Penguatan Umat (Bagian Kedua)

PENGUATAN AKHLAK


Oleh Dr. Suhardin, M.Pd.

(Dosen dan Aktivis Muhammadiyah)


Artikel Sebelumnya Penguatan Umat


OPINI, kiprahkita.com - Suatu hari, Rasulullah menemui seorang tahanan kafir, yang ditawan oleh tentra Islam sebagai konsekwensi terjadinya perang.


Seorang tawanan tersebut berteriak keras dengan memanggil sang Rasul dengan sebutan nama kecilnya, dan meminta dirinya agar di bunuh atau dilepaskan.


Rasulullah hanya senyum dan menginstruksikan kepada para sahabat untuk menjaga dan merawat sebagaimana layaknya seorang manusia. Makan minum diberikan, layanan psikologis dilakukan, kebutuhan biologis disalurkan, sehingga tidak ada penyiksaan dan penganiayaan, apalagi menyia-nyiakan. 


Hari berikutnya, sang Rasul juga diperlakukan sama oleh tawanan ini, tetapi Rasul tidak mengambil tindakan apa-apa, tetapi tetap memberikan pelayanan yang optimal terhadap pribadi beliau, sampai pada waktu yang ditakdirkan.


Rasulullah memerintahkan kepada para sahabat untuk melepaskan beliau, tanpa ada pemaksaan kepadanya untuk masuk ke dalam Islam, tetapi diberikan kebebasan kepada beliau untuk pulang dan menemui pengikut dan keluarganya.


Sontak sahabat bertanya, kenapa orang yang memusuhi Islam, tetapi Rasul memperlakukan beliau dengan penuh penghormatan. Jawabannya itulah akhlak. 


Sang tawanan langsung pulang dan mengumpulkan para pengikut dan segenap keluarga, menyampaikan kepada segenap pengikut dan keluarga untuk masuk Islam, karena Islam adalah agama yang sangat menjujunjung akhlaqul kharimah.


Muhammad adalah Rasululullah yang sangat berakhlaq tinggi, maka semua kelurga dan pengikutnya masuk Islam. Terlihat dengan terang benderang bahwa dakwah yang sangat efektif adalah melalui akhlak para pemeluk Islam. Penguatan akhlak pemeluk Islam sebagai wahana dakwah untuk penguatan Islam dan membesarkan Islam.


Akhlak esensialisasi dari peradaban, ia merupakan etalase muslimin dalam tata pergaulan kemanusiaan secara global. Aklak Islam menjadi magnitude bagi manusia yang belum beroleh hidayah untuk mendapatkan hidayah dan bershadat sebagai seorang muminin.  


PENGUATAN ILMU

Rasulullah sangat memberikan dorongan kepada ummatnya untuk belajar dan menggali ilmu pengetahuan sedalam-dalamnya, siapa yang ingin menguasai dunia dengan ilmu, siapa yang ingin menguasai akhirat dengan ilmu, siapa yang ingin menguasai kedua-duanya dengan ilmu.


Ilmu dipelajari semenjak dari buaian sampai menjelang sakaratul maut. Bayi yang lahir didengarkan kalimah tauhid, untuk mengajarkan beliau bertauhid kepada Allah, tatkala menjelang ajal, diajarkan, dituntun membacakan kalimat tauhid, sebagai bentuk untuk tetap dalam proses pembelajaran. 


Umat Islam membutuhkan penguatan ilmu pengetahuan dalam membangun peradaban Islam, memberikan pencerahan kepada manusia untuk berbuat kebajikan dan mencegah manusia untuk berbuat kemungkaran.


Umat Islam komunitas terbaik yang diturunkan Allah SWT kepada segenap manusia untuk mengajak berbaut baik dan mencegah berbuat munkar. Keterbaikan itu haruslah berbanding lurus dengan penguasaan terhadap ilmu pengetahuan.


Ilmu pengetahuan senjata utama dalam membongkar rahasia ilahi terhadap alam ciptaan-Nya. Orang yang berpengetahuan dapat menyibak rahasia alam, dan dapat memanfaatkan aneka potensi alam untuk kemaslahatan kehidupan makhluk ciptaan Allah, sehingga dapat menemui Allah dengan mengangungkan dan bertasbih kepada-Nya.  


Hal-hal yang perlu diperhatikan umat Islam untuk menguasai Ilmu pengetahuan, pertama meningkatkan kualitas pendidikan, baik dalam bentuk institusional pendidikan dalam negara Islam, maupun pendidikan personal pada masing-masing individu muslim.


Kedua, mengembangkan berbagai penelitian untuk penguatan keilmuan dan mempertajam berbagai konsep dan teori yang telah ditemukan serta berupaya untuk mengembangkan konsep dan teori terbaru dalam kazanah ilmu pengetahuan.


Ketiga, inovasi teknologi dan sain, tidak ada yang berakhir dalam pengembangan ilmu pengetahuan, berkahir berarti selesai, selesai berarti tamat, tamat berarti akhir untuk sesuatu yang awal.


Inovasi tetap harus dilakukan untuk tetap menjaga eksistensi dari komunitas. Komunitas yang tidak berinovasi akan tertinggal dibandingkan dengan komunitaslain, sehingga menjadi kelompok kalah dalam percaturan dunia.


Kemajuan bangsa terletak dari intensitas inovasi yang dikembangkan oleh bangsa itu sendiri, bangsa maju adalah bangsa yang inivatif, bangsa tertinggal adalah kurang inovasi. 


Keempat, konservasi pengetahuan tradisional dan dialog antar peradaban, perlu dilakukan untuk tetap menjaga keberlangsungan dari ilmu pengetahuan sebagai sebuah temuan terhadap kebenaran, dan senantiasa menguji kebenaran dengan mendialoghkan antar keyakinan yang ada, sehingga terjalin kesepahaman dan pemahaman terhadap keyakinan dan kebanaran yang diyakini seseorang atau kelompok orang dengan yang lainnya.


Tidak ada pembenaran dan deklarasi kebenaran yang diyakini harus diikuti oleh segenap orang. Berbeda keyakinan terhadap kebenaran akan menimbulkan dialektika, untuk mendapatkan sistesis terhadap kebenaran lain dan mematangkan dan menguatkan keyakinan dan prinsip seseorang terhadap kebenaran yang ia miliki secara konsisten dan konsekwen.  


Umat Islam dengan penguatan ilmu, akan dapat mendialogkan keyakinan Islam terhadap keyakinanlain, sehingga keyakinan Islam akan dapat mencerahkan dan menguatkan umat terhadap keyakinan tersebut, sehingga Islam bukan doktrin yang mati dan kaku, tetapi hidup dalam suasana dialektika dalam tataran logika yang kuat.


Ilmu pengetahuan memberikan penguatan terhadap komunitas muslim untuk dapat menguasai semua hajat hidup manusia dan segenap makhluk ciptaan Tuhan dalam menjalankan kehidupan dan penghidupannya, sehingga membuat komunitas lain, tergantung dengan komunitas muslim.


Muslim dengan ilmu pengetahuannya menjadi komunitas penentu dalam percaturan pergaulan kemanusiaan.(bersambung)

Posting Komentar

0 Komentar