Libur Nataru Sumatera di Puncak Cuaca Ekstrem

JAKARTA, kiprahkita.com - Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), Dwikorita Karnawati, kembali mengingatkan ancaman cuaca ekstrem, saat puncak cuaca ekstrem di Sumatera Barat.

Dwikorita mengatakan hal itu, Rabu (4/12), saat menghadiri rapat bersama para pemangku kepentingan dan Komisi V DPR RI, untuk membahas progres kesiapan menghadapi arus mudik dan wisata selama libur Natal dan Tahun Baru (Nataru) 2024-2025. 

Rapat ini menyoroti pentingnya langkah antisipasi di tengah puncak cuaca ekstrem yang diperkirakan berlangsung pada periode tersebut.  

Dalam laporannya, Dwikorita menekankan, Indonesia saat ini memasuki puncak musim hujan, yang berpotensi memengaruhi kelancaran arus mudik.  

"Perlu diwaspadai bersama, saat ini kita sedang memasuki musim hujan. Puncak musim hujan di sebagian wilayah Sumatra dan Jawa berada di akhir Desember, sementara wilayah lainnya, terutama Jawa bagian tengah hingga pesisir utara, akan mengalami puncaknya pada Januari 2025," ujar Dwikorita. Ia juga menjelaskan, intensitas hujan diperkirakan meningkat hingga 20% dibandingkan kondisi normal akibat fenomena La Nina lemah. 

Kondisi ini dapat memicu potensi bencana seperti banjir, tanah longsor, dan gangguan lalu lintas di wilayah dengan mobilitas tinggi selama Nataru.  

Dwikorita mengimbau masyarakat yang berencana melakukan perjalanan untuk terus memantau informasi cuaca terkini.  

"Kami mengimbau kepada masyarakat yang berencana melakukan perjalanan untuk terus memantau informasi cuaca terkini, dan mengikuti arahan dari pihak berwenang demi keselamatan selama perjalanan," tegasnya, dikutip dari publikasi  bmkg.go.id, diakses pada Kamis (5/12) pagi.

Untuk mengantisipasi cuaca ekstrem, BMKG telah mempersiapkan posko siaga di berbagai lokasi strategis. Posko utama berada di Kantor Pusat BMKG, sementara 38 posko disiapkan di seluruh stasiun BMKG di 38 provinsi. 

Selain itu, posko gabungan didirikan bersama Kementerian Perhubungan di Dermaga Dua Pelabuhan Merak, 13 pelabuhan, dan 96 bandara untuk mendukung kelancaran arus mudik.  

BMKG juga mengandalkan lebih dari 1.200 alat monitoring cuaca, radar cuaca, serta ratusan alat pendeteksi gempa dan model pemantauan untuk mendukung informasi terkini.(rel/mus)

Posting Komentar

0 Komentar