KAYUTANAM, kiprahkita.com - Sebuah rumah sakit (RS) megah dan gagah berdiri di pusat Kota Padang, Provinsi Sumatera Barat. RS itu tidak saja melayani pasien dari seantero Sumatera Barat, tetapi banyak pula pasien dari Jambi, Sumatera Utara, Riau, dan Bengkulu.
Namanya hebat. Satu nama luar biasa kebanggaan Tanah Minangkabau: Dr. M. Djamil, disematkan menjadi nama RS itu. Siapakah M. Djamil?
Menurut informasi yang dirilis pada laman id.wikipedia.org, diketahui nama lengkap beliau adalah Dr. Mohammad Djamil, MPH, DPH gelar Datuk Rangkayo Tuo. Beliau lahir di Kayutanam, Kabupagen Padang Pariaman, pada 28 November 1898, dan meninggal dunia 1961 pada umur 62/63 tahun.
Beliau dikenal sebagai seorang perintis kesehatan masyarakat dan dokter asal Indonesia. Ia juga pernah menjabat sebagai residen Sumatera Barat.
Gubernur Sumatera Barat Buya H. Mahyeldi Ansharullah menilai, sumbangsih dan perjuangan M. Djamil di bidang kesehatan dan perjuangan bangsa secara umum, sesungguhnya sangat layak diganjar penghargaan sebagai Pahlawan Nasional.
"Almarhum dikenal sebagai seorang perintis di dunia kesehatan. Seorang dokter pejuang yang pantas diusung sebagai pahlawan nasional. Sebab, semua syarat telah dilengkapi ke Kementerian Sosial RI," kata gubernur, Jumat (2/11), pada peringatan Hari Kesehatan Nasional ke-59 Tahun 2023 di makam Dr. M. Djamil di Kayutanam.
Menurut gubernur, sebagaimana diberitakan pada akun @Humas.Sumbar yang diakses pada Sabtu (4/11) malam, di bidang kedokteran, Dr. M. Djamil adalah orang Indonesia pertama yang memperoleh dua gelar doktor di bidang kesehatan, dengan titel Doctor Medicinae Interne Ziekten diperoleh dari Universitas Utrecht Belanda pada 31 Mei 1932.
Sedangkan titel doktor kedua adalah Doctor of Public Health (DPH), yang diperoleh dari Universitas Johns Hopkins, Baltimore, Maryland, Amerika Serikat pada 12 Juni 1934.
Mahyeldi menceritakan, Dr. M. Djamil pernah melakukan riset di Koto Gadang dan Sianok mengenai penyakit TBC dan malaria. Dari hasil riset tersebut ia memperoleh penghargaan dari Ratu Wilhelmina.
Penelitian tentang penyakit malaria juga dilakukannya di Poliklinik Natal, Provinsi Sumatera Utara, saat ia bertugas di sana. Kemudian, ia berhasil menemukan cara baru untuk memberantas jentik-jentik nyamuk malaria dengan dedak, dengan peran selaput protozoon di atas air terhadap penjangkitan malaria.
"Atas keberhasilan riset tersebut, dr. Overbeek selaku Kepala Bestrijding di Indonesia memberikannya titel malarialoog atau ahli malaria," ucapnya.
Gubernur menceritakan, M. Djamil juga sangat layak mendapat gelar pahlawan nasional, karena juga pernah menjabat sebagai Residen Sumatera Barat dan Gubernur Muda Sumatera Tengah, sehingga beliau dikenal sebagai dokter pejuang kemerdekaan yang tangguh, dalam pengabdian di bidang kesehatan.
M. Djamil juga aktif berpolitik. Ia juga berperan besar dalam pendirian Fakultas Kedokteran dan Fakultas Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Andalas di Bukittinggi.(adpsb/*; ed. mus)
0 Komentar