Hanya Orang Bodoh yang Mau Diperalat Memecah Muhammadiyah


  • Oleh Musriadi Musanif
  • Anggota Muhammadiyah dan Wartawan Utama di Sumbar

OPINI, kiprahkita.com - Bodoh, kalau Anda anggota Muhammadiyah yang mau diperalat untuk memecah-belah Muhammadiyah. Memenuhi syahwat orang yang ingin berkuasa. 

Super bodoh, kalau orang itu juga pimpinan di Muhammadiyah.

Tapi itulah yang kini mulai terbaca. Ada orang tiba-tiba menjadi bodoh, mau disuruh-suruh calon kepala derah untuk berpecah belah. Gelar akademis boleh tertinggi, jabatan boleh eselon dua. Tapi tetap saja, dia orang bodoh!

Betapa tidak. Selama ini, dia sudah bersusah payah merawat kebersamaan di Muhammadiyah. Menggerakkan Muhammadiyah. Berhabis-habis hari menempa diri menjadi kader Muhammadiyah.

Tetiba saja. Pemilihan kepala daerah (pilkada) dihelat, sebagai bagian dari demokrasi. Lalu tergoda bujuk rayu calon kepala daerah (cakada). Merasa berutang budi. Ada harapan jabatan dan fasilitas yang didapat nanti. Maka 'dirambahnya' Muhammadiyah.

Anggota dan pimpinan diadu-domba. Cabang-cabang dikocok habis. Ngeri-ngeri sedap juga saya membaca laporan seperti itu. Rupanya, tidak siap berbeda pilihan, dan tak rela pilihannya tidak menjadi pilihan orang lain.

Saya sangat mengkhawatirkan. Bila orang-orang bodoh dan penghamba itu terus bergerak, maka nanti setelah pilkada, Muhammadiyah rontok. Kasihan sekali...

Memang benar. Muhammadiyah mengubah sikap terhadap politik praktis pada Pemilihan Umum 2024, baik dalam memilih eksekutif, maupun presiden dan kepala daerah. Ada surat sakti yang bernama 'rekom' yang diterbitkan jenjang pimpinan tertentu.

Rekom itu, isinya pernyataan dukungan terhadap caleg, capres, cagub, cawako, dan cabup. Di sinilah persoalan itu bermula.

Kalau di pemilu legislatif persoalan tidak begitu kentara, karena caleg yang mendapat rekomendasi banyak orang, maka di pilkada calon yang mendapat rekom hanya satu pasangan.

Ada oknum-oknum anggota dan pimpinan Muhammadiyah yang sudah 'tamakan kajai'. termakan budi, dan dimabuk iming. Mereka mau berhabis-habis untuk cakada yang didukungnya. Mau diperalat memecah-belah Muhammadiyah.

Tak jarang pula, mau bermalam-malam 'menghasut' warga Muhammadiyah yang  berada di luar daerah kerjanya. Mau tidak bertegur sapa lagi. Mau keluar modal. Ujung-ujungnya, memaksakan agar pilihannya yang menjadi pilihan orang lain.

Bila tidak cepat diantisipasi, dikhawatirkan orang-orang bodoh ini akan semakin bersimaharajalela. Kebodohannya akan menjadi-jadi. 

Tobatlah sebelum Muhammadiyah benar-benar dipecah belah oleh kadernya sendiri, atas suruhan cakada dukungannya.

Ketahuilah, Anda punya pilihan, orang lain juga punya pilihan.***

Posting Komentar

1 Komentar

  1. Terimakasih pak Mus yang telah mengingatkan kita semua tentang hal ini

    BalasHapus