Pagaruyung sebagai Magnet Wisata: Jangan Lupa yang Penunjang!
TANAH DATAR, kiprahkita.com –Jika memang serius ingin menjadikan Istana Basa Pagaruyung sebagai magnet wisata unggulan di Sumatera Barat, maka sudah saatnya Pemkab Tanah Datar dan semua pemangku kepentingan pariwisata melihat potensi ini secara menyeluruh dan terintegrasi.
Tidak cukup hanya mengandalkan ikon megah di tengah sawah — daya tarik destinasi harus diperkuat dari berbagai sisi, terutama yang bersentuhan langsung dengan pengalaman wisatawan dan nilai budaya lokal.
![]() |
Silat salah satu budaya yang disukai |
Budaya Adalah Daya Tarik Paling Kuat
Istana Pagaruyung bukan hanya replika sejarah. Ia adalah simbol kejayaan adat Minangkabau, tempat berkumpulnya kearifan lokal, dan panggung megah bagi kesenian, pencak silat, hingga tradisi unik yang nyaris punah. Akan sangat disayangkan bila wisatawan datang hanya untuk foto di depan bangunan, tanpa disuguhkan cerita hidup dari budaya yang mengelilinginya.
Bayangkan jika setiap akhir pekan, pelataran istana dipenuhi pertunjukan randai, silek, saluang, tari piriang, atau permainan anak nagari. Ini bukan hanya akan menambah lama tinggal wisatawan, tetapi juga menghidupkan ekonomi kreatif dan membangkitkan kebanggaan lokal. Generasi muda pun akan punya ruang aktualisasi untuk mempertahankan identitas budayanya.
Ini pun bisa menghidupkan teater anak nagari. Job ini berikan kepada warga setempat. Siapkan guru. Berdayakan anak nagari setempat sehingga mengurangi biaya mencater teater luar. Penggajian tentu Pemda Tanah Datar yang mengelola dengan persentase pembelian karcis dan parkir.
Nah bila kerja sama ini dikelola secara profesional kedua belah pihak akan sama beruntung. Cepat kita kemas budaya ini menjadi satu paket layanan wisata di Tanah Datar.
Jalan Rusak, Niat Wisata Bisa Rusak
Namun, daya tarik sekuat apa pun akan kehilangan pesonanya jika akses menuju lokasi masih menyulitkan. Salah satu keluhan utama wisatawan adalah kondisi jalan dari beberapa jalur masuk ke Batusangkar, terutama:
Jalur Ombilin – Batusangkar, dan
Simpang Piladang – Batusangkar.
Kedua jalur ini sering dikeluhkan karena sempit, rusak, dan membahayakan, padahal banyak wisatawan dari luar daerah — termasuk dari lintas provinsi — yang melewati jalur tersebut.
Kalau Pagaruyung mau bersaing dengan destinasi nasional lainnya, maka standar kenyamanan dan keselamatan pengunjung pun harus dinaikkan. Akses jalan yang baik bukan hanya kebutuhan infrastruktur, tapi juga bagian dari citra pariwisata. Jalan yang bagus memberi kesan pemerintah peduli dan serius.
Sinergi Adalah Kunci
Tentu, pekerjaan besar ini tidak bisa dibebankan ke satu pihak. Pemda, pelaku seni, komunitas budaya, tokoh adat, hingga warga sekitar harus membangun sinergi. Begitu juga dengan dukungan dari provinsi dan pemerintah pusat, agar anggaran dan perhatian untuk infrastruktur dan pengembangan budaya tidak berhenti di tataran wacana.
Membuat Pagaruyung sebagai magnet wisata bukan hal mustahil. Kita sudah punya modal sejarah, budaya, dan alam yang luar biasa. Yang dibutuhkan tinggal kesungguhan, sinergi, dan keberanian untuk berpikir dari perspektif wisatawan. (Yus MM*)
0 Komentar