MTs Muhammadiyah Maligi, Potret Lain Sekolah Laskar Pelangi
MALIGI, PASAMAN BARAT, kiprahkita.com –Pagi itu, suara debur ombak dari pesisir Maligi mengiringi langkah kaki tujuh siswa kecil yang berjalan perlahan menuju sebuah bangunan sederhana di tengah hamparan tanah berpasir. Bangunan itu adalah MTs Muhammadiyah Maligi, satu-satunya madrasah tingkat pertama di Nagari Maligi, Kecamatan Sasak Ranah Pasisie, Pasaman Barat.
![]() |
Kondisi Kelas' dan fasilitas meja kelas 8 |
![]() |
Kelas Buram |
Bangunannya tampak renta. Atapnya bocor, dindingnya penuh tambalan, dan lantainya sudah banyak yang mengelupas, meja belajar pun demikian. Bahkan siswa tak punya seragam untuk ke sekolah. Meski demikian, semangat belajar tak luntur dari wajah para siswa. Hari itu adalah hari ujian semester genap – momen penting yang menandakan tekad untuk tetap mengejar ilmu di tengah segala keterbatasan.
![]() |
Siswa kelas 7 |
Sungguh miris, kelas 7 hanya memiliki 7 orang siswa, dan kelas 8 sebanyak 13 orang. Mereka belajar dalam ruangan seadanya, berbagi fasilitas yang jauh dari layak. Tak ada proyektor, tak ada laboratorium, bahkan meja dan kursi pun sebagian sudah aus dan rusak. Namun, ada satu hal yang tetap menyala: semangat belajar mereka.
Sekolah ini nyaris menjadi "versi nyata" dari sekolah Laskar Pelangi. Berlokasi di ujung barat Sumatera Barat, terpencil dan jauh dari pusat kota, sekolah ini bertahan bukan karena fasilitas, tetapi karena pengabdian guru dan tekad murid-muridnya.
“Siswa datang ke sekolah bukan karena kemewahan, tapi karena harapan. Di balik dinding yang retak ini, mereka tetap bercita-cita jadi guru, dokter, ustaz, bahkan pemimpin,” ungkap seorang guru Andri yang setia mengajar di MTs ini sejak berdiri.
Di tengah tantangan kemiskinan Nagari Maligi — mulai dari akses jalan yang sulit, ekonomi warga yang lemah, hingga keterbatasan sarana belajar — keberadaan MTs Muhammadiyah Maligi ibarat pelita kecil di tengah gelap. Ia mungkin redup, tapi tetap menyala.
Kini, lebih dari sekadar angka ujian atau jumlah murid, MTs Muhammadiyah Maligi menanti tangan-tangan dermawan, perhatian pemerintah, dan dukungan masyarakat untuk kembali menghidupkan harapan di daerah pesisir ini sangat dibutuhkan.
Sekolah di Tengah Keterbatasan, Tapi Penuh Semangat – MTs Muhammadiyah
Di balik bangunan sederhana ini, ada cerita tentang semangat yang tak pernah padam. MTs Muhammadiyah berdiri di tengah keterbatasan, namun menjadi pelita bagi anak-anak dari keluarga prasejahtera yang tetap gigih menuntut ilmu.
Seperti kisah Laskar Pelangi, mereka belajar di ruang kelas yang mulai rapuh. Atap bocor, bangku rusak, dan fasilitas belajar yang minim tak menyurutkan langkah mereka. Setiap pagi, mereka datang dengan harapan: ingin mengubah nasib lewat pendidikan seperti sudah diceritakan di atas.
![]() |
Kondisi Bangunan dari sisi samping |
![]() |
Kondisi Loteng Bangunan |
Mereka tidak bisa berjalan sendiri.
Mereka butuh uluran tangan kita.
Meski jumlah mereka hanya 7 kelas 7 dan 13 kelas 8.
✨ Kami mengajak kita untuk ikut jadi bagian dari perubahan.
Uluran tangan kita, sekecil apa pun, akan sangat berarti. Donasi bisa digunakan untuk:Perbaikan ruang kelas, Pengadaan buku dan alat tulis, Bantuan seragam sekolah, Dukungan operasional belajar, dan banyak hal seperti gaji guru mereka butuhkan.
📌 Mari bantu mereka meraih mimpi!
💳 Rekening Donasi:
![]() |
Rekening Donasi a.n. [MTsM Maligi] BRI 545301017570533 |
![]() |
📞 Kontak & Konfirmasi Donasi: |
Karena pendidikan layak bukanlah mimpi—ia adalah hak setiap anak. BRI 545301017570533 Kontak 081267003654.
Kemiskinan Masyarakat Nagari Maligi: Tantangan dan Harapan di Pesisir Barat Sumatera
Nagari Maligi terletak di pesisir pantai Kabupaten Pasaman Barat, Sumatera Barat. Masyarakatnya sebagian besar berprofesi sebagai nelayan tradisional dan petani tambak. Namun, meskipun memiliki potensi alam yang melimpah, mereka menghadapi tantangan besar dalam hal kesejahteraan ekonomi. sumbar.antaranews.com
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Yulia Anas pada tahun 2013, sekitar 45,1% keluarga di Kabupaten Pasaman Barat hidup di bawah garis kemiskinan, dan 19% di antaranya tinggal di daerah pesisir seperti Maligi. Faktor-faktor penyebab kemiskinan di daerah ini antara lain rendahnya tingkat pendidikan, perilaku konsumtif, dan terbatasnya akses terhadap fasilitas kesehatan dan infrastruktur dasar. ejournal.unp.ac.id.
Selain itu, masyarakat Maligi juga menghadapi masalah infrastruktur yang buruk. Akses jalan menuju nagari ini sering terputus akibat banjir dan abrasi, sehingga menyulitkan mobilitas dan distribusi barang. Bahkan, pada tahun 2019, tiang pancang untuk pembangunan jembatan di atas Sungai Batang Suak yang telah dipasang sejak 2017 belum juga dilanjutkan, membuat masyarakat terpaksa menggunakan rakit untuk menyeberang. pasbana.com, prodeteksi.com, sumbar.antaranews.com.
Meskipun demikian, masyarakat Maligi menunjukkan semangat gotong royong yang tinggi. Contohnya, dalam upaya mengatasi abrasi dan kerusakan lingkungan pesisir, mereka bersama pemerintah daerah menanam 7.500 bibit mangrove dan 900 cemara laut sebagai langkah mitigasi bencana. pasbana.com
Kondisi ini menunjukkan bahwa meskipun Maligi kaya akan potensi alam dan budaya, masih banyak tantangan yang harus dihadapi untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakatnya. Peningkatan infrastruktur, akses pendidikan dan kesehatan, serta dukungan terhadap sektor perikanan dan pertanian lokal menjadi kunci untuk mengurangi kemiskinan di daerah ini. (Yusriana Musriadi Musanif)
0 Komentar