PADANG PANJANG, kiprahkita.com - Gempa bumi berskala besar, lalu disusul dengan tsunami yang menghantam daratan Nanggroe Aceh Darussalam pada 26 Desember 2005, sungguh membuat pilu. Terasa hingga kini.
Selain meratakan kota dan desa, musibah itu juga menyebabkan ratusan ribu orang meninggal dunia. Kapal besar yang dihantam gelombang berwarna hitam di Samudera Indonesia, pun terdampar di tengah Kota Banda Aceh, salah satu saksi sejarah yang takkan pernah dilupakan.
Untuk merefleksi kembali bencana itu, salah seorang mahasiswa Pasca Sarjana Institut Seni Indonesia (ISI) Padangpanjang bernama Asriel Fahmi Maulizar, merefleksikannya dalam bentuk video, dan dipertontonkan kepada umum dalam pameran tugas akhir, Senin (31/07/2023), di Black Box Studio Televisi dan Film ISI Padang Panjang.
"Konsep karya tugas akhir saya ini dalam bentuk video immersive voom installation, yang melatarbelakangi kejadian tsunami Aceh pada 2004 silam. Saya turut merasakan bencana itu," ujarnya Asril yang berasal dari Lhong Aceh Besar itu.
Menurutnya, pemilihan objek tsunami Aceh sebagai video immersive room installation merupakan pengalaman pribadi pengkarya. Terlepas dari itu, ujarnya, ini merupakan cara pengkarya untuk mengingat, sekaligus mengenang musibah besar itu.
Sedangkan bentuk video immersive room installation, pengkarya mengajak penonton untuk turut merasakan, bagaimana peristiwa tsunami itu terjadi dengan suguhan audio visual yang dihadirkan.
Sementara itu, Ketua Prodi Penciptaan dan Pengkajian Seni Pascasarjana ISI Padangpanjang, Dr. Riswel Zam mengatakan, pihaknya sangat mengapresiasi konsep karya yang diusung Asril, karena merupakan hal yang baru dalam bentuk karya audio visual.
"Semoga untuk ke depannya dapat menghasilkan karya yang lebih baik lagi, dan bersaing di dunia industri," ucapnya.
Riswel menyebut, ini merupakan penciptaan karya televisi dan film dengan konsep yang baru, serta sangat menarik untuk disaksikan.
Salah seorang pengunjung bernama Mursidiq mengatakan, tsunami Aceh merupakan musibah terbesar abad ini, meskipun dia telah dimakan oleh waktu, tapi kisahnya akan selalu ada di dalam jiwa rakyat Aceh.
Menyaksikan video immersive room installation dengan judul Ie Beuna (Gelombang Besar) karya Asril, sebutnya, dapat menjadi pengingat sebagai catatan sejarah.
Sedangkan pengunjung lainnya bernama Nadya mengatakan, menyaksikan tayangan itu pengalaman baru baginya, karena belum pernah melihat sebuah karya yang berbentuk video instalasi, terlebih dengan mengangkat tema tsunami Aceh.
"Pameran ini sangat bagus, terlebih dengan visual dan audio yang membuat penonton merasakan seolah-seolah menyaksikan langsung peristiwa tsunami yang terjadi di Aceh. Bahkan di beberapa bagian video, lantai yang kita pijak bergerak seolah seperti gempa bumi,” tuturnya.(maksalmina)
0 Komentar