BUDAYA KITA, kiprahkita.com –Idul Fitri Sejatinya Memperkuat Persaudaraan
Matahari baru saja terbit ketika kami tiba di rumah kakek tertua. Seperti tahun-tahun sebelumnya, seluruh keluarga dari garis keturunan ayah sesudah shalat Subuh berkumpul di sini untuk merayakan Idul Fitri. Halaman rumah yang luas dipenuhi dengan suara tawa dan canda anak-anak. Mereka menyambut sanak saudara yang datang dari berbagai penjuru.
Aku ingat dulu, sebagai anak kecil, tradisi ini terasa melelahkan. Bangun pagi-pagi, mandi sebelum Subuh, dan harus membawa bekal berupa nasi serta dua macam gulai—rendang ayam dan daging sapi—terasa merepotkan. Belum lagi harus duduk berdesakan di ruang tamu sambil mendengarkan cerita orang-orang tua yang terasa asing bagi kami yang masih kecil. Mangkobar namanya. Tapi kini, setelah beranjak dewasa, aku menyadari betapa berharganya momen Idul Fitri ini.
![]() |
Kami semua duduk melingkar di tikar panjang yang telah digelar di ruang tengah. Bekal yang dibawa masing-masing keluarga disusun rapi, siap disantap bersama. Aroma rendang yang kaya rempah bercampur dengan wangi nasi hangat, menciptakan suasana yang khas usai Subuh itu. Kami menikmati sarapan bersama dengan penuh kehangatan, saling bertukar cerita dan melepas rindu. Bertukar kabar.
Setelah sarapan, kami bersiap-siap untuk berangkat salat Idul Fitri. Siapa yang tidak shalat dapat giliran cuci piring. Duh, sial banget rasanya bila kami yang cewek-cewek dapat giliran ini. Bagi yang shalat, di perjalanan menuju masjid, mereka melihat wajah-wajah yang dulu terasa asing kini menjadi begitu akrab. Sepupu-sepupu yang dulu hanya sekadar nama kini menjadi sahabat yang sering berbagi cerita dan pengalaman. Para orang tua pun tetap mempertahankan tradisi ini, memastikan bahwa generasi selanjutnya tetap merasakan indahnya kebersamaan keluarga di Idul Fitri.
Idul Fitri Memperkuat Persaudaraan
Idul Fitri ketika itu bukan sekadar hari kemenangan setelah menjalani ibadah puasa selama sebulan penuh. Lebih dari itu, Idul Fitri menjadi momentum istimewa untuk mempererat tali persaudaraan dalam keluarga. Tradisi berkumpul bersama keluarga besar, seperti yang kami jalani, menjadi salah satu bentuk nyata bagaimana Idul Fitri mampu memperkuat hubungan kekeluargaan.
Setiap tahun, keluarga dari garis keturunan ayah berkumpul di rumah kakek tertua. Tradisi ini telah berlangsung sejak dahulu kala dan terus dipertahankan hingga sekarang. Semua anggota keluarga datang dengan membawa bekal nasi serta dua macam gulai, yaitu rendang ayam dan daging sapi. Tak hanya itu, berbagai macam kue juga disajikan untuk dinikmati bersama. Acara ini menjadi momen kebersamaan yang diawali dengan makan pagi bersama sebelum berangkat menunaikan salat Idul Fitri.
Pada awalnya, kebiasaan ini terasa berat. Jarak, kesibukan, dan berbagai alasan lainnya sering kali menjadi penghalang. Namun, seiring berjalannya waktu, kami menyadari bahwa tradisi ini memiliki manfaat besar. Dengan berkumpul di rumah kakek tertua, kami memiliki kesempatan untuk bertemu sanak saudara yang jarang bersua, mempererat hubungan, serta saling berbagi cerita dan pengalaman. Rasa kebersamaan dan kekeluargaan semakin kuat, seolah menghapus jarak dan perbedaan yang ada.
Idul Fitri mengajarkan nilai-nilai kebersamaan, saling berbagi, dan memaafkan. Dengan menjaga tradisi berkumpul bersama, persaudaraan dalam keluarga tetap terjalin erat. Kebiasaan ini bukan sekadar ritual tahunan, tetapi juga menjadi pengingat bahwa keluarga adalah tempat kembali, tempat berbagi suka dan duka. Oleh karena itu, mempertahankan tradisi ini adalah salah satu cara untuk menjaga keharmonisan keluarga dan memperkokoh persaudaraan.
Seiring waktu, kami semakin memahami makna di balik tradisi ini. Bukan hanya tentang makanan yang disajikan atau rumah siapa yang menjadi tempat berkumpul, tetapi lebih kepada nilai-nilai yang diwariskan. Idul Fitri adalah momen yang menyatukan, menghangatkan, dan menguatkan ikatan persaudaraan. Dengan tetap menjaga tradisi ini, kami yakin bahwa hubungan keluarga akan tetap erat dan penuh kehangatan, tidak hanya di hari raya, tetapi juga dalam kehidupan sehari-hari.
0 Komentar