PADANG PANJANG, kiprahkita.com –Indonesia Performance Syndicate akan menggelar Indonesia Perpormance Camp (IPC) 2025 (9-10 Nopember 2025) di Pabreik Padang. Ujar Wendy HS, S.Sn., M.A Pimpinan Indonesia Performance Syndicate Padang Panjang (8/11).
Pimpinan Indonesia Performance Syindicate Padang Panjang Wendy HS mengatakan, Indonesia Performance Camp (IPC) merupakan kegiatan tahunan yang diinisiasi dan dikelola oleh komunitas pertunjukan Indonesia Performance Syndicate sejak tahun 2019. Pertama sekali dilaksanakan, kegiatan ini bertajuk Padangpanjang Butoh Camp di kampus ISI Padangpanjang dan di Nagari Sungai Landia, kecamatan IV Koto, kabupaten Agam.
Kegiatan yang dibiayai oleh kelompok Shinonome Butoh Tokyo Jepang dan dilaksankan oleh komunitas pertunjukan Indonesia Performance Syndicate ini, berangkat dari kesadaran berbagi pengetahuan teknis ketubuhan, tentang teknik Butoh Jepang yang diberikan oleh Yuko Kawamoto (pimpinan-director Shinonome Butoh Tokyo Jepang).
Pendekatan ketubuhan Total Body Performance Method (TBPM) yang merupakan hasil formulasi pengembangan elemen ketubuhan pada Tapuak Galemboang dalam tradisi Randai di Minangkabau yang diberikan oleh Wendy HS (pimpinan Indonesia Performance Syndicate Padangpanjang). Sayangnya, kegiatan ini terhenti karena wabah Covid-19. Paparnya.
![]() |
Wendy HS Menambahkan, Dewasa ini ketertinggalan dalam aspek teknis pertunjukan ini tidak hanya terjadi pada kalangan pelaku muda, tetapi juga tampak dalam lemahnya transfer pengetahuan antar generasi serta minimnya ruang kolaboratif yang memungkinkan dialog antara pendekatan tradisional dan kontemporer berlangsung secara setara. Jika merujuk dalam konteks Sumatera Barat, yang terkenal memiliki kekayaan bentuk pertunjukan tradisi seperti Randai, Saluang Dendang, Silek, dan Tari Piriang, potensi eksplorasi ketubuhan sebenarnya sangat besar.
Namun eksplorasi tersebut masih sering terjebak pada bentuk pertunjukan yang bersifat presentatif, bukan performatif, sehingga praktik artistik kehilangan kedalaman dan kekuatan reflektifnya. Padahal, keberadaan tubuh sebagai "media utama" dalam pertunjukan, merupakan pintu masuk penting untuk memahami serta menegosiasikan ulang hubungan antara warisan budaya dan praktik seni kontemporer. Paparnya.
Wendy HS memaparkan, Kesempatan kali ini, penyelenggaraan IPC 2025 kembali hadir dengan tiga agenda utamanya:, yaitu: 1) Workshop Dramaturgi Postdramatic bersama Kai Tuchman dari Jerman; 2) Pertunjukan Apresiasi Soliloque Pertuburuan sutradara Wendy HS Produksi Indonesia Performance Syndicate dan Pintu sutradara Yusril produksi Komunitas Seni Hitam Puih Padangpanjang; dan 3) Forum Diskusi dengan pembicara Kai Tuchmann – Jerman, Ibed S Yuga – Yogyakarta/Bali, Wendy HS – Padangpanjang, Tatang R Macan – Padangpanjang, Mahatma Muhammad – Padang, yang akan dimoderatori oleh Thendra BP – Padang.
Kegiatan workshop akan berlangsung selama 2 hari, mulai hari Minggu tanggal 9 November 2025, hingga hari Senin 10 Nobember 2025, setiap pukul 09.00 – pukul 15.00 WIB di Fabreik Padang, Jl. Prof. Dr. Hamka, km 9 Tabing, Padang Sumatera Barat. Setiap malamnya selama 2 hari tersebut akan dilangsungkan pertunjukan apresiasi, Minggu, 9 November 2025, pukul 20.00 WIB, pertunjukan SOLILOQUE PERBURUAN karya/sutradara Wendy HS, produksi Indonesia Performance Syndicate.
