SURABAYAKIPRAHKITA.com - Galon yang kini digunakan sebagai wadah air minum mineral, sudah tidak asing lagi bagi masyarakat Indonesia. Nyaris tak ada lagi rumah tangga yang menggunakan galon.
Tapi kemudian beredar kabar, ada bahan berbahagia yang digunakan untuk membuat galon itu. tak tanggung-tanggung, bahan itu bisa menjadi pemicu diabetes melitus, kanker, tekanan darah tinggi, gangguan fertilitas, gangguan mental, dan tumbuh kembang anak.
"Informasi yang kemudian menjadi polemik itu sebenarnya sudah lama, yakn sejak 2020. Isunya, ada kandungan Bisphenol-A (BPA) pada galon. Kandungan ini berbahaya terhadap kesehatan. Tetapi keberadaan galon yang mengandung BPA ini masih bebas beredar," ujar Pakar Farmasi Universitas Airlangga (Unair) Prof. Junaidi Khotib.
![]() |
Prof. Junaidi Khotib. |
Menurutnya, sebagaimana dirilis infopublik.id, Selasa (10/10), BPA adalah senyawa sintesis yang menjadi komponen pembentuk polimer polikarbonat. Apabila senyawa BPA bereaksi dengan senyawa difenil karbonat, ujarnya, maka akan bertransformasi menjadi polikarbonat.
Senyawa ini, menurut dia, bisa menjadi pilihan karena dapat menciptakan kemasan plastik yang kuat. Komponen BPA pada plastik polikarbonat, kata Dekan Fakultas Farmasi Unair itu, akan mampu mempertahankan bentuk, dan menjaga agar tidak mudah mengalami kerusakan.
Dikatakan, kandungan BPA dalam polikarbonat bermigrasi ke makanan atau minuman yang ada dalam kemasan tersebut. Peristiwa ini terpengaruh oleh paparan cahaya matahari, suhu yang tinggi, hingga perubahan keasaman air. Sementara itu polikarbonat merupakan senyawa pengganggu sistem endokrin (endocrine disruptor).
Junaidi menjelaskan, pemerintah Indonesia menetapkan ambang batas senyawa BPA yang terlepas dari galon adalah tidak lebih dari 0,6 ppm. Tapi angka ini, tegasnnya, masih cukup tinggi jika membandingkan dengan Eropa. European Food Safety Authority (EFSA) menetapkan batas senyawa BPA yang terlepas kurang dari 0,05 ppm.
Bila terlanjur menggunakan galon yang mengandung senyawa BPA, katanya, tidak menjadi masalah besar, jika tidak mengalami gangguan tubuh. Tetapi penggunaan galon yang tidak mengandung senyawa BPA merupakan investasi kesehatan jangka panjang.
“Tidak apa-apa jika tidak mengalami gangguan karena itu perlu paparan jangka panjang. Namun, tidak ada kata terlambat untuk menjaga kesehatan lebih baik,” tutur Anggota ahli Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) itu.
Dia mendorong pemerintah untuk memberikan label terkait produk yang mengandung BPA. Ini bertujuan untuk meningkatkan keamanan bagi masyarakat. Meski demikian, upaya ini tidak meniadakan penggunaan BPA.(infopublik.id; ed. mus)
0 Komentar