Keracunan Makanan Bergizi Gratis (MBG) Terjadi di Kampung Tangah, Lubuk Basung, Agam

Keracunan Makanan Bergizi Gratis (MBG) Terjadi di Kampung Tangah, Lubuk Basung, Agam

AGAM, kiprahkita.com Kasus keracunan Makanan Bergizi Gratis (MBG) tidak hanya terjadi di Pulau Jawa dan sekitarnya, tetapi sudah mulai merambah ke wilayah Sumatera Barat, tepatnya di Kampung Tangah, Kecamatan Lubuk Basung, Kabupaten Agam, pada Rabu (1 Oktober 2025) lalu.

Hingga malam hari, pukul 20.30 WIB, jumlah korban terdampak keracunan MBG yang diduga berasal dari menu nasi goreng yang disediakan oleh dapur Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) Kampung Tangah sudah mencapai 87 orang.

Dari 87 korban, 50 korban di antaranya, sebanyak 36 orang dirawat di Puskesmas Manggopoh, 11 orang di RSUD Lubuk Basung, dan 3 orang di RSIA Rizki Bunda.

Potensi jumlah korban masih bisa bertambah mengingat jumlah penerima manfaat program MBG di wilayah tersebut lebih dari 3.564 orang yang tersebar di 57 sekolah dalam radius pelayanan SPPG Kampung Tangah.

Peristiwa keracunan yang diduga bersumber dari dapur MBG ini merupakan kejadian pertama di Sumatera Barat.

Menanggapi hal ini, Bupati Agam, Benni Warlis, telah memutuskan untuk menutup sementara dapur MBG tersebut. Keputusan ini diambil sebagai langkah dalam menetapkan status kejadian luar biasa di tengah meningkatnya kasus keracunan MBG di beberapa daerah.

Sekretaris Daerah Agam, M. Lutfi, yang ikut memantau langsung kondisi korban di RSUD Lubuk Basung dan Puskesmas Manggopoh, menyatakan bahwa Pemkab Agam akan berupaya maksimal menangani dampak keracunan ini. Seluruh korban akan mendapatkan penanganan medis intensif, dan pengawasan ketat akan dilakukan oleh berbagai unsur terkait.

M. Lutfi berharap tidak ada tambahan siswa yang terdampak keracunan dan semua korban dapat segera pulih.

Berita atas peristiwa keracunan Makanan Bergizi Gratis (MBG) untuk siswa, menyita perhatian orang se republik.

Persoalannya kok bisa terjadi?, apakah karena penyedianya tidak proper atau pengawasan dari penyedia MBG itu yang kurang?.

"Memang semua ada standar operasi prosedur (SOP) nya, mulai dari awal sampai penyajian kepara siswa, tapi apakah SOP itu bagus di atas kertas saja?, aneh, kalau ribuan dan banyak daerah ada korban keracunan atas program sangat mulia dari Bapak Presiden kita,"ujar Wakil Ketua PW Muhammadiyah Sumatra Barat (Sumbar) Yosmeri, Jumat 3/10-2025 di Padang.

Menurut Yosmeri, ini persoalan pekerjaan tidak diserahkan kepada ahlinya, diduga ada yayasan yang menjadi vendor dari program MBG, umur akte hukumnya belum setahun dan belum pula teruji bisa menyediakan makanan bergisi porsi besar. MBG kata Yosmeri Yusuf jangan orientasi bisnis saja, ada misi mulia dari presiden untuk seluruh anak Indonesia.

"Harus ada evaluasi dari pola pengerjaan program ini, menurut saya harusnya Badan Gizi Nasional menyerahkan MBG ke Ormas-Ormas Islam, saya pastikan mereka telah berpengalaman dalam penyediaan makanan bergizi itu,"ujar Yosmeri.

Seperti Ormas Muhammadiyah, soal makanan bergizi sudah puluhan tahun melalukannya, mulai sekolah boarding schol, rumah sakit dan panti asuhan.

"Allhamdulillah tidak ada yang keracunan, bahkan makanan disediakan memenuhi standar gizi kok, seperti Pesantren di Kauman Padang Panjang, sudah puluhan tahun kami menyediakan makanan bergizi kepada santri yang setiap tahun jumlahnya 800 santri, belum panti asuhan, di Sumbar ada 56 panti yang dikelola Muhammadiyah, terus rumah sakit, pasien disediakan menu bergizi juga, aman karena dikerjakan oleh para expert  dan empirisnya sudah teruji dan terbukti,"ujar Yosmeri.

Itu Muhammadiyah, belum lagi NU dan Perti serta Ormas Islam lainnya. 

"In Sya Allah dan Allhamdulillah gak ada keracunan itu,"ujar Yosmeri. (***)

SMPN 5 Rembang, Jawa Tengah Menolak Sebanyak 763 Porsi Makan Bergizi Gratis (MBG) karena Dianggap tidak Layak Konsumsi

Kepala Badan Gizi Nasional Dadan Hindayana menanggapi kejadian SMPN 5 Rembang, Jawa Tengah yang menolak sebanyak 763 porsi makan bergizi gratis (MBG) karena dianggap tidak layak konsumsi. Berkaitan dengan hal tersebut, Dadan menghormati keputusan pihak sekolah.

Menurutnya, keamanan dan kesehatan penerima MBG harus diutamakan. Jangan sampai makanan yang tidak aman dikonsumsi oleh siswa, sehingga memicu masalah keracunan. Terlebih beberapa waktu terakhir kasus keracunan setelah makan MBG banyak terjadi di daerah-daerah lain.

"Gini, pokoknya setiap apa saja yang membuat itu aman bagi penerima manfaat tentunya harus kita hormati," ucap Dadan ketika ditemui awak media di Kantor Kemenkes, Kamis (3/10/2025).


Posting Komentar

0 Komentar