Pengukuhan Guru Besar Prof. Dr. Silfia Hanani: Inspirasi Keilmuan dari Tanah Datar
TANAH DATAR, kiprahkita.com –Pengukuhan Prof. Dr. Silfia Hanani, S.Ag., M.Si sebagai Guru Besar dalam bidang Ilmu Sosiologi di Universitas Islam Negeri (UIN) Sjech M. Djamil Djambek Bukittinggi bukan sekadar peristiwa akademik biasa. Momen ini menjadi simbol keberhasilan seorang ilmuwan perempuan yang gigih menapaki jalan keilmuan, sekaligus menjadi sumber inspirasi bagi generasi muda, khususnya di kampung halamannya, Tanah Datar.
![]() |
Ir. M. Shadiq Pasadigoe, SH., MM, dan Prof. Silfia |
Ir. M. Shadiq Pasadigoe, SH., MM, dan Prof. Silfia
Prosesi pengukuhan yang berlangsung pada Rabu, 23 Juli 2025 bersama sebelas guru besar lainnya, menjadi puncak dari perjalanan intelektual yang panjang. Bagi Ir. M. Shadiq Pasadigoe, SH., MM, Anggota Komisi XIII DPR RI yang juga mengenal dekat sosok Prof. Silfia, keberhasilan ini adalah kebanggaan bersama. Menurutnya, Silfia bukan hanya seorang akademisi, tapi juga panutan yang menunjukkan bahwa ilmu pengetahuan adalah jalan pengabdian yang tidak mengenal batas waktu.
Shadiq menekankan bahwa gelar profesor bukanlah akhir, melainkan awal dari tanggung jawab moral dan intelektual yang lebih besar. Sebagai guru besar, Prof. Silfia diharapkan terus mendedikasikan dirinya untuk pendidikan dan pengembangan masyarakat. Kehormatan ini, kata Shadiq, "akan dibawa sampai mata tertutup." Hal ini mencerminkan bahwa ilmu bukan hanya alat untuk pencapaian pribadi, tetapi juga bekal untuk melayani sesama secara berkelanjutan.
Sebagai ahli sosiologi, Prof. Silfia kini memegang peran strategis dalam menjembatani teori sosial dengan realitas masyarakat. Ilmu sosiologi memberikan kemampuan untuk memahami struktur sosial, norma, nilai, dan pola interaksi yang membentuk masyarakat. Dalam konteks Indonesia yang majemuk dan dinamis, pemikiran sosiologis sangat dibutuhkan untuk merumuskan solusi atas berbagai persoalan sosial, termasuk ketimpangan, konflik, dan tantangan pembangunan.
Tak hanya itu, pencapaian ini juga menjadi kebanggaan bagi kaum perempuan Minangkabau, yang sejak dulu dikenal menjunjung tinggi nilai-nilai pendidikan. Prof. Silfia adalah bukti nyata bahwa perempuan bisa memimpin di ruang akademik tertinggi, tanpa kehilangan akar budayanya sebagai bagian dari masyarakat yang religius dan egaliter.
Pengukuhan ini bukan hanya milik Prof. Silfia, tapi juga milik dunia akademik, masyarakat Tanah Datar, dan seluruh bangsa. Ia menjadi simbol bahwa dengan tekad, konsistensi, dan semangat pengabdian, ilmu dapat menjadi kekuatan yang melampaui fisik, materi, bahkan waktu.
Dari Pena ke Mimbar Akademik – Jejak Prof. Dr. Silfia Hanani, S.Ag., M.Si
Di balik sorotan kamera dan tepuk tangan dalam Sidang Senat Terbuka Universitas Islam Negeri (UIN) Sjech M. Djamil Djambek Bukittinggi, Prof. Dr. Silfia Hanani, S.Ag., M.Si melangkah mantap menerima pengukuhan sebagai Guru Besar Ilmu Sosiologi. Namun jauh sebelum menjadi rektor, akademisi, dan pemikir sosial, ia adalah seorang wartawan perempuan produktif dari Tanah Datar—yang pena dan pikirannya pernah mengguncang ruang redaksi dan forum publik.
![]() |
Jurnalis di Harian Haluan |
Jurnalis di Harian Haluan
Silfia, yang akrab disapa “Sil”, memulai langkahnya sebagai jurnalis di Harian Haluan, ketika surat kabar itu masih menjadi rujukan utama masyarakat Sumatera Barat. Melalui rubrik Koran Masuk Desa (KMD) edisi Tanah Datar, ia menyuarakan realitas sosial yang kadang luput dari penglihatan pengambil kebijakan. Tulisannya tajam, menyentil, dan menyulut diskusi. Bagi kolega wartawan, ia adalah rekan diskusi yang hangat dan cerdas. Namun bagi sebagian pejabat, tulisannya bisa menjadi ‘alarm’ kritis yang membuat panas dingin.
Silfia menulis dengan keberanian dan tanggung jawab. Ia hadir dengan gaya khas: berkerudung, bersahaja, dan berpakaian longgar, menyampaikan berita bukan sekadar laporan, tapi juga bentuk kepedulian terhadap masyarakat kecil. Ia adalah contoh bahwa jurnalisme adalah panggilan nurani, bukan sekadar profesi.
Namun ia tak berhenti di balik meja redaksi. Hasrat belajar dan semangat intelektualnya membawanya melanjutkan pendidikan ke jenjang lebih tinggi. Dari IAIN Imam Bonjol Padang, mendalami sosiologi dan antropologi, hingga menuntaskan program doktoral di Universiti Kebangsaan Malaysia, ia melewati setiap tahap akademik dengan fokus dan ketekunan. Ia membuktikan bahwa seorang wartawan bisa menjadi intelektual sejati, dan seorang perempuan bisa menjadi pemimpin perubahan.
Wartawan Pertama dari Tanah Datar yang Menjadi Guru Besar
Silfia adalah wartawan pertama dari Tanah Datar yang menjadi Guru Besar, sekaligus satu dari sedikit perempuan Minangkabau yang menapaki jenjang tertinggi di dunia akademik. Bidang keilmuannya, sosiologi, memberinya kacamata untuk memahami relasi sosial, dinamika budaya, isu gender, dan transformasi masyarakat. Baginya, ilmu bukan sekadar teori, tapi alat untuk merancang solusi berbasis riset dan empati.
Kini sebagai Rektor UIN Bukittinggi, Prof. Silfia membawa semangat perubahan. Ia memimpin kampus bukan hanya sebagai lembaga pendidikan, tetapi sebagai pusat riset yang terhubung dengan realitas masyarakat dan komunitas global. Ia mendorong kolaborasi lintas negara, penguatan peran sosial kampus, dan penelitian yang berdampak nyata.
Di tengah banyak diskusi panjang tentang pemberdayaan perempuan, keadilan sosial, dan pendidikan berkeadaban, Silfia Hanani telah terlebih dahulu turun ke lapangan, berbuat nyata. Ia tidak menunggu gelar untuk bekerja, dan tidak berhenti bekerja setelah meraih gelar.
Penutup:
Prof. Silfia Hanani adalah contoh nyata bahwa pena seorang wartawan dapat mengantar seseorang ke puncak intelektual, dan bahwa perempuan dengan visi dan dedikasi mampu mengubah lanskap pendidikan dan sosiaiìq9oqqq8à 1jĺl di tanah kelahirannya, bahkan melampaui batas geografis dan budaya. Ia adalah wujud dari ilmu yang hidup, menyala, dan terus berbuat. (bakaba.net/Yus MM)*
0 Komentar