Pendahuluan: Hidup |
orangtua sukses (Colonel Sanders) |
Selalu Bisa Berubah
Banyak orang mengira bahwa takdir sudah ditentukan sejak lahir. Namun, sejarah menunjukkan bahwa dengan kerja keras, ketekunan, dan keberanian untuk berubah, seseorang bisa mengubah jalan hidupnya.
Ayat yang dimaksud terdapat dalam QS. Ar-Ra'd ayat 11, yang artinya:
"Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum sebelum mereka mengubah keadaan diri mereka sendiri."
(QS. Ar-Ra'd: 11)
Ayat itu mengajarkan bahwa perubahan nasib suatu bangsa atau individu bergantung pada usaha dan ikhtiar mereka sendiri. Jika ingin kehidupan yang lebih baik, harus ada perubahan dalam sikap, tindakan, dan usaha.
 |
Tampil di Tasikmalaya (Musriadi Musanif) |
Berikut beberapa kisah nyata orang-orang yang berhasil membuktikannya.
1. Colonel Sanders -- Dari Gagal Berkali-Kali hingga Sukses dengan KFC
Siapa yang tidak kenal KFC? Ayam renyah dan crispy yang menggemparkan dunia kuliner. Namun, pendirinya, Harland Sanders, mengalami banyak kegagalan sebelum mencapai kesuksesan. Bisa meneteskan air mata membaca kisah hidup beliau.
Sanders pernah bekerja sebagai petani, tak berhasil lalu bekerja di pemadam kebakaran, tak mencukupk juga, dan salesman asuransi sebelum akhirnya membuka restoran kecil di pom bensin.
Saat berusia 65 tahun, ia mengalami kebangkrutan dan hidup dengan uang pensiun yang minim. Ia mencoba menjual resep ayam gorengnya ke berbagai restoran. Tetapi ia ditolak lebih dari 1.000 kali. Ia bahkan menjajakan ayam dari pintu ke pintu.
Akhirnya, setelah perjuangan berat dan panjang itu, ia berhasil mendirikan waralaba Kentucky Fried Chicken (KFC), yang kini menjadi salah satu jaringan restoran cepat saji terbesar di dunia.
Pelajaran: Tidak ada kata terlambat untuk sukses. Kegagalan adalah bagian dari perjalanan menuju keberhasilan. Semangat.
2. Oprah Winfrey -- Dari Masa Kecil Sulit hingga Menjadi Ratu Media Dunia
Oprah Winfrey si kulit hitam manis, lahir dalam keluarga miskin di pedesaan Mississippi, AS. Masa kecilnya penuh dengan penderitaan. Ia mengalami kekerasan dalam keluarga dan tinggal dalam kondisi sangat miskin.
Saat remaja, ia sering diremehkan karena berasal dari latar belakang sederhana. Ketika memulai karier di dunia penyiaran, ia sempat dipecat karena dianggap "tidak cocok untuk televisi". Namun, dengan tekad kuat, ia terus bekerja keras dan akhirnya menjadi Pembawa Acara Talk Show paling berpengaruh di dunia dengan "The Oprah Winfrey Show".
Pelajaran: Latar belakang bukan penghalang untuk sukses. Konsistensi dan kerja keras bisa mengubah hidup seseorang.
3. Jack Ma -- Dari Ditolak Berkali-Kali hingga Mendirikan Alibaba
Pendiri Alibaba, Jack Ma, adalah contoh nyata bagaimana kegagalan bisa menjadi bahan bakar menuju kesuksesannya.
Ia pernah gagal masuk universitas berkali-kali dan akhirnya hanya diterima di universitas biasa di China. Setelah lulus, ia melamar kerja di 30 perusahaan berbeda, termasuk KFC, tetapi semuanya menolaknya.
Ia tak berputus asa, ia mencoba mendirikan beberapa bisnis, tetapi semuanya gagal.
Akhirnya, ia menemukan peluang di dunia internet dan mendirikan Alibaba, yang kini menjadi raksasa e-commerce global. Keren.
