BERITA SEBELUMNYA Longsor di Polong Onom, Talu-Simpang Ampek Lumpuh
BANDUNG, kiprahkita.com - Bencana tanah longsor yang menimbun badan jalan, dan memutus akses transportasi dari Simpang Ampek ke Talu atau sebaliknya, beberapa hari lalu, ditelaah oleh para ahli dari Badan Geologi, Bandung.
Longsor atau gerakan tanah berupa longsor itu terjadi di dinding atas jalur jalan Panti Kebupaten Pasaman-Talu-Simpang Empat di Polong Enam, atau dekat dengan air terjun Jorong Merdeka Nagari Talu, Kecamatan Talamau, Kabupaten Pasaman Barat, Provinsi Sumatera Barat.
Analisis Badan Geologi yang dirilis pada laman vsi.esdm.g.id menjelaskan, secara umum morfologi lokasi bencana dan sekitarnya, diperkirakan merupakan lembah dan perbukitan dengan kelerengan curam hingga sangat curam.
"Berdasarkan Peta Geologi Lembar Lubuksikaping, Sumatera (N.M.S. Rock, dkk., Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi, 1983), batuan penyusun di lokasi bencana diperkirakan berupa Endapan Gunungapi Maninjau berupa lava, lahar, dan aluvium gunungapi," sebut rilis itu.
Sementara itu, berdasarkan Peta Prakiraan Wilayah Terjadinya Gerakan Tanah Sumatera Barat (Badan Geologi, Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi) bulan Oktober 2023, daerah bencana di Kecamatan Talamau, Kabupaten Pasaman Barat termasuk potensi Tinggi.
Pada zona ini berpotensi tinggi terjadi gerakan tanah, terutama pada daerah yang berbatasan dengan lembah sungai, gawir, tebing jalan atau jika lereng mengalami gangguan. Gerakan tanah lama dapat aktif kembali, akibat curah hujan yang tinggi dan erosi kuat.
Ada banyak kemungkinan yang menyebabkan terjadinya gerakan tanah di kawasan itu, di antaranya kemiringan lereng yang curam mengakibatkan tanah mudah bergerak, dan tanah pelapukan yang menumpang di atas batuan vulkanik yang relatif kedap air dan bersifat poros serta jenuh air;
Penyebab lainnya adalah lantaran sistem drainase permukaan yang kurang baik, sehingga seluruh air terakumulasi dan terkonsentrasi ke lokasi bencana, dan mempercepat berkembangnya longsor;
"Curah hujan yang tinggi dan berdurasi lama yang turun sebelum, dan saat terjadinya gerakan tanah memicu terjadinya gerakan tanah," tegas publikasi PVMBG itu.
Untuk menghindari jatuhnya korban jiwa, dan menghidari longsoran susulan, Pusat Vulkanologi dan Mitigas Bencana Geolog (PVMBF) menyarankan apabila terdapat retakan di tanah, agar segera ditutup menggunakan tanah lempung/liat dan dipadatkan, agar air tidak masuk ke dalam area retakan. Hal ini untuk mencegah masuknya air melalui retakan tersebut dan mencegah terjadinya longsoran tipe cepat;
Apabila terjadi perkembangan retakan yang cepat, terutama di atas tebing yang sudah longsor, segera menjauh dari lokasi gerakan tanah, dan melaporkannya kepada instansi yang berwenang, untuk menyampaikan peringatan kepada penduduk yang beraktivitas di sekitar bencana, untuk antisipasi jika terjadi longsor susulan;
Masyarakat yang tinggal di sekitar lokasi bencana, perlu meningkatkan kewaspadaan, saat terjadi dan setelah hujan dengan intensitas tinggi dan durasi yang lama;
Masyarakat diharapkan terus memantau perkembangan retakan yang terjadi, apabila retakan terus berkembang diharapkan segera mengungsi ke tempat yang lebih aman, dan segera dilaporkan kepada Pemerintah Daerah setempat dalam hal ini BPBD Kabupaten Pasaman Barat;
Meningkatkan sosialisasi kepada masyarakat untuk lebih mengenal dan memahami gerakan tanah dan gejala yang mengawalinya sebagai upaya mitigasi bencana gerakan tanah;
Masyarakat setempat dihimbau untuk selalu mengikuti arahan dari BPBD/aparat pemerintah daerah setempat.(vsi.esdm.go.id; ed. mus)
0 Komentar