Mengokohkan Paradigma Baru Wakaf Muhammadiyah: Catatan Perjalanan dan Konsolidasi Gagasan
PADANG, kiprahkita.com –Sabtu, 15 November 2025 kemarin menjadi hari yang padat namun penuh makna dalam rangkaian agenda dakwah dan pemberdayaan Muhammadiyah di Sumatera Barat bersama Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Sumatera Barat, Dr. Bakhtiar, M.Ag.
![]() |
Tak lama setelah acara selesai, perjalanan dilanjutkan menuju Bandara Internasional Minangkabau untuk menjemput tokoh nasional, Buya Amirsyah Tambunan—Sekretaris Jenderal MUI sekaligus Ketua Majelis Pemberdayaan Wakaf PP Muhammadiyah. Kedatangan beliau memberikan energi baru untuk menguatkan gerakan wakaf produktif yang sedang terus diakselerasi di berbagai daerah.
Dari bandara, rombongan melanjutkan perjalanan ke Kota Solok untuk menghadiri rapat koordinasi bersama PDM Kabupaten Solok. Pertemuan ini difokuskan pada persiapan penerimaan sertifikat serta perencanaan pengelolaan tanah wakaf Muhammadiyah. Bertempat di Mami Hotel, tepat pukul 20.30 hingga 22.30, diskusi berlangsung intens dan sarat wawasan.
Dalam dialog yang mendalam itu, muncul satu kesepahaman utama: pengelolaan wakaf di lingkungan Muhammadiyah harus segera berpindah dari pola klasik menuju paradigma baru yang berbasis produktivitas. Wakaf tidak lagi cukup dipahami sebagai aset statis yang hanya dijaga keberadaannya, melainkan harus dikelola secara profesional, modern, transparan, dan memberikan manfaat nyata bagi umat.
Paradigma ini sejalan dengan spirit Muhammadiyah sejak awal berdiri—bahwa amal usaha adalah instrumen perubahan sosial. Dengan menjadikan wakaf sebagai aset produktif, manfaatnya dapat dioptimalkan untuk pendidikan, kesehatan, pemberdayaan ekonomi, dan penguatan komunitas. Di tengah kebutuhan umat yang semakin kompleks, pengelolaan wakaf yang progresif bukan lagi pilihan, melainkan keharusan.
Pertemuan malam itu bukan sekadar rapat teknis, tetapi menjadi momentum penegasan arah baru: wakaf Muhammadiyah harus menjadi pilar ekonomi umat, bukan sekadar simbol kedermawanan. Sinergi antara pimpinan wilayah, daerah, dan pusat menjadi kunci agar gerakan wakaf produktif dapat terimplementasi dengan konsisten dan berkelanjutan.
Pada akhirnya, perjalanan sehari penuh tersebut menggambarkan betapa dakwah Muhammadiyah tidak hanya berbicara tentang mimbar dan ceramah, tetapi juga tentang manajemen aset, transformasi sosial, dan kerja-kerja strategis untuk masa depan umat. Semoga semangat konsolidasi, kolaborasi, dan pembaharuan ini terus mengalir, menguatkan langkah-langkah progresif Muhammadiyah dalam membangun peradaban yang tercerahkan. (Dr. Bakhtiar, M.Ag/FB)*

0 Komentar