MENTAWAI, kiprahkita.com –Pulau Sipora, Kepulauan Mentawai, kembali dilanda bencana. Hujan deras yang mengguyur selama berjam-jam sejak Senin malam (9/6) hingga Selasa pagi (10/6/2025) memicu banjir besar dan longsor di dua kecamatan utama, yaitu Sipora Utara dan Sipora Selatan. Ratusan rumah tergenang, fasilitas umum lumpuh, dan sejumlah infrastruktur mengalami kerusakan.
Wilayah dan Dampak Banjir
Kecamatan Sipora Utara, khususnya Desa Tuapejat, Sidomakmur, Goisooinan, dan Bukit Pamewa, mencatat lebih dari 180 kepala keluarga (KK) terdampak. Air merendam rumah warga hingga ketinggian 30–100 cm. Puskesmas Mapadegat ikut tergenang, sementara satu jembatan penghubung desa terendam dan mengalami kerusakan.
Sementara itu, Kecamatan Sipora Selatan mencatat dampak yang tak kalah besar. Di Desa Saureinu, banjir menggenangi sekitar 218 rumah, menghanyutkan ternak warga, dan memutus jaringan listrik serta telekomunikasi selama dua hari penuh. Dusun Sao, Matobe, Bosua, dan Beriulou juga terdampak parah. Total keseluruhan, sekitar 817 KK di dua kecamatan mengalami dampak langsung dari banjir dan longsor tersebut.
Kerusakan Fisik dan Infrastruktur
Banjir disertai longsor menyebabkan kerusakan rumah di lima lokasi berbeda. Beberapa rumah rusak berat hingga tak layak huni. Jalan-jalan desa tertutup lumpur dan material longsor, menghambat distribusi bantuan. Jaringan komunikasi Telkom dan listrik lumpuh di beberapa titik, terutama di Saureinu dan sekitarnya.
Tanggap Darurat dan Bantuan
Pemerintah Kabupaten Kepulauan Mentawai langsung menetapkan status tanggap darurat selama 14 hari ke depan, terhitung sejak 11 hingga 24 Juni 2025. Tim BPBD, TNI, Polri, Basarnas, serta relawan telah dikerahkan untuk membantu proses evakuasi dan penyaluran logistik.
Dapur umum mulai didirikan di beberapa titik, menyediakan makanan dan logistik dasar seperti beras dan minyak goreng. Pada 13 Juni, bantuan telah menjangkau Dusun Sao, salah satu wilayah yang sempat terisolasi akibat longsor dan jalan amblas.
Akar Masalah: Alam yang Terluka
Banjir dan longsor ini tak semata akibat curah hujan tinggi. Data pemetaan menunjukkan bahwa sekitar 540 hektar hutan di Pulau Sipora telah rusak sejak tahun 2001. Alih fungsi lahan dan lemahnya konservasi memperparah kerentanan daerah terhadap bencana hidrometeorologi. Selain itu, sistem drainase desa yang tersumbat, terutama di wilayah Mapadegat, membuat air tidak bisa surut dengan cepat.
Rekomendasi untuk Mitigasi ke Depan
Ke depan, ada beberapa langkah penting yang harus diambil bersama:
Rehabilitasi hutan dan konservasi daerah tangkapan air.
Perbaikan saluran drainase dan pembangunan tanggul pengendali banjir.
Penguatan sistem peringatan dini berbasis cuaca ekstrem.
Pembangunan infrastruktur tahan bencana di daerah rawan longsor dan banjir.
Kronologi Banjir di Kepulauan Mentawai
Hujan lebat melanda wilayah Kepulauan Mentawai, Sumatera Barat sejak Senin malam (9/6) hingga Selasa pagi (10/6) menyebabkan banjir di sejumlah titik di Kecamatan Sipora Utara dan Sipora Selatan.
Banjir terjadi sekitar pukul 07.00 WIB akibat meluapnya sungai di beberapa desa. Tim Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kepulauan Mentawai langsung turun ke lapangan untuk melakukan pemantauan dan kaji cepat.
Kabid Kedaruratan dan Logistik BPBD Mentawai, Amir Ahmari menjelaskan banjir berdampak pada enam wilayah dengan sekitar 183 kepala keluarga (KK) terdampak.
"Di Sipora Utara, banjir melanda Dusun Mapadegat, Dusun Turonia, Dusun Camp, Desa Sidomakmur, Desa Goisooinan, dan Desa Bukit Pamewa. Total 183 KK terdampak,” ujar Amir di Tuapejat pada Rabu (11/6).
Berdasarkan pendataan yang dilakukan, terinci banjir di Dusun Mapadegat merendam sekitar 60 rumah warga, termasuk Puskesmas Mapadegat. Di Dusun Turonia tercatat 10 rumah tergenang, sementara di Dusun Camp terdapat 25 rumah yang terdampak.
Desa Sidomakmur melaporkan 20 rumah dan satu unit Balai Penyuluh Pertanian (BPP) ikut terendam banjir. Di Desa Goisooinan, sebanyak 68 rumah terdampak, sedangkan di Desa Bukit Pamewa, satu jembatan penghubung juga ikut terendam banjir.
Sementara itu, di Kecamatan Sipora Selatan, banjir juga melanda dua desa dengan keterangan nihil korban jiwa.
Baca:
http://www.kiprahkita.com/2025/06/babak-baru-sumatera-barat-arry-yuswandi.html
Penutup
Bencana banjir di Pulau Sipora menjadi cerminan nyata betapa pentingnya keseimbangan antara pembangunan dan pelestarian alam. Warga menunjukkan ketangguhan, dan pemerintah merespons cepat. Namun, pemulihan jangka panjang dan langkah-langkah pencegahan harus segera diprioritaskan agar kejadian seperti ini tak terulang, kita semua perlu terlibat: dari warga, pemerintah, hingga komunitas sipil.(Yus MM/Berbagai sumber*)
Baca Juga:
http://www.kiprahkita.com/2025/06/mts-muhammadiyah-maligi-potret-lain.html
0 Komentar