"Menjemput Cahaya Harapan dari Sekolah yang Hampir Padam" Kisah Perjuangan Kepala MTs Muhammadiyah Maligi, Andri Afriza, S.Ag

"Menjemput Cahaya dari Sekolah yang Hampir Padam"

Kisah Perjuangan Kepala MTs Muhammadiyah Maligi, Andri Afriza

MALIGI-PASBAR, kiprahkita.com Di balik sekolah sederhana yang berada di pinggir pantai Maligi, Pasaman Barat, tersimpan sebuah kisah perjuangan yang tak biasa. MTs Muhammadiyah Maligi, dahulu hanyalah bangunan sunyi yang hampir dilupakan. Muridnya bisa dihitung dengan jari, guru-gurunya sebagian telah berhenti karena honor yang tak kunjung dibayar. Bahkan, listrik, air bersih, dan toilet pun tak tersedia. Sekolah itu seperti kuburan, sunyi, rapuh, dan penuh luka infrastruktur.

Penyerahan SK Kepala MTs Muhammadiyah 

Namun segalanya mulai berubah sejak Andri Afriza dipercaya menjadi kepala madrasah. Ia datang bukan dengan segudang fasilitas atau dana besar, melainkan dengan semangat membara sebagai seorang alumni yang tak rela melihat sekolahnya tenggelam dalam keterpurukan.

Andri bukanlah sosok yang lahir dari kemewahan. Sejak jadi kepala sekolah, ia pernah jadi loper koran Singgalang, sopir proyek jalan tol Padang Si Cincin, hingga pedagang kecil jeruk demi bertahan hidup karena belum gajian. Semua itu ia jalani sembari tetap menyimpan mimpi: ingin mengubah wajah pendidikan, khususnya di tempat ia pernah menimba ilmu.

Begitu menjabat, ia langsung dihadapkan dengan kenyataan pahit: tak ada listrik, tak ada air, bahkan WC pun rusak berat. Gaji? Tiga bulan menjabat tanpa honor sepeser pun. Namun tekadnya tak padam. Dengan tangan sendiri, ia menggali sumur, memperbaiki WC, dan memasang ulang listrik. Perlahan tapi pasti, MTs Muhammadiyah Maligi mulai hidup kembali.

Perubahan Toilet Madrasah 

Di tengah segala keterbatasan, Andri juga memulai pembinaan akhlak dan keagamaan kepada siswa. Ia sadar, bangunan fisik bisa dibangun, tapi karakter harus dibentuk. Kini, anak-anak mulai dibina di masjid dan musholla, kegiatan keagamaan pun kembali hidup.

Fase berikutnya adalah pembangunan fisik sekolah. Atap, lantai, plafon—semuanya diperbaiki. Semua dilakukan bersama, dengan dukungan alumni dan masyarakat, termasuk dari jaringan alumni lintas Kauman.

Tak hanya itu, Andri dan timnya kini sedang mencari modal usaha produktif agar siswa bisa sekolah sambil bekerja. Karena ia tahu, membangun sekolah tak cukup dengan mimpi—harus ada pondasi ekonomi.

Menggali Sumur Bersama Siswa 

Meski masih menghadapi hutang operasional, dan gaji guru yang belum terbayar hampir setahun, ia tetap melangkah. Kini sudah 7 siswa baru mendaftar, sebuah awal yang menjanjikan. Sekolah ini, yang dulu nyaris mati, kini menjadi tuan rumah pertemuan kepala madrasah se-Pasaman Barat.

"Ini bukan sekadar sekolah," kata Andri, “ini rumah harapan yang harus kita bangun bersama.”

Di sebuah sudut tenang di Maligi, Pasaman Barat, berdiri sebuah sekolah sederhana: MTs Muhammadiyah Maligi. Sekolah ini jauh dari hiruk pikuk kota, tapi justru di situlah tersimpan kisah perjuangan luar biasa dari seorang alumni, Andri Afriza, yang kini dipercaya menjadi kepala sekolah. SK Kepala sudah diperbaharui pada 18 Januari 2025.

