PULAU PUNJUNG, kiprahkita.com - Tingginya produksi sampah, terutama setelah aktivitas pasar, menjadi masalah di tengah-tengah masyarakat Nagari Sikabau, Kecamatan Pulau Punjung, Kabupaten Dharmasraya.
Walinagari Sikabau Abdul Razak mengatakan, sampah yang dihasilkan warganya berasal dari aktivitas perdagangan. Tumpukan sampah di sepanjang lorong-lorong pasar, katanya, menjadi pemandangan setiap minggunya bagi masyarakat Nagari Sikabau.
Setelah aktivitas pasaran selesai, tuturnya,tumpukan sampah yang didominasi oleh sampah bekas sayuran, buah-buahan, dan sisa makanan tersebut juga menimbulkan bau busuk yang menyengat.
“Masalah bertambah rumit, karena dengan jumlah penduduk 9.268 jiwa yang tersebar di 11 jorong ini akan berpotensi menghasilkan timbulan sampah rumah tangga mencapai 5 ton perhari,” tuturnya.
Dengan adanya program pengabdian masyarakat dari UNP ini, walinagari berharap, sampah yang menjadi masalah lingkungan bisa teratasi dengan baik, dan yang amat menggembirakan lagi, ucapnya, sampah malah diolah menjadi sesuatu yang bernilai ekonomis.
“Terima kasih kami sampaikan kepada tim dosen UNP, semoga membuahkan hasil maksimal. Kepada generasi muda dan masyarakat Sikabau yang terlibat program ini, semoga bisa mengikutinya dengan baik dan sungguh-sungguh,” ujarnya.
Sementara itu, Ketua Tim Ketua Tim Pengabdian Masyarakat Adil Mubarak, M.Si menjelaskan, melalui pembinaan dari tim dosen pengabdi dan para pakar, pihaknya berupaya melatih para pemuda Nagari Sikabau itu untuk bisa memanfaatkan sampah organik, setelah diolah menjadi eco enzym serbaguna dan bernilai ekonomis.
"Untuk membantu mencari solusi atas permasalahan sampah itu, tim dosen pengabdian masyarakat dari Universitas Negeri Padang (UNP), melakukan pembinaan Sumber Daya Manusia (SDM) Kelompok Sadar Lingkungan (Pokdarling), dengan melibatkan pemuda nagari," katanya, Rabu (18/10).
Adil menyebut, kegiatan pengabdian masyarakat itu kita laksanakan 4-5 September 2023 silam, di kantor walinagari Sikabau. Tim dosen yang turun melakukan pembinaan adalah Prof. Aldri Frinaldi, Ph.D, Syamsir, Ph.D, Dwi Finna Syolendra, M.Pd, Boni Saputra, MPA, dan saya sendiri.
Kegiatan itu diikuti Kelompok Sadar Lingkungan (Pokdarling) perwakilan dari sebelas jorong, dan aparatur pemerintah nagari berjumlah semuanya 15 orang.
Menurutnya, tujuan pengabdian ini untuk memberikan pandangan dan alternatif, bahwa pengelolaan sampah tidak melulu harus dilakukan, dengan pendekatan penyediaan infrastruktur pembuangan sampah.
Saat ini, imbuhnya, pengelolaan sampah harus dilakukan dengan mengajak seluruh komponen masyarakat, secara aktif terlibat melakukan pengolahan sampah. Adil menekankan, perlu adanya pergeseran ke paradigma pengelolaan sampah berbasis masyarakat, salah satunya dengan mengolah sampah organic menjadi eco enzyme serbaguna .
Pada kegiatan ini, ujarnya, peserta diberikan pemahaman tentang pengelolaan dan pengolahan sampah, melalui berbagai macam model.
Kegiatan hari kedua adalah praktek pembuatan eco enzyme dengan mengolah sampah organic. Praktek pengolahan sampah organic menjadi eco enzyme serbaguna ini dilatih oleh Ibu Dwi Finna Syolendra, M.Pd .
Peserta dibagi menjadi lima kelompok, dan saat ini masing-masing sudah memiliki bibit eco enzym yang harus dipantau selama tiga bulan ke depan.
“Direncanakan pada Desember nanti, tim pengabdi akan melihat dan mengevaluasi perkembangan eco enzym yang sudah diracik, untuk bisa dipanen,” sebutnya.
Hasil pengolahan sampah menjadi eco enzym tersebut, kata Adil, diturunkan menjadi produk-produk serbaguna yang bermanfaat, dan jika dikemas secara baik menjadi layak untuk dipasarkan.
Bila prosesnya berjalan dengan baik, menurut Adil, tentunya akan menjadi nilai tambah ekonomis bagi pokdarling khususnya, dan masyarakat Nagari Sikabau pada umumnya.(mus)
0 Komentar