Pengukuhan Guru Besar Ismail Novel di UIN Bukittinggi

Pengukuhan Ismail Novel sebagai Guru Besar di UIN Bukittinggi

Jejak Ilmu dan Keteladanan: Pengukuhan Guru Besar Ismail Novel di UIN Bukittinggi

BUKITTINGGI, kiprahkita.com Rabu, 23 Juli 2025 menjadi hari bersejarah bagi Universitas Islam Negeri (UIN) Bukittinggi, saat salah satu putra terbaiknya, Dr. Ismail Novel, dikukuhkan sebagai Guru Besar. Pengukuhan yang dilangsungkan di Student Center UIN Bukittinggi ini tidak hanya menjadi tonggak akademik, tetapi juga momentum reflektif akan dedikasi panjang beliau dalam dunia pendidikan, keilmuan, dan pengabdian masyarakat.

Dr. Ismail Novel

Ismail Novel bukanlah nama baru di lingkungan akademik. Konsistensinya dalam riset, dedikasinya dalam mengajar, serta ketekunannya membimbing mahasiswa telah menjadikannya sosok yang dihormati—tidak hanya sebagai intelektual, tetapi juga sebagai pribadi yang rendah hati dan menginspirasi.

Dalam suasana yang penuh khidmat namun sarat kehangatan keluarga, Ismail Novel berdiri mewakili generasi akademisi yang tidak hanya berorientasi pada pencapaian pribadi, tetapi juga pada kebermanfaatan ilmu. Meskipun kedua orang tuanya telah tiada, kebahagiaan hari itu seolah tetap menjangkau mereka, melalui doa yang tak putus dari sang anak. Doa agar Allah membahagiakan dan mengasihi keduanya, sebagaimana mereka dulu membesarkannya dengan penuh kasih. Doa yang menjadi ruh dari setiap langkah dan keberhasilan.

Kebahagiaan hari itu juga turut dihadirkan oleh istri tercinta, Ratna Defi, serta keluarga besar yang hadir dari berbagai latar: adik, sepupu, sahabat masa kecil, hingga rekan-rekan akademisi dan mahasiswa. Kehadiran mereka bukan sekadar formalitas, melainkan penegasan bahwa keberhasilan Ismail Novel adalah hasil dari cinta, dukungan, dan kebersamaan yang selama ini mengiringi setiap perjuangan.

Gelar Guru Besar bukan hanya capaian akademik tertinggi, tetapi juga amanah keilmuan. Dalam pidato pengukuhannya, Ismail Novel menekankan pentingnya membumikan ilmu agar benar-benar menyentuh kehidupan masyarakat. Ia percaya bahwa ilmu harus menjadi jalan pencerahan, bukan sekadar simbol status. Semangat ini sejalan dengan visi UIN Bukittinggi sebagai kampus integratif yang mengedepankan kolaborasi antara keilmuan Islam, sains, dan kemanusiaan.

Pengukuhan ini menandai babak baru dalam kiprah akademik Prof. Dr. Ismail Novel, sekaligus menjadi inspirasi bagi generasi muda, bahwa kerja keras, keikhlasan, dan cinta pada ilmu akan selalu menemukan jalannya menuju keberkahan.

Prof. Dr. Ismail Novel dikenal luas sebagai dosen, peneliti, dan penulis produktif di bidang pendidikan Islam dan pengembangan sumber daya manusia. Di dunia akademik, kiprahnya ditandai oleh dedikasi tinggi dalam membimbing mahasiswa, menghasilkan karya ilmiah bereputasi, serta aktif dalam berbagai forum ilmiah baik nasional maupun internasional. Ia bukan hanya sosok yang dihormati di ruang kuliah, tetapi juga pemikir yang terus mendorong integrasi ilmu, iman, dan kemanusiaan dalam praktik pendidikan.

Namun, kiprah Ismail Novel tidak berhenti di ruang akademik. Di tengah kesibukannya sebagai dosen dan peneliti, beliau juga aktif dalam pengembangan masyarakat melalui berbagai program pengabdian. Ia sering turun langsung ke lapangan, memberi pelatihan kepemimpinan, pendidikan karakter, serta pemberdayaan ekonomi berbasis masjid dan pesantren. Kepeduliannya terhadap generasi muda juga tampak dalam keterlibatannya sebagai pembina berbagai komunitas literasi, organisasi kepemudaan Islam, dan kegiatan sosial-kemasyarakatan lainnya.

Di tingkat kelembagaan, Ismail Novel pernah dipercaya menjabat beberapa posisi strategis, mulai dari kepala pusat studi hingga pengelola lembaga riset dan penjaminan mutu. Ia juga dikenal sebagai kontributor aktif dalam pengembangan kurikulum dan transformasi kelembagaan di lingkungan UIN Bukittinggi, yang menjadikan kampus ini terus berbenah menjadi pusat keilmuan yang moderat dan adaptif terhadap perkembangan zaman.

Dengan gelar akademik tertinggi yang kini disandangnya, Prof. Dr. Ismail Novel menegaskan kembali komitmennya: menjadikan ilmu sebagai cahaya, bukan sekadar pencapaian pribadi. Ia ingin terus membagikan ilmu untuk membentuk manusia yang utuh: cerdas secara intelektual, matang secara spiritual, dan peka terhadap realitas sosial.

Pengukuhan ini menandai babak baru dalam kiprah panjang beliau. Tidak hanya sebagai Guru Besar di UIN Bukittinggi, tetapi sebagai penjaga akal sehat, penerang jiwa, dan penggerak perubahan sosial. (Yus MM/BS)*

Posting Komentar

0 Komentar