JAKARTA, kiprahkita.com - Tsunami yang tidak disebabkan gempa bumi, kini menjadi ancaman baru. Untuk itu, negara-negara di Samudera Hindia perlu bersatu melakukan mitigasi dan antisipasi.
![]() |
Prof. Dwikorita Karnawati.(humas bmkg) |
Prof. Dwikorita Karnawati, kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), menekankan pentingnya kolaborasi internasional, dalam membangun sistem peringatan dini tsunami non seismik.
Hal itu dikatakannya, saat menjadi pembicara pada Seventeenth Meeting of the Working Group on Tsunamis and Other Hazards related to Sea Level Warning and Mitigation Systems (TOWS-WG) di Jepang.
"Tsunami non seismik semakin marak terjadi. Maka dari itu, sharing pengetahuan perlu dilakukan lebih mendalam, antara seluruh working group dari setiap kawasan, sehingga pembangunan sistem peringatan dini tsunami berbasis nonseismik dapat lebih diperkuat," ungkapnya.
Tsunami non seismik adalah jenis tsunami yang tidak disebabkan oleh gempa bumi. Tsunami ini dapat terjadi, karena berbagai faktor selain aktivitas seismik. Beberapa contoh penyebab tsunami nonseismik meliputi:
1. Longsor Laut: Tanah longsor di bawah tubuh air laut dapat memicu perpindahan besar air dan menyebabkan tsunami.
2. Letusan Gunung Api: Letusan gunung api di bawah laut atau gunung api pada sebuah pulau dapat mengakibatkan perubahan permukaan laut secara tiba-tiba dan memicu tsunami.
3. Aktivitas Gunung Berapi: Aktivitas gunung berapi yang mengakibatkan longsor laut juga dapat membangkitkan tsunami.
4. Jatuhnya Meteor: Meskipun jarang terjadi, jatuhnya meteor ke dalam laut dapat menghasilkan perubahan permukaan laut yang menyebabkan tsunami.
Dalam pertemuan tersebut, Karnawati juga menyoroti perlunya penguatan infrastruktur peringatan dini tsunami berbasis komunitas.
Ia menjelaskan, sistem peringatan dini tsunami umumnya lebih kuat, pada komponen hulu daripada di hilir. Oleh karena itu, upaya untuk memperkuat infrastruktur peringatan dini tsunami berbasis komunitas menjadi penting.
Dalam siaran pers BMKG, Karnawati juga menyampaikan kemajuan dalam penguatan sistem peringatan dini, dan mitigasi tsunami di Samudra Hindia.
Indonesia, ujarnya, telah berhasil membangun Multi-Hazard Platform dan mengakui 12 komunitas di Samudra Hindia sebagai UNESCO-IOC Tsunami Ready Community.
Selain itu, Indonesia juga telah memperkuat sistem peringatan dini untuk infrastruktur kritikal di dua bandara internasional, Yogyakarta Internasional Airport