Budayakan ke Masjid Muhammadiyah Bersama Putra-Putri: Investasi Kaderisasi Sejak Dini
KADER MUHAMMADIYAH, kiprahkita.com –Masjid adalah pusat peradaban umat Islam. Dalam Muhammadiyah, masjid bukan hanya tempat ibadah, tetapi juga ruang pengkaderan yang strategis untuk membina generasi yang berakhlak, berilmu, dan berjiwa dakwah. Mengajak anak-anak ke masjid sejak dini adalah langkah konkrit untuk menanamkan nilai-nilai Islam sekaligus memperkuat kaderisasi dalam organisasi.
Allah SWT berfirman:
"Dan perintahkanlah kepada keluargamu mendirikan shalat dan bersabarlah dalam mengerjakannya. Kami tidak meminta rezeki kepadamu, Kamilah yang memberi rezeki kepadamu. Dan akibat (yang baik) itu adalah bagi orang yang bertakwa." (QS. Thaha: 132)
Ayat ini menegaskan pentingnya peran orang tua, khususnya ayah, dalam membimbing keluarganya untuk taat beribadah. Termasuk di dalamnya adalah mengajak ke masjid sebagai bentuk pendidikan spiritual langsung. Ayahlah madrasah pertama anak untuk mengkader putra putrinya guna mengenal masjid lalu persyarikatan Muhammadiyah.
![]() |
Dalam banyak keluarga, sosok ayah menjadi panutan. Ketika ayah hadir dan membiasakan diri shalat berjamaah di masjid, anak-anak akan meneladani. Ini bukan sekadar soal ibadah, tapi juga menciptakan momen kedekatan emosional antara ayah dan anak dalam suasana spiritual.
Masih segar dalam ingatan ketika ayah menggendong dan menuntun kami putra putrinya ke masjid Taqwa Muhammadiyah. Minimal Maghrib, Isya, dan Subuh. Di masjid itu kami belajar salat berjamaah dan berpidato bila Ramadhan. Di sini pula ayah berkiprah sebagai pimpinan ranting, Sontang, Kecamatan Panti, Pasaman. Hingga beliau bersama anggota mendirikan MDA, MTsM, dan MAM untuk kader-kader Muhammadiyah.
Mengapa Muhammadiyah?
Masjid Muhammadiyah punya karakter khas: aktif, produktif, dan membangun. Di sana, anak-anak tidak hanya belajar membaca Al-Qur’an, tapi juga terbiasa dengan budaya diskusi/musyawarah, gotong royong, belajar, dan kerja dakwah. Ini adalah tempat terbaik untuk menumbuhkan nilai-nilai Islam yang modern dan mencerahkan.
Sangat strategis dan praktis bagi keluarga menjadikan masjid Muhammadiyah sebagai madrasah pertama bagi putra putrinya. Ketika kami sudah dewasa, kami akan mencari masjid Muhammadiyah sebagai lokasi beribadah dan istirahat. Pembelajaran dini itu sangat berkesan dan akrab. Bila momen kaderisasi ini dibudayakan lagi, kita akan berlanjut. Meski mereka putra putri kita bersekolah ke tempat lain. Ketika mereka kembali, mereka akan berkiprah di masjid Muhammadiyah lagi.
Trik dan Tips Praktis Budayakan Masjid untuk Keluarga
1. Jadwalkan Waktu Khusus
Pilih waktu-waktu strategis seperti Maghrib, Isya, atau Subuh untuk dibiasakan bersama ke masjid. Bisa dimulai dari akhir pekan jika hari biasa sulit. Nah, manfaatkanlah momen ini bagi pengurus untuk bermusyawarah.
2. Libatkan Anak dalam Kegiatan Masjid
Ajak anak-anak ikut TPA, remaja masjid, atau kegiatan sosial. Mereka akan merasa masjid bukan tempat asing, tapi rumah kedua mereka. Pengurus tentu harus ramah dan mengayomi.
3. Buat Momen Menyenangkan
Setelah dari masjid, luangkan waktu ngobrol atau jajan bareng. Biar anak punya kesan manis tentang pergi ke masjid. Pengurus bisa pula memanfaatkan ini sebagai amal usaha.
4. Beri Contoh Konsisten
Jangan hanya sesekali. Budaya dibentuk dari konsistensi. Meski lelah, terus semangat jadi teladan. Pengurus bisa mendata keluarga sebagai anggota. bermusyawarahlah untuk masalah iuran anggota berapa sanggup.
5. Bangun Kebanggaan sebagai Warga Muhammadiyah
Kenalkan sejarah dan tokoh Muhammadiyah sejak kecil. Biarkan anak tumbuh dengan rasa cinta dan bangga terhadap gerakan Islam ini. Pengurus bisa membuat buletin rutin untuk anggota dengan model tulisan menarik bagi anak-anak kader.
Penutup
Mengajak anak ke masjid bukan perkara kecil. Ini adalah proyek jangka panjang membentuk karakter dan spiritualitas generasi penerus. Jika setiap ayah Muhammadiyah mau memulainya hari ini, maka pengkaderan tidak akan pernah putus. Masjid akan hidup, kader akan tumbuh, dan Islam akan terus berjaya.
Budayakan ke masjid Muhammadiyah dengan putra-putrimu, Ayah—karena dakwah itu dimulai dari rumah. (Y/M/T/*)
0 Komentar