YOGYAKARTA, kiprahkita.com - Sekretaris Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah Prof. Abdul Mu'ti, dikenal sebagai tokoh persyarikatan yang berada pada garis lucu. Ceramahnya selalu segar dan memilik daya pancing tawa yang hebat.
Kendati demikian, beliau juga sangat dikenal sebagai tokoh garis lurus. Berliau sangat konsisten dalam menyampaikan kebenaran. Beliau adalah figur pimpinan yang komplit.
“Prof Abdul Mu’ti saya rasakan dari banyak tulisan dan ceramah-ceramah beliau memenuhi unsur-unsur kelucuan. Beliau dikenal sebagai sosok yang memiliki sense of humor tinggi. Selain menyampaikan pemikiran yang substansial dan penuh makna, Mu’ti juga mampu menyajikannya dengan sentuhan komedi yang menyegarkan," ujar Rektor Universitas Ahmad Dahlan (UAD) Yogyakarta Prof. Muchlas.
Rektor mengatakan hal itu, pada kegiatan Milad UAD ke-63 dengan tema Penguatan Hak Konstitusional Kesehatan Menuju Kemandirian Obat di Masjid Islamic Center Universitas Ahmad Dahlan, Selasa (12/12), sebagaimana dikutip dari laman resmi muhammadiyah.or.id yang diakses pada Rabu (13/12) pagi.
Pandangan Muchlas itu, rupanya sejalan pula dengan Sekretaris Badan Penyelenggara Harian (BPH) UAD sman Latif. “Prof Mu’ti ini termasuk Muhammadiyah Garis Lurus iya, Garis Lucu juga iya. Tapi Garis Bengkok tidak. Ini termasuk hal yang langka, Muhammadiyah Garis Lucu ini,” ucapnya. Asman menyebut, sosok Mu'ti memberikan warna tersendiri dalam konteks Muhammadiyah.
Tapi Mu’ti sempat protes dengan nada penuh humor. Sebagai seorang Guru Besar di bidang Pendidikan Islam, ia mengaku tidak memahami sepenuhnya tema milad tahun ini yang berfokus pada ‘Penguatan Hak Konstitusional Kesehatan Menuju Kemandirian Obat’.
“Saya tidak berurusan dengan hukum dan saya juga tidak paham dunia obat-obatan,” katanya yang kemudian disambut gelak tawa hadirin.
Protesnya itutidak menghalangi untuk memberikan ceramah yang penuh inspirasi dan motivasi kepada para hadirin. Sebaliknya, momen protes tersebut justru menambah nuansa akrab dan suasana santai.
Mu’ti kemudian memaparkan varian-varian nonformal di lingkungan Muhammadiyah. Ia menyebut varian Muhammadiyah Ikhlas yang disingkat Mukhlas. Varian ini, menurutnya, begitu hati-hati dalam menjalankan ajaran Islam, hingga tak mau menyebut suatu keberhasilan karena takut divonis riya.
“Mukhlas ini varian Muhammadiyah yang sangat lurus, sangat hati-hati dalam berislam, termasuk menyebut keberhasilan itu tak mau karena dianggap riya, kalau sudah riya ujub, dan akhirnya takabur,” tutur Mu’ti yang memancing gelak tawa hadirin.
Ada pula varian Munu alias Muhammadiyah-NU, yaitu warga Muhammadiyah yang terpapar budaya NU. “Saya pikir di antara rangkaian milad ini ada ziarah kubur, ternyata tidak ada. Berarti UAD ini Mukhlas. Kalau rektornya Munu mungkin akan ada ziarah kubur kemudian istighasah, hafalan Quran 31 juz,” ucap Mu’ti dengan nada penuh humor.
Dengan sentuhan humor ini, Mu’ti menjaga suasana ceramah tetap ringan dan menyenangkan. Ini mencerminkan kemampuannya untuk menyampaikan pesan-pesan serius, dengan cara yang tidak hanya informatif tetapi juga menghibur, menciptakan momen yang menggembirakan.(muhammadiyah.or.id)
0 Komentar