Ketika Andri datang, sekolah ini seperti hidup segan, mati tak rela. Lampu-lampu mati, listrik terputus, toilet rusak, dan air bersih tak tersedia. Suasana sekolah sunyi, nyaris tanpa nyawa. Jumlah murid pun sangat minim: kelas 7 hanya memiliki 7 siswa, kelas 8 hanya 13 orang. Banyak guru telah berhenti karena honor tak kunjung dibayar, bahkan sudah hampir setahun lamanya.

Namun Andri tak gentar. Ia datang bukan sebagai pejabat penuh fasilitas, tapi sebagai mantan loper koran, sopir proyek tol, dan pedagang kecil yang mengerti arti perjuangan. Ia langsung bergerak cepat: menggali sumur sendiri, memperbaiki WC dan listrik, membenahi kondisi dasar sekolah.

Kini, air bersih dan listrik telah kembali mengalir. Pembinaan akhlak dan keagamaan juga mulai rutin diadakan. Anak-anak dibina di masjid dan musholla, agar tak hanya cerdas, tapi juga berkarakter.

Pemasangan Listrik 

Pembangunan fisik sekolah sedang berjalan. Atap bocor, lantai rusak, dinding rapuh—semuanya diperbaiki perlahan atas dukungan alumni dan masyarakat, termasuk alumni lintas Kauman. Lebih dari itu, Andri juga tengah mencari modal untuk membuka unit usaha produktif, agar kelak anak-anak bisa sekolah sambil bekerja untuk masa depan mereka.

Namun, sekolah ini masih butuh uluran tangan. Ini benar-benar seperti kisah Laskar Pelangi versi Pasaman Barat. Muridnya sedikit, tapi harapan mereka besar. Mereka butuh dukungan kita untuk membangun kembali infrastruktur sekolah, agar pendidikan tetap bisa bertahan di tempat terpencil ini.

Dari ruang-ruang sederhana inilah, cahaya masa depan bisa kembali dipancarkan—asal kita semua bersedia menjadi bagian dari perjuangan ini.

Mari kita bantu MTs Muhammadiyah Maligi , sekecil apapun sumbangan kita sangat berharga bagi masa depan anak Maligi. Karena setiap asa kecil, jika dijaga, bisa mengantar dari mimpi mereka , menjadi nyata.

Nomor rekening dan kontak person MTs Muhammadiyah 

Daftar Donasi yang sudah masuk:

Kebutuhan rehabilitasi sekolah mtsm maligi

1. Atap seng 8 kodi /kodi Rp.1.600.000= Rp.12.280.000

2. Triplek 20 lbr/lbr  Rp. 85.000=Rp. 1.700.000

3. Semen 50 zak/zak  Rp. 85.000 = Rp.4.250.000

4. upak 10 hari/hari  Rp. 150.000= Rp. 1.500.000

Total. Rp. 19.730.000

List donatur yang ikut menyumbang:


1. Ikhlas Bahar (atap seng 1 kodi 1.600.000, triplek 2 lbr 170.000, semen 5 zak 425.000 dan upah 2 hari 300.000= 2.500.000✅

2. Amel Dahlan 2 sak semen 200.000✅

3. Ni Mai, Duri, 2 sak semen 170.000✅

4. Nini lukman, PKU 2 sak 200.000 semen✅

5. Arminiwati, JKT. 2 juta✅

6. Tot, PKU, semen 2 sak 170.000, upah tukang 2 hari 300.000 ✅

7. Derliana rp.100 rb ✅

8. Yultia 2 zak semen 170.000

9. Mardiana, 4 sak semen 400 rb

10. Hamba Allah Rp.200.000,-✅

11. Nominah Harahab 500 rb✅

12. Arna Anwar, 500 rb

13. .

14. .

15. .

16. Lanjutkan fastabikul Khairan 


Bantuan bisa ditranfer ke rekening MTsM Kinali pada Bank BRI no. (002) No.5453.01.017570._53_3.

Posting Komentar

0 Komentar