Pelajaran: Jangan takut ditolak. Kegagalan adalah jalan menuju keberhasilan yang lebih besar.
Kesimpulan: Takdir Bisa Berubah dengan Usaha.
Ketiga kisah di atas membuktikan bahwa perjalanan hidup tidak ditentukan oleh masa lalu, tetapi oleh usaha dan tekad untuk berubah.
Colonel Sanders membuktikan bahwa usia bukan penghalang untuk sukses. Oprah Winfrey menunjukkan bahwa kesulitan hidup bisa menjadi motivasi untuk bangkit. Jack Ma mengajarkan bahwa kegagalan adalah bagian dari proses menuju keberhasilan.
Jadi, jika saat ini kamu merasa berada di titik rendah dalam hidup, ingatlah bahwa selalu ada kesempatan untuk bangkit dan meraih impianmu. Siapa tokoh inspiratif yang paling menginspirasimu? Bagikan pendapatmu di kolom komentar!
Pribumi
Musriadi Musanif: Dari Cuci Piring di FKIP UMSB hingga Menjadi Wartawan Singgalang
Awal yang Sederhana, Tekad yang Besar
Kisah Musriadi Musanif Musanif Mengubah Takdir :
Musriadi Musanif bukanlah seseorang yang lahir di lingkungan yang penuh kemudahan. Sejak muda, ia sudah memahami bahwa kehidupan tidak selalu memberi jalan yang mudah. Namun, alih-alih mengeluh, ia memilih untuk berjuang. Salah satu titik awal perjuangannya adalah saat bekerja mencuci piring di FKIP Universitas Muhammadiyah Sumatera Barat (UMSB).
Di lingkungan itu, ia melihat banyak mahasiswa yang berjuang dengan buku dan pena. Meskipun ia berada di tempat yang berbeda—di dapur, membersihkan piring-piring kotor—menyapu, dan membersihkan kamarmandi, ia tidak merasa lebih rendah dari mereka. Justru, ia menjadikan lingkungan tersebut sebagai sumber inspirasi. Dalam setiap istirahat singkatnya, ia menyempatkan diri untuk membaca, mencatat, dan mengasah pemahamannya tentang dunia.
Banyak yang mungkin tidak menyangka bahwa dari dapur FKIP UMSB, akan lahir seorang penulis yang kelak dikenal luas. Namun, Musriadi tidak membiarkan keadaan membatasi impiannya. Ia terus belajar dan berusaha mencari celah untuk berkembang.
Menemukan Cinta Sejati pada Jurnalistik
Kecintaan Musriadi pada dunia menulis tumbuh secara alami dari dapur itu. Sejak muda, ia selalu memiliki keingintahuan yang tinggi terhadap dunia di sekitarnya. Ia tidak hanya ingin menjadi penonton kehidupan, tetapi juga ingin merekamnya, menyuarakannya, dan menjadikannya bagian dari sejarah.
Ketika mulai menulis, ia tidak langsung mendapat pengakuan. Tulisan-tulisannya tidak selalu diterima, dan kritik datang dari berbagai arah. Namun, ia tidak pernah menyerah. Setiap penolakan justru menjadi bahan bakar untuk terus memperbaiki diri.
Akhirnya, kerja kerasnya mulai membuahkan hasil. Ia mulai mengirimkan tulisannya ke berbagai media, hingga akhirnya diterima dan menjadi bagian dari Harian Singgalang. Freelance. Di sana, ia tidak hanya menemukan tempat untuk menyalurkan bakatnya, tetapi juga menemukan makna lebih dalam dari profesi jurnalistik.
Jurnalisme bukan sekadar pekerjaan baginya. Ini adalah panggilan jiwa. Ia percaya bahwa tulisan memiliki kekuatan untuk membuka mata masyarakat, menyampaikan fakta, dan bahkan mengubah keadaan.
Menghidupkan Berita dengan Nurani
Sebagai wartawan, Musriadi tidak hanya sekadar mengejar berita. Ia tidak menulis untuk sensasi, tetapi untuk kebenaran. Baginya, jurnalisme harus memiliki integritas. Ia lebih memilih tulisan bersifat problem solving.
