DENPASAR, kiprahkita.com - Tidak semua negara memperoleh akses air bersih dan sehat. Penyebabnya tentu banyak, di antaranya kondisi geografis dan perubahan iklim.
Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Prof. Dwikorita Karnawati menyerukan, saatnya negara-negara di dunia untuk melakukan pemerataan sumber daya air yang berkeadilan.
Dwikorita mengatakan hal itu, dalam kapasitasnya sebagai anggota Dewan Eksekutif World Meteorological Organization (WMO), Kamis (12/10), pada kegiatan 2nd Stakeholders Consultation Meeting, the 10th World Water Forum yang diselenggarakan di Bali.
Menurutnya, krisis air menjadi ancaman serius sekaligus nyata, dan harus jadi perhatian seluruh negara. Penyebab utama krisis air, katanya, adalah terus meningkatnya emisi gas rumah kaca yang berdampak pada peningkatan laju kenaikan suhu udara, mengakibatkan proses pemanasan global terus berlanjut.
"Realitas itu berdampak pada fenomena perubahan iklim, yang dapat memicu krisis air, krisis pangan, dan krisis energi, serta meningkatnya frekuensi, intensitas dan durasi kejadian bencana hidrometeorologi.
Mengutip siaran pers BMKG yang diakses pada Senin (16/10), Dwikorita menerangkan, Organisasi Meteorologi Dunia (WMO) pada 2022 lalu melaporkan, Planet Bumi jauh lebih hangat 1,15 derja celsius, kurang lebih 0,13 derja celsius, jika dibandingkan dengan rata-rata suhu udara permukaan pada masa pra-industri (1850-1900).
Saat ini, imbuhnya, dalam penilaian awal September 2023, menunjukkan, pada 2023 akan menjadi tahun terpanas, yang pernah tercatat dalam sejarah.
Dampak dari variabilitas dan perubahan iklim sering kali dirasakan melalui air. Dinamika siklus air, kata dia, dan interaksinya dengan manusia menghasilkan pola ketersediaan sumber daya air yang bervariasi secara spasial dan temporal.
Selain itu, sebutnya, dampak ekstrem terkait air sangat memengaruhi kehidupan, perkembangan, dan keberlanjutan ekosistem, serta masyarakat dan individu.
Dwikorita menyampaikan, selain perubahan iklim, tantangan lain yang dihadapi dalam pemenuhan kebutuhan air adalah ekstraksi air tanah yang menyebabkan penurunan muka air tanah, yang akhirnya dapat berdampak pada penurunan muka tanah.
"Musim kemarau yang berkepanjangan, tidak meratanya aksesibilitas serta distribusi air bersih dan infrastruktur untuk pengelolaan Sumber Daya Air, juga merupakan tantangan dalam mewujudkan kesetaraan dan keadilan terhadap ketersediaan air. Krisis air akan berujung pada krisis pangan, krisis energi, dan krisis sosial," tegasnya.(*/mus)
0 Komentar