Apakah Indonesia Sekeren Itu, Bestie? Ekspor Listrik Bersih ke Singapura dalam Sorotan
JAKARTA, kiprahkita.com –Belakangan ini, jagat media sempat diramaikan kabar bahwa Indonesia akan mengekspor listrik berbasis energi baru dan terbarukan (EBT) ke Singapura. Kabar ini datang dari Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Bahlil Lahadalia, setelah penandatanganan nota kesepahaman (MoU) antara kedua negara. Rencana ekspor ini akan mengandalkan pembangkit listrik tenaga surya (PLTS), angin, air, dan sumber EBT lainnya. Lantas, muncul pertanyaan yang cukup menggoda rasa ingin tahu: Benarkah Indonesia sekeren itu, bestie?
![]() |
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Bahlil Lahadalia |
Langkah Maju atau Prioritas yang Keliru?
Dari satu sisi, kita patut bangga. Indonesia berhasil menunjukkan diri sebagai pemain yang mulai diperhitungkan dalam transisi energi hijau di kawasan Asia Tenggara. Ekspor listrik bersih tentu bukan hal sembarangan; ia menandakan adanya kelebihan pasokan dari sisi kapasitas pembangkit atau paling tidak, adanya investasi besar dalam teknologi EBT.
Namun, kebanggaan itu juga harus dibarengi sikap kritis. Masih banyak wilayah di Indonesia yang belum menikmati listrik secara optimal. Bahkan menurut data Kementerian ESDM sendiri, masih ada desa-desa di kawasan timur Indonesia yang mengalami defisit pasokan atau belum teraliri listrik 24 jam penuh. Maka, pertanyaannya bukan hanya "bisa ekspor atau tidak?", tapi juga "siapa yang paling diuntungkan duluan?"
EBT Kita Sudah Siapkah?
Secara geografis, Indonesia memang punya potensi luar biasa dalam bidang energi terbarukan. Matahari bersinar sepanjang tahun, angin bertiup di banyak wilayah pesisir, dan sungai mengalir deras di pegunungan. Tapi sayangnya, potensi belum berarti kesiapan. Infrastruktur EBT kita masih dalam tahap bertumbuh, dengan berbagai tantangan seperti pembebasan lahan, investasi teknologi, hingga sinkronisasi dengan jaringan listrik PLN yang belum sepenuhnya mendukung integrasi EBT secara maksimal.
Jadi, ekspor ini bisa jadi semacam "jualan dulu untuk bangun dapur" — kita menjual sebagian listrik bersih agar bisa menarik investasi dan menambah pendapatan negara. Tapi tentu, dengan harapan bahwa hasilnya juga kembali ke rakyat.
Diplomasi Energi dan Posisi Indonesia
Jika dilihat dari sisi hubungan internasional, ekspor ini juga bisa dilihat sebagai bentuk diplomasi energi. Singapura, yang punya keterbatasan lahan dan sumber daya alam, sangat bergantung pada negara tetangga untuk kebutuhan energinya. Ketika Indonesia hadir sebagai solusi, ini meningkatkan posisi tawar kita — bukan hanya sebagai eksportir batubara, tapi juga sebagai mitra energi bersih.
Bahlil menjelaskan, ekspor listrik ke Singapura ini berbasis energi baru dan terbarukan. Nantinya listrik yang dikirim bersumber dari Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS), sumber energi dari angin, air, dan lainnya.
"Kita kirim listrik ke saudara kita di Singapura, nanti Pemerintah Singapura bersama-sama dengan Indonesia membangun kawasan industri bersama. Ini agar kita maju bersama-sama, kita bangun industri hilirisasi, dan saudara kita di Singapura kita kirim EBT," ujar Bahlil di Kantor Kementerian ESDM, Jumat (13/6/2025).
Adapun perdagangan listrik EBT lintas batas ini nantinya membawa potensi investasi senilai USD30-USD50 miliar untuk investasi pembangkit panel surya, USD2,7 miliar untuk manufaktur panel surya dan BESS (Battery Energy Storage System).
Lebih jauh, perdagangan listrik EBT dengan Singapura ini juga berpotensi mendatangkan devisa senilai USD4-6 miliar per tahun, dan USD210-600 juta untuk potensi penambahan penerimaan negara per tahun.
Kesimpulan: Sekeren Itu, Tapi Masih Banyak PR
Jadi, apakah Indonesia sekeren itu, bestie? Jawabannya: Iya, tapi belum sepenuhnya. Langkah ekspor listrik bersih ini patut diapresiasi sebagai langkah maju dan strategis. Tapi jangan lupa, tugas utama negara adalah memastikan seluruh rakyatnya terlebih dahulu mendapat akses energi yang adil dan berkelanjutan. Ekspor adalah langkah besar, tapi jangan sampai rumah kita sendiri masih gelap ketika tetangga mulai terang benderang.(Okz)
0 Komentar