Ia selalu berusaha menggali informasi dengan cara yang paling jujur dan adil. Dalam setiap berita yang ia tulis, ia memastikan bahwa suara masyarakat benar-benar terdengar. Ia tidak hanya melaporkan apa yang terjadi, tetapi juga mencoba memahami makna di baliknya.
Gaya penulisannya khas. Setiap kata yang ia pilih selalu memiliki makna. Ia mampu mengubah berita yang tampak biasa menjadi sesuatu yang menyentuh hati pembaca. Dalam setiap artikelnya, ada nyawa, ada emosi, ada kepedulian.
Sebagai jurnalis, ia tidak hanya bekerja di belakang meja. Ia turun ke lapangan, berbicara langsung dengan narasumber, dan merasakan sendiri situasi yang ia tulis. Dengan cara itu, ia bisa memahami lebih dalam setiap peristiwa yang terjadi.
Lebih dari Sekadar Wartawan, Ia Adalah Pengajar
Selain aktif menulis, Musriadi juga memiliki jiwa pendidik. Ia memahami bahwa ilmu tidak boleh berhenti di satu orang saja—ia harus diwariskan, disebarluaskan.
Maka, ia pun mulai mengajar jurnalistik di berbagai perguruan tinggi di Sumatera Barat. Ia ingin memastikan bahwa generasi muda memiliki pemahaman yang benar tentang dunia jurnalistik. Bukan hanya sekadar menulis berita, tetapi juga memahami etika, tanggung jawab, dan kekuatan dari sebuah tulisan.
Ia juga aktif mengisi pelatihan jurnalistik bagi pelajar dan mahasiswa. Dalam setiap sesi pelatihannya, ia selalu menyampaikan bahwa menjadi wartawan bukan sekadar tentang menulis, tetapi juga tentang keberanian. Keberanian untuk bertanya, keberanian untuk menggali kebenaran, dan keberanian untuk menyampaikan fakta meskipun tidak selalu mudah.
Banyak jurnalis muda yang terinspirasi olehnya. Ia bukan hanya seorang guru dalam arti akademik, tetapi juga seorang mentor yang membimbing dengan hati. Ia selalu memberi motivasi kepada mereka yang ingin berkarier di dunia jurnalistik, meyakinkan bahwa selama ada kerja keras dan ketulusan, tidak ada yang tidak mungkin.
Menulis Adalah Hidupnya
Hingga kini, Musriadi Musanif terus berkarya. Menulis telah menjadi bagian dari napas hidupnya. Setiap harinya, ia masih duduk di depan meja, merangkai kata-kata, menyusun berita, dan menyampaikan kisah-kisah yang layak didengar dunia.
Ia percaya bahwa tulisan memiliki kekuatan yang tidak bisa diremehkan. Dengan menulis, seseorang bisa mengubah cara pandang, membangkitkan kesadaran, dan bahkan menggugah hati banyak orang.
Bagi Musriadi, menulis bukan sekadar profesi—itu adalah panggilan jiwa. Ia tidak akan berhenti. Selama masih ada cerita yang perlu disampaikan, selama masih ada suara yang perlu didengar, selama masih ada kebenaran yang harus ditegakkan, ia akan terus menulis.
Kisah yang Terus Berlanjut
Dari seorang pencuci piring di FKIP UMSB hingga menjadi wartawan Harian Singgalang, perjalanan hidup Musriadi Musanif adalah bukti bahwa tidak ada batasan bagi mereka yang berani bermimpi dan berjuang. Takdir bisa ia ubah.
Ia telah membuktikan bahwa sukses bukan tentang dari mana seseorang memulai, tetapi tentang bagaimana ia bertahan, belajar, dan terus melangkah ke depan.
Perjalanannya belum berakhir. Ia masih menulis, masih berbagi ilmu, masih menginspirasi.
Selama tinta masih mengalir di penanya, selama kata-kata masih bisa ia rangkai, Musriadi Musanif akan terus berkisah. (Dirangkum Yusriana Siregar)
0 Komentar