Serangan Teroris itu Tewaskan Ribuan Orang

Foto-foto serangan di mesin pencarian google.(ist)

NEW YORK, kiprahkita.com - Tanggal ini, 11 September 2001, 22 tahun lalu, tragedi kemanusiaan paling mengerikan melanda Amerika Serikat. Ada ribuan orang meninggal dunia. Tiga ribuan nyawa melayang.


Amerika Serikat dan masyarakat dunia berduka. Inilah peristiwa yang mengubah sikap AS, sebuah serangan terori dengan jumlah korban terbanyak sepanjang sejarah.


Sebuah pagi yang tenang. Saat orang-orang mengawali hari dan mulai terbenam dalam rutinitas kesibukan khas Kota New York. Tiba-tiba menara kembar World Trade Center (WTC) geger, lalu kemudian terbakar.


Dua pesawat penerbangan sipil yang dibajak para teroris menabrak gedung pencakar langit itu. Dua jam setelah ditabrak, WTC pun runtuh. Selain menabrak menara kembar WTC, sebuah pesawat terbang lainnya melayang-layang di angkasa, lalu menabrak pusat kedigdayaan pertahanan Amerika Serikat, yakni gedung Pentagon di Arlington, Virginia.


Sebuah pesawat lainnya milik maskapai United Airlines penerbangan 93 jatuh dekat Shanksville, Pennsylvana. Gagal mencapai targetnya di Washington DC.


Catatan panjang yang dirilis pada id.wikipedia.org menceritakan, pada pagi 11 September 2001 itu, 19 orang pembajak mengambil alih empat pesawat komersial yang sedang terbang menuju San Francisco dan Los Angeles, setelah lepas landas dari Boston, Newark, dan Washington.


Pukul 08.46 pagi waktu setempat, lima pembajak menabrakkan American Airlines Penerbangan 11 ke Menara Utara WTC, dan pada pukul 09.03 pagi, lima pembajak lainnya menabrakkan United Airlines Penerbangan 175 ke Menara Selatan WTC.


Setengah jam kemudian, tepatnya pukul 09.37, lima pembajak lainnya menabrakkan American Airlines Penerbangan 77 ke Pentagon.


Sedangkan pesawat keempat, di bawah kendali pembajak, menjatuhkan United Airlines Penerbangan 93 dekat Shanksville, Pennsylvania pada pukul 10.03 pagi, setelah penumpangnya melawan para pembajak. Diduga, target Penerbangan 93 diduga adalah U.S. Capitol atau Gedung Putih.


Rekaman suara kokpit Penerbangan 93 menemukan, awak pesawat dan penumpang berusaha mengambil alih pesawat dari pembajak, setelah mempelajari lewat telepon tentang pesawat-pesawat lain yang dibajak, telah ditabrakkan ke beberapa bangunan pada pagi itu.


Setelah kedua menara kembar ditabrak, beberapa pesawat tempur diterbangkan dari Langley Air Force Base di Virginia pukul 09.30 pagi.


Pada pukul 10.20 pagi, beberapa perintah dikeluarkan untuk menembak jatuh setiap pesawat komersial yang berpotensi dibajak. Perintah ini tidak tersampaikan tepat waktu bagi pesawat tempur untuk mengambil tindakan.


Dalam peristiwa itu, tiga bangunan di Komplek WTC runtuh akibat kegagalan struktur. Menara Selatan runtuh pukul 09.59 pagi setelah terbakar selama 56 menit, dalam kebakaran yang diakibatkan tabrakan United Airlines Penerbangan 175. Menara Utara runtuh pukul 10.28 pagi setelah terbakar selama 102 menit.


Ketika Menara Utara runtuh, reruntuhannya jatuh ke gedung 7 WTC yang ada di sebelahnya, sehingga merusaknya dan menciptakan kebakaran. Kebakaran ini terjadi selama beberapa jam, merusak ketahanan struktur bangunan, dan gedung 7 pun WTC runtuh pukul 05.21 sore.


Semua pesawat di daratan Amerika Serikat dipaksa mendarat, dan pesawat yang sudah terbang diminta untuk mendarat sesegera mungkin. Semua pesawat sipil internasional diterbangkan pulang atau dialihkan ke bandara-bandara di Kanada atau Meksiko, dan semua penerbangan internasional dilarang mendarat di tanah Amerika Serikat selama tiga hari.


Serangan ini menciptakan kebingungan massal di antara organisasi berita dan pengawas lalu lintas udara. Di antara berita yang tidak terkonfirmasi dan sering berlawanan yang disiarkan sepanjang hari itu, salah satunya adalah sebuah bom mobil telah diledakkan di kantor pusat Departemen Luar Negeri AS di Washington.


Pesawat jet lain—Penerbangan 1989—diduga dibajak, tetapi diduga laporan palsu karena pesawat ini akhirnya merespon panggilan pengawas udara dan mendarat dengan aman di Cleveland, Ohio.


Investigasi pun dilakukan. Akhirnya didapat bukti-bukti, pelaku aksi terorisme itu adalah Al-Qaeda yang dipimpin Osama bin Laden. Perang melawan organisasi teroris itu pun dimulai. 


Bersama menara kembar WTC yang masing-masingnya berlantai 110 itu, ada banyak bangunan lainnya yang hancur dalam peristiwa itu, antara lain:

1. Gedung WTC 3-7

2. St. Nicholas Greek Orthodox Church.

3. Menara Utara, Menara Selatan, Marriott Hotel

4. U.S. Customs House

5. Dua jembatan pejalan kaki yang menghubungkan bangunan-bangunan


6. Deutsche Bank Building

7. Dua gedung World Financial

8. Fiterman Hall

9. Gedung 90 West Street dan Verizon Building

10.Gedung-gedung World Financial Center


11.One Liberty Plaza

12.Millenium Hilton

13.90 Church Street

14.The Pentagon

15.Berbagai fasilitas pendukung gedun-gedung


Ambrosius Yustinus Kedang dalam Jurnal Sospol Vol 2 (Juli-Desember 2017), di bawah judul Internasionalisasi dan Internalisasi Wacana War on Terror menyebut, peristiwa 119 itu menimbulkan reaksi tegas dari Amerika Serikat (AS).


AS melalui Presiden George Bush dalam pidatonya pada tanggal 20 September 2001 menyatakan perang melawan terorisme War On Teror. Pernyataan ini dengan cepat menginternasional dan menginternalisasi negara-negara di dunia, termasuk Indonesia.


War On Teror mengkonstruksi dunia, memberikan identitas, norma, tingkah laku dan kepentingan yang baru bagi aktor-aktor dalam hubungan internasional dan bagi komunitas internasional. 


Wacana War on Terror kemudian mendorong masing-masing negara untuk membentuk berbagai aturan (norma) dan lembaga untuk mendukung War on Terror. Aturan-aturan ini mengatur pola tingkah laku dalam negara tersebut, mengatur dan membentuk pola tingkah laku negara tersebut, dalam menjalin hubungan dengan negara lain dalam komunitas internasional.(MUSRIADI MUSANIF, dari potretkita.id dan beberapa sumber lainnya)

Posting Komentar

0 Komentar