Muhammadiyah sebagai Organisasi Islam Terkaya di Dunia, Ketua Umum PP Muhammadiyah, Haedar Nashir Ingatkan Jalankan Organisasi Secara Efisien

YOGYAKARTA, kiprahkita.com Ketua Umum PP Muhammadiyah, Haedar Nashir, mengingatkan pentingnya efisiensi dalam menjalankan organisasi, meski Muhammadiyah dikenal sebagai organisasi Islam dengan aset besar. Pesan ini disampaikan dalam Leadership Training PTMA di UMY. Haedar menekankan bahwa kesederhanaan, efektivitas, dan gerakan yang terukur harus menjadi prinsip dalam mengelola institusi maupun dijalankan oleh para pimpinan dan kader, agar capaian besar tidak menimbulkan kesombongan melainkan tetap menjadi sumber kebanggaan yang wajar.

Kepada para peserta pelatihan, Haedar menegaskan bahwa kepemimpinan harus bersifat moderat—tidak sombong namun juga tidak merendah secara berlebihan. Ia menjelaskan bahwa kepemimpinan yang baik harus mengandung dimensi ruhaniah, intelektual, dan sosial, serta di Muhammadiyah dipahami sebagai sarana menjalankan fungsi kenabian. Karena itu, para pemimpin didorong memiliki empat karakter profetik: sidiq, tablig, fatanah, dan amanah.

Muhammadiyah sebagai organisasi Islam terkaya di dunia, Ketua Umum Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah, Haedar Nashir ingatkan menjalankan organisasi secara efisien. Pesan disampaikan Haedar Nashir pada Rabu malam (19/11) dalam Leadership Training bagi Pimpinan Perguruan Tinggi Muhammadiyah-’Aisyiyah (PTMA) angkatan sebelas di Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY).

Meski dikenal sebagai organisasi Islam dengan aset triliunan rupiah, namun kesederhanaan dan efektivitas dalam gerakan harus tetap terjaga. Setiap gerakan harus terukur sehingga memberikan dampak bagi kemajuan masa depan. Efisien ini tidak hanya ditujukan kepada institusi atau kelembagaan, tetapi juga bagi para perseorangan atau pimpinan baik di Amal Usaha Muhammadiyah (AUM) maupun yang di Persyarikatan.

Sanjungan atas berbagai capaian yang diraih oleh Muhammadiyah, kata Haedar, jangan kemudian menjadikan pimpinan, kader, dan warga Muhammadiyah sombong – tetapi tetap boleh bangga.

Kepemimpinan Moderat untuk Menjalankan Fungsi Kenabian

Sementara itu, kepada peserta pelatihan, Haedar menyampaikan supaya segala jabatan yang diemban tidak boleh menjadikan diri sombong, tidak boleh pula menunduk-nunduk yang menampakan rendah diri. “Kesombongan itu akan membuat barrier kita rusak, bahkan di saat kita menjadi pemimpin. Tapi juga kemudian kata Pak AR kita tidak boleh nunduk-nunduk, itu tidak boleh juga. Moderatlah atau tawassuth,” katanya.

Kepemimpinan, imbuhnya, harus memiliki dimensi ruhaniah, intelektual, dan sosial. Berbagai dimensi ini menurutnya dapat menjadikan kepemimpinan itu berdampak pada kemajuan pada institusi atau lembaga yang dipimpinnya.

Selain itu, kepemimpinan di Muhammadiyah merupakan wasilah untuk menjalankan fungsi kerisalahan atau kenabian. Maka dalam menjalankan kepemimpinan didorong supaya memiliki empat karakter yaitu sidiq, tablig, fatanah, dan amanah. “Pemimpin di level apapun itu menjalankan fungsi kerisalahan, yang disebut sebagai kepemimpinan profetik,” ungkapnya. (Muhammadiyah.or.id)*

Posting Komentar

0 Komentar