Senin 10 November 2025, pukul 20.00 WIB, pertunjukan PINTU karya/sutradara Yusril, produksi komunitas Seni Hitam Putih Padangpanjang. Sedangkan pada agenda forum diskusi akan berlangsung pada hari Selasa, 11 November 2025, pukul 20.00 WIB di Pustaka Steva, Padang.
Rencananya pada hari selasa 11 Nobember 2025 pukul 10.00 WIB, selama lebih kurang 90 menit, Kai Tuchmann akan memberikan kuliah umum di ISI Padangpanjang tentang Di Balik Layar Pertunjukan Postdramatic. Ceramah ini, sutradara teater dan dramaturg Kai Tuchmann akan berbagi wawasan tentang visi editorial dan strategi kreatif di balik bukunya.
Dengan mengacu pada keterlibatannya yang mendalam dalam pertunjukan kontemporer, Tuchmann akan mengeksplorasi praktik-praktik dramaturgi kunci yang membentuk teater pascadrama saat ini. Ujarnya.
Wendy HS juga menyatakan, Ada buku yang mengumpulkan ceramah dari praktisi terkemuka teater pascadramatik dari Asia Timur dan dunia berbahasa Jerman—yang awalnya disampaikan di program studi dramaturgi satu-satunya di Asia, yaitu di Akademi Drama Pusat, Beijing (2018/2019). Dilengkapi dengan esai kontekstual oleh pendiri program, Li Yinan, dan co-developer Kai Tuchmann, buku unik ini menawarkan kepada pembaca perspektif langka dari dalam tentang pemikiran artistik dan praktik yang beragam dari teater pascadramatik.
Setelah ceramah, Tuchmann akan berpartisipasi dalam diskusi terbuka dengan audiens. Jangan lewatkan kesempatan ini untuk menjelajahi persimpangan dinamis antara teater Asia dan Eropa
Kai Tuchmann bekerja terutama sebagai Sutradara, Dramaturg, dan Akademisi. Ia mempelajari Penyutradaraan di Akademi Drama Ernst Busch, Berlin. Meskipun sangat dipengaruhi oleh praktik teater dokumenter, ia terus-menerus mencoba menantang konsep dokumentasi. Saat ini, Kai bekerja sebagai Dramaturg untuk koreografi baru Lian Guodong/A Poem to the Unknown, yang akan menyoroti kekuatan krusial membayangkan masa depan di masa-masa sulit.
Karya ini akan tayang perdana pada Oktober 2020 di Beijing dan akan ditampilkan juga di Jerman dan Italia. Sebagai anggota Academy_for_Theatre_and_Digitality yang baru didirikan di Dortmund (Jerman), Kai akan berkolaborasi pada paruh kedua tahun 2020 dengan penari Kiran Kumar dan programmer Matthias Härtig untuk karya Dear Dead Doctor, yang akan tayang perdana pada tahun 2021. Dear Dead Doctor akan terungkap di panggung sebagai dialog koreografi antara hologram digital P3B dan Kiran Kumar. Mewujudkan lapisan kehadiran dan ketidakhadiran di atas panggung, karya ini mengusulkan pengalaman estetika reinkarnasi melalui penggunaan algoritma rekursif.
Antara tahun 2013 dan 2018, Kai berkolaborasi dengan beberapa kelompok teater independen Tiongkok yang paling dihormati secara internasional, seperti Living Dance Studio, Caochangdi Workstation, dan Grass Stage. Kolaborasi yang dihasilkan telah diundang ke berbagai festival dan tempat, antara lain, ke I Dance Hong Kong (2016), Zürcher Theaterspektakel (2017), Kunstfest Weimar (2017), Festival d’Automne à Paris (2017), dan Asia Society New York (2018). Secara tematis, karya-karya ini mengkaji, antara lain, kehidupan setelah Revolusi Kebudayaan di Tiongkok masa kini, dampak pembangunan perkotaan terhadap populasi pekerja migran, dan penerapan teknologi digital.
Kai memberi kuliah, mengajar, dan mengadakan lokakarya, antara lain, di Universitas Beijing, Universitas California Santa Cruz, Universitas Jawaharlal Nehru New Delhi, dan dia adalah seorang Fulbright Scholar di The Graduate Center, City University New York, di mana pada musim panas 2020 dia akan menyelesaikan bukunya “Situating Visibility -Dramaturgies of The Real in Dialogue”. Ujarnya (*/Soel)


0 Komentar