru Mataram. Meski demikian, nilai kebangsawanan sejati bukan hanya soal asal-usul, melainkan juga tentang karakter, dedikasi, dan pengabdian kepada bangsa.

Nama “Purbaya” sendiri membawa resonansi historis yang dalam. Dalam catatan sejarah Mataram, Pangeran Purbaya—atau dikenal pula sebagai Raden Damar atau Joko Umbaran—adalah putra Panembahan Senopati dengan Rr. Lembayung, putri Ki Ageng Giring. Kisahnya sarat dengan keteguhan hati dan keberanian. Meski sempat tidak diakui oleh ayahnya, sang ibu menunjukkan pengorbanan luar biasa dengan menyerahkan sebilah keris peninggalan Panembahan Senopati kepada sang anak sebagai bukti keturunan. Berkat bukti itu, Joko Umbaran akhirnya diterima dan diberi gelar Pangeran Purbaya.
Dalam perjalanan hidupnya, Pangeran Purbaya dikenal sebagai kesatria sejati—teguh, setia, dan berjiwa patriot. Ia gugur dalam peperangan melawan pemberontakan Trunojoyo, meninggalkan warisan moral tentang kesetiaan, keberanian, dan cinta tanah air.

Sementara itu, nama “Sadewa” mengandung makna filosofis dari kisah Mahabharata. Sadewa, si bungsu dari Pandawa, dikenal sebagai pribadi yang jujur, setia, berbakti kepada orang tua, dapat dipercaya, serta berhati-hati dalam bertindak. Bersama saudara kembarnya Nakula, Sadewa menjadi lambang kebijaksanaan dan keseimbangan batin di tengah kekuatan dan kecerdikan para Pandawa lainnya. Nilai-nilai inilah yang tampaknya terpatri dalam sosok Purbaya Y. Sadewa, mencerminkan keharmonisan antara intelektualitas, moralitas, dan spiritualitas.

Jika kita memaknai nama “Purbaya Y. Sadewa” secara simbolik, maka lahirlah gambaran seorang pemimpin yang berpadu antara keberanian seorang Pangeran Purbaya dan kearifan seorang Sadewa. Sosok yang tidak hanya memahami angka dan neraca, tetapi juga memiliki jiwa kesatria—setia pada kebenaran dan keadilan, serta jiwa pandita—bijak dan berhati bening dalam mengambil keputusan.

Harapan besar pun disematkan kepada beliau agar nilai-nilai luhur yang terkandung dalam namanya benar-benar menjadi panduan dalam mengelola keuangan negara. Di tengah arus globalisasi dan tekanan ekonomi dunia, Indonesia membutuhkan pemimpin yang tidak hanya pandai berhitung, tetapi juga memiliki nurani kebangsaan yang kokoh.
Semoga semangat Purbaya yang patriotik dan Sadewa yang berhati jujur dapat berpadu dalam diri beliau—menjadi cahaya bagi kesejahteraan dan kemakmuran bangsa Indonesia.

Aamiin.

Awal Alur Cerita Bermula

Banyak yang belum mengenal siapa sebenarnya tokoh keuangan negara yang akhir-akhir ini viral dengan kebijakan keuangan yang patriotik. Beliau bernama Purbaya Y Sadewa. Keturunan bangsawan kraton Surakarta yang lahir dari pasangan Prof. DR. Drh. BRay. Nawangsari dengan RMH. Ir. J. Sugiri. Informasi yang masih perlu mendapatkan konfirmasi bahwa Prof. Dr. Drh BRay Nawangsari adalah putri dari KGPH. Mr. Dojokusumo. 

Nama Purbaya bisa dikonotasikan dengan Pangeran Purbaya putra Panembahan Senopati dengan Rr.Lembayung putri Ki Ageng Giring. Pangeran Purbaya atau R Damar atau Joko Umbaran memiliki kisah yang unik. Joko Umbaran ditinggalkan ayahnya dan tidak diakui oleh Panembahan Senopati, namun keputusan tidak menyurutkan Sang Ibu agar si anak diakui oleh ayahnya. Maka sebilah keris yang ditinggalkan oleh Panembahan Senopati digunakan untuk bunuh diri, dan diserahkan kepada Joko Umbaran untuk bukti menghadap ayahandanya ke Mataram. Akhirnya, Joko Umbaran diterima oleh Panembahan Senapati dan diberi gelar Pangeran Purbaya. Dalam kehidupan di Mataram Pangeran Purbaya dikenal sebagai kesatria yang memiliki nilai kejuangan, kesetiaan dan cinta tanah air. Namun nasib baik tidak berpihak kepadanya. Pangeran Purbaya tewas dalam peperangan Pemberontakan Trunojoyo. 

Sedangkan nama Sadewa, bisa dikonotasikan dengan tokoh Pandawa yang bungsu. Walaupun Sadewa dan Nakula tidak seibu dengan ketiga saudara yang lain yakni Puntadewa, Bima dan Arjuna, namun Sadewa juga putri dari Kerajaan Madra. Karakter Sadewa adalah

- mempunyai sifat yg jujur dan setia

- Berbakti kepada orang tua

- Dapat dipercaya

- Waspada dan berhati hati dalam bertindak. 

Semoga Menteri Keuangan RI memiliki karakter Purbaya-Sadewa sehingga dapat membawa kesejahteraan dan kemakmuran bangsa Indonesia. Aamin. (BS)

Posting Komentar

0 Komentar