Honda Brio Putih yang Ditumpangi Siswa SMAN 10 Padang Tertabrak Kereta Api hingga Terseret dan Terguling

Tragedi Jati: Saat Duka Menuntut Tindakan Nyata

PADANG, kiprahkita.com Sebuah mobil Honda Brio putih yang ditumpangi siswa SMAN 10 Padang tertabrak kereta api hingga terseret dan terguling beberapa kali.

Dari informasi yang dihimpun, mobil tersebut berisi enam siswa yang baru saja pulang dari takziah. Nahas, saat hendak kembali ke sekolah, mobil tidak menyadari adanya kereta yang melintas. Bagian depan mobil lebih dulu tertabrak hingga membuat kendaraan terhempas dan rusak parah.

Akibat insiden ini, dua siswa meninggal dunia, sementara lima lainnya mengalami luka-luka dan segera dilarikan ke rumah sakit terdekat. Menurut keterangan salah seorang mantan guru SMAN 10 Padang, Sosmita, para siswa tersebut berangkat takziah bersama.

Namun, wali kelas yang mendampingi tidak satu mobil dengan mereka. Mobil Brio putih itu disebut milik salah seorang wali murid kelas X. Peristiwa ini mengejutkan pihak sekolah dan keluarga besar SMAN 10 Padang. Saat ini, kasus kecelakaan tengah ditangani oleh pihak kepolisian untuk memastikan kronologi lengkap serta penyebab kecelakaan.(*)

Sumatera Barat Kembali Dirundung Duka

Kecelakaan tragis yang melibatkan kereta api Bandara Internasional Minangkabau dan sebuah mobil minibus Honda Brio putih di perlintasan sebidang Jati, Padang Timur, Kamis siang (21/8/2025), merenggut dua nyawa muda: Nabila Khairunisa, putri Kapolres Solok Kota, dan sahabatnya, Alya Azzura—keduanya pelajar SMA Negeri 10 Padang. Lima korban lainnya kini tengah berjuang melawan luka di ruang perawatan intensif.

Tragedi ini tak hanya mengejutkan, tetapi juga menggugah kesadaran publik. Suasana haru dan pilu menyelimuti rumah duka dan rumah sakit. Namun sebagaimana disampaikan Wakil Gubernur Sumatera Barat, Vasko Ruseimy, air mata tidak cukup. Duka harus menjadi panggilan untuk bertindak. Karena di balik kehilangan ini, tersimpan pertanyaan besar: mengapa sistem keselamatan kita masih gagal melindungi anak-anak itu?

Dari hasil tinjauan langsung ke lapangan, ditemukan bahwa rambu peringatan dan sistem pengamanan di perlintasan sebidang tersebut tidak berfungsi secara optimal. Early warning system (EWS) mati, tidak ada palang otomatis, dan tidak ada petugas jaga. Semua ini seolah menjadi ‘jebakan diam’ yang setiap saat bisa merenggut nyawa, seperti yang terjadi pada siang nahas itu.

Early warning system (EWS) mati

Wagub Vasko menyuarakan hal yang sangat penting: ini bukan kecelakaan semata, tapi kegagalan sistemik. Ia menegaskan perlunya inventarisasi dan perbaikan total terhadap seluruh perangkat keselamatan di perlintasan sebidang. Tidak boleh lagi ada perlintasan tanpa rambu jelas, tanpa klakson kereta yang membahana dari kejauhan, atau tanpa kesadaran kolektif tentang pentingnya prosedur keselamatan.

Apa yang terjadi di Jati adalah peringatan keras, bahwa keselamatan publik tidak bisa terus-menerus diabaikan. Kecelakaan ini bukan yang pertama, dan bisa jadi bukan yang terakhir jika tidak ada perubahan menyeluruh. Kita tidak bisa hanya mengandalkan nasib atau harapan bahwa "pengemudi akan lebih waspada." Sistem harus bekerja. Prosedur harus ditegakkan. Teknologi harus difungsikan.

Tragedi ini juga menunjukkan pentingnya komunikasi antar-instansi. PT KAI, Balai Teknik Perkeretaapian, pemerintah daerah, dan masyarakat harus duduk bersama untuk menata ulang manajemen keselamatan di perlintasan sebidang. Tidak boleh lagi ada ego sektoral ketika nyawa manusia yang menjadi taruhannya.

Lebih dari itu, kita juga diajak untuk merenungkan kembali makna dari pembangunan infrastruktur transportasi. Kemajuan tidak boleh melupakan keamanan. Mobilitas tidak boleh mengorbankan kehidupan. Modernisasi harus selalu beriringan dengan perlindungan terhadap yang paling rentan—terutama anak-anak dan pelajar yang seharusnya menikmati masa depan, bukan jadi korban dari kelalaian sistem.

