Ikatan Pelajar Muhammadiyah (IPM) adalah organisasi otonom di Muhammadiyah. Posisinya sangat strategis, laksana anak panah atau jantung pisang.
PADANG PANJANG, kiprahkita.com -- Ikatan Pelajar Muhammadiyah (IPM) memiliki peranan penting bagi Muhammadiyah, karena kedudukan khususnya sebagai organ gerak dakwah Muhammadiyah di kalangan pelajar.
"IPM adalah anak panah Muhammadiyah yang tajam dan melesat lincah mencapai sasaran. Kalau anak panahnya itu tajam, maka Muhammadiyah dengan sendirinya akan menjadi tajam pula," kata Ketua Umum Pimpinan Wilayah IPM Sumatera Barat Rizki Aulia Rahman, Sabtu (3/6), di Komplek Muhammadiyah Kauman, Padang Panjang.
Rezki mengatakan hal itu, saat menyampaikan laporan di hadapan Pimpinan Pusat dan jajaran pimpinan IPM se-Sumbar, pada pembukaan Konferensi Pimpinan Wilayah (Kompiwil) IPM Sumbar.
Turut hadir pada kesempatan itu, Wakil Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Sumbar Dr. Murisal, Gubernur Sumbar yang diwakili pimpinan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Cabdin Wilayah I, Walikota Padang Panjang H. Fadly Amran Dt. Paduko Malano, Wakil Ketua Pimpinan Daerah Muhammadiyah Pabasko Musriadi Musanif beserta pimpinan organisasi otonom Angkatan Muda Muhammadiyah Pabasko.
Pengibaratan lainnya posisi IPM di Muhammadiyah, menurut Rizki, adalah jantung pisang yang akan menghasilkan buah pisang bermutu dan terbaik. "Hanya jantung pisang berkualitas terbaik yang akan bisa menghadirkan buah pisang terbaik itu," katanya.
Ketua Bidang PIP Pimpinan Pusat IPM Riandy Prawita dalam arahannya menjelang membuka kegiatan secara resmi menekankan, IPM harus satu suara dalam membangun Muhammadiyah di masa mendatang.
"Berikan gagasan terbaik dari Sumbar untuk Indonesia. IPM Sumbar terbesar secara nasional. Teruslah berkolaborasi dan satu suara dalam satu garis. Muhammadiyah akan menjadi besar dengan usaha kita bersama," sebutnya.
Dia pun berharap, selain mengevaluasi berbagai program yang telah dilaksanakan, konpiwil ini bisa pula menghasilkan pokok-pokok pikiran terbaik untuk mengembangkan Muhammadiyah. Kritik, katanya, merupakan alat penting untuk memajukan organisasi.
Terkait dengan pengembangan kepemimpinan organisasi di Muhammadiyah beserta organisasi otonomnya, Murisal menegaskan, dari dua model penyiapan penerus kepemimpinan, di Muhammadiyah cenderung menganut environtmental theory, yakni menciptakan calon-calon kepemimpinan melalui proses panjang dan teruji.
"Kepemimpinan di Muhammadiyah tidak terlalu mengenal asas keturunan. Kepemimpinan tidak diwariskan, tetapi diproduk melalui pengkaderan, pelatihan, dan berproses sangat panjang. IPM adalah bagian dari proses panjang itu," katanya.
Walikota Fadly mengaku salut dengan proses kaderisasi di lingkungan Muhammadiyah. Secara pribadi, Fadly pun menyebut dirinya pernah terlibat dan mengikuti proses kaderisasi itu, sehingga kapasitasnya sebagai bagian dari kader Muhammadiyah tidak bisa dilepaskan.
"Kaderisasi di Muhammadiyah perlu dicontoh, karena terbukti mampu menyiapkan pimpinan Muhammadiyah yang terampil, cerdas, solutif, dan mampu menjalanka roda organisasi dengan baik hingga saat ini," ujarnya.
Dengan kekuatan lebih dari tujuh juta pelajar di seluruh Indonesia, menurut Fadly, IPM merupakan kader harapan utama bagi Muhammadiyah. Fadly pun menegaskan, IPM tak boleh berhenti sampai di situ. Gerakan membesarkan organisasi, di antaranya ditandai dengan banyaknya anggota, tidak boleh berhenti sampai ke tingkat sekolah Muhammadiyah semata.
"Ajak juga para pelajar lain. Mereka juga patut mendapat pengayaan wawasan, mengasah keterampilan, dan mendarmabaktikan diri untuk menggerakkan Muhammadiyah," ucapnya.
Kompiwil ini diikuti seluruh unsur pimpinan wilayah dan pimpinan daerah IPM se-Sumatra Barat, dan berlangsung hingga Ahad (4/6) ini.(mus)
0 Komentar