"BIMANTARA" Mengantar Suharman ke Kancah Nasional: Dakwah yang Menggerakkan, Bukan Sekadar Menyerukan
Di tengah bentangan alam yang hijau dan asri di Nagari Andaleh, Kabupaten Tanah Datar, hadir sosok penyuluh agama yang tak hanya menabur ilmu, tapi juga menanam harapan dan memanen perubahan.
TANAH DATAR, kiprahkita.com –Dialah Suharman, S.Ag., M.Ag., penyuluh agama Islam yang kini melangkah ke tingkat nasional dalam ajang Penyuluh Agama Islam Award 2025. Bukan tanpa alasan—di balik pencapaiannya, ada kerja nyata, dedikasi tinggi, dan inovasi luar biasa yang lahir dari kepeduliannya terhadap umat. Melalui Program Unggulan BIMANTARA.
![]() |
Suharman, S.Ag., M.Ag. Penyuluh Agama |
BIMANTARA: Bimbingan Masyarakat Sejahtera
Membaca tantangan umat hari ini, Suharman tak memilih jalan biasa. Ia hadir dengan gagasan brilian: sebuah program unggulan bernama BIMANTARA– Bimbingan Masyarakat Sejahtera, yang menggabungkan dua strategi kekuatan utama: EKOS dan IBAS.
EKOS: Ekonomi Sejahtera
Dalam pandangan Suharman, kesejahteraan bukan hanya urusan dunia, tapi juga pintu menuju peningkatan kualitas ibadah. Melalui pendekatan EKOS, ia menggandeng para mustahik—mereka yang sebelumnya hanya penerima zakat—untuk dibina menjadi pribadi yang berdaya.
Dimulai dari penyadaran nilai diri, dilanjutkan dengan pelatihan usaha, hingga pendampingan intensif, EKOS membawa mereka naik kelas: dari mustahik menjadi muzakki. Sebuah transformasi sosial-ekonomi yang konkret, berkelanjutan, dan penuh nilai spiritual. Merekapun tumbuh, mandiri, dan bahkan menjadi muzaki.
IBAS: Ibadah yang Sungguh
Namun Suharman paham, ekonomi saja tak cukup. Maka lahirlah pendekatan IBAS – Ibadah yang Sungguh, sebuah gerakan pembinaan yang menitikberatkan pada penguatan spiritualitas umat. IBAS menanamkan kembali nilai-nilai agama dalam kehidupan sehari-hari:
📌 Membina akhlak,
📌 Memperkuat ibadah,
📌 Menghidupkan kembali semangat religius dalam keluarga dan masyarakat.
Dengan IBAS, masyarakat tidak hanya maju secara materi, tapi juga matang secara rohani. Dakwah menjadi lebih menyentuh, karena menyatu dengan denyut kehidupan mereka sehari-hari.
Dakwah Tak Lagi di Mimbar, Tapi Turun ke Lapangan
Inilah wajah dakwah Suharman—bukan sekadar ceramah, tapi aksi nyata. Bukan hanya mengajarkan, tapi menjadi teladan. Ia hadir dalam kehidupan masyarakat, mendengar keluhan mereka, memahami tantangan mereka, dan menawarkan solusi yang membumi.
Hasilnya nyata
✅ Tingkat kemandirian ekonomi masyarakat pun meningkat.
✅ Semangat ibadah mereka tumbuh pesat.
✅ Akhlak sosial semakin kokoh dan terasah.
BIMANTARA bukan sekadar program. Ia adalah gerakan perubahan—dari bawah, oleh masyarakat, dan untuk umat.
Satu langkah kecil yang dimulai di Nagari Andaleh, kini menggema hingga ke panggung nasional. Suharman membuktikan, bahwa dakwah tak harus selalu bersuara lantang dari mimbar, tapi bisa hadir dalam bentuk senyum, bimbingan, dan penguatan—yang membuat umat tak hanya tahu, tapi mampu berubah.
Dakwah bukan hanya kata, tapi aksi. Suharman adalah buktinya.
🎙️Narasi Storytelling: “BIMANTARA – Dari Nagari untuk Nusantara”
“Tak semua pahlawan mengenakan jubah. Tak semua dakwah terdengar dari mimbar. Kadang, ia hadir dalam diam—menyentuh hati, menguatkan langkah, dan membangkitkan harapan.”
Di tengah sejuknya udara Nagari Andaleh, sebuah desa di pelukan bukit Tanah Datar, hadir sosok sederhana yang bekerja tanpa sorot lampu. Tapi jejaknya nyata. Ia bukan selebriti. Ia bukan tokoh besar.
Namun, bagi masyarakat di sekitarnya—Suharman, S.Ag., M.Ag.—adalah ilham. Seorang penyuluh agama yang tidak hanya bicara tentang surga, tapi juga membantu mereka bertahan di bumi. Ia datang bukan membawa dogma, tapi bimbingan. Bukan hanya mengajak umat untuk taat, tapi juga memberdayakan agar kuat.
Suharman percaya, lapar tak bisa ditenangkan dengan ceramah. Maka ia mulai dari hal paling mendasar: ekonomi umat. Dengan EKOS, ia menggandeng para mustahik, mereka yang dulu menerima zakat, untuk dibina menjadi mandiri. Ia ajak mereka percaya diri, Ia latih mereka membuka usaha, Ia dampingi mereka hingga bisa berdiri tegak—bukan lagi meminta, tapi memberi.
Dari mustahik, menjadi muzakki. Dari penerima, menjadi pemberi. Sebuah revolusi senyap yang mengubah wajah kampung. IBAS – Ibadah yang Sungguh. Tapi ia tahu, dunia hanyalah persinggahan. Maka langkahnya tak berhenti di pasar, tapi juga sampai ke masjid dan mushalla.
Melalui IBAS – Ibadah yang Sungguh, Suharman menyapa jiwa-jiwa yang butuh pelita. Ia ajarkan kembali makna shalat, bukan sekadar gerakan, tapi pertemuan dengan Ilahi. Ia hidupkan majelis ilmu, menanamkan nilai akhlak, memperkuat keimanan, dan menjadikan agama sebagai bagian dari napas kehidupan.
Kini, masyarakat Andaleh tak lagi hanya kuat secara rohani, tapi juga tangguh secara ekonomi. Pasar bergeliat, usaha tumbuh, dan masjid tak lagi sepi. Wajah-wajah yang dulu penuh resah, kini berseri. Semua bermula dari satu langkah. Satu tekad. Satu penyuluh agama yang percaya bahwa perubahan bisa dimulai dari desa, untuk sampai ke seluruh Indonesia.
Suharman, S.Ag., M.Ag. Bukan hanya penyuluh. Ia adalah penggerak. Dengan BIMANTARA, ia membuktikan: Dakwah bukan hanya kata-kata. Tapi aksi nyata. Bukan hanya seruan, tapi gerakan. Dari Nagari Andaleh, untuk Tanah Datar, dan kini…untuk Indonesia. (Suharman/Editing Yus MM)
Baca Juga:
http://www.kiprahkita.com/2025/06/sengketa-empat-pulau-antara-aceh-dan.html
http://www.kiprahkita.com/2025/06/bupati-tanah-datar-membangun.html
http://www.kiprahkita.com/2025/06/forum-silaturahmi-lkaam-luhak-nan-tigo.html
0 Komentar