Nabila dan Alya telah pergi, meninggalkan luka dalam di hati keluarga dan masyarakat. Tapi kepergian mereka juga menjadi suara yang menggema: suara yang meminta kita semua—dari pemerintah hingga warga biasa—untuk tidak lagi menunda perbaikan. Karena setiap perlintasan tak aman yang dibiarkan, adalah potensi tragedi berikutnya yang menunggu waktu.

Mari kita ubah duka ini menjadi dorongan kuat untuk berbenah. Agar tidak ada lagi mimpi muda yang terhenti di tengah rel, dan agar perlintasan kereta tidak lagi menjadi titik rawan kematian, tetapi jalur kehidupan yang aman bagi semua.

Suasana duka yang menyelimuti Sumatera Barat (Sumbar) setelah kecelakaan tragis antara kereta api jurusan Bandara Minangkabau dengan sebuah mobil minibus Honda Brio putih bernomor polisi F 1150 FAO di perlintasan sebidang Jati, Kecamatan Padang Timur, Kota Padang, Kamis (21/8/2025) siang itu jadikan pelajaran.

Dari tujuh penumpang yang merupakan pelajar SMA Negeri 10 Padang, dua orang dinyatakan meninggal dunia itu, salah satunya Nabila Khairunisa, putri Kapolres Solok Kota AKBP Mas’ud Ahmad, serta sahabatnya Alya Azzura.

Wagub Vasko menyambangi ke dua lokasi rumah duka, baik ke kediaman almarhumah Nabila Khairunisa maupun Alya Azzura. Wakil Gubernur (Wagub) Sumbar, Vasko Ruseimy, menyampaikan rasa duka yang mendalam atas kepergian para korban.

Atas nama Pemerintah Provinsi (Pemprov) Sumbar, saya menyampaikan belasungkawa yang sedalam-dalamnya. Semoga keluarga diberi ketabahan dan kekuatan dalam menghadapi musibah ini,” ujar Vasko.

Vasko menekankan, musibah ini harus menjadi pelajaran penting untuk meningkatkan keselamatan di perlintasan sebidang kereta api. Ia menemukan masih banyak rambu tanda peringatan (early warning system/EWS) kereta api yang tidak berfungsi dengan baik.

Selain itu, Wagub juga meminta agar seluruh perangkat pengaman diinventarisir secara menyeluruh. Menurutnya, langkah cepat harus dilakukan untuk memastikan bahwa kejadian serupa tidak terulang.

"Saya meminta seluruh pihak terkait untuk bergerak cepat, melakukan inventarisasi perangkat pengaman, memperbaiki rambu yang rusak, hingga memperketat standar keselamatan di setiap perlintasan. Kita bekerja dalam sistem, agar tragedi seperti ini tidak lagi terulang,” tegasnya.

“Setiap kerusakan sekecil apa pun pada rambu peringatan harus dicatat, diperbaiki, dan diawasi. Kita tidak boleh menunggu sampai ada korban lagi,” tambahnya.

Berdasarkan informasi yang diterima dari warga sekitar, Vasko juga menyoroti prosedur standar yang perlu diterapkan oleh PT KAI. Ia meminta agar masinis wajib membunyikan klakson kereta api sejak jarak jauh sebelum perlintasan sebidang.

“Hal ini penting agar masyarakat yang hendak melintas memiliki waktu yang cukup untuk bersiaga. Keselamatan publik harus menjadi prioritas utama,” kata Wagub.

Saksi mata di lokasi kejadian, Edi (60), menuturkan bahwa minibus yang dikendarai Jihan Putri Soan bersama enam rekannya tengah melintasi rel ketika tiba-tiba kereta api datang dari arah Simpang Aru menuju Bandara Internasional Minangkabau. Mobil tersebut terseret sejauh 10 meter sebelum akhirnya terhenti. “Kami semua terkejut, suara tabrakannya keras sekali,” ungkapnya.

Seluruh korban segera dievakuasi ke Rumah Sakit Yos Sudarso Padang. Sayangnya, nyawa Nabila Khairunisa dan Alya Azzura tidak dapat diselamatkan.

Beberapa korban lainnya masih menjalani perawatan intensif, dengan kondisi sebagian kritis. Suasana haru terlihat di rumah sakit saat keluarga korban berdatangan.

Tragedi ini tidak hanya meninggalkan luka mendalam bagi keluarga, tetapi juga menjadi peringatan keras bagi seluruh pihak terkait.

Balai Teknik Perkeretaapian (BTP), PT KAI dan instansi terkait diharapkan segera memperketat standar keselamatan demi mencegah peristiwa serupa.

"Jangan sampai perlintasan kereta api kembali menjadi titik rawan kematian," tutup Wagub Vasko. (*)

Posting Komentar

0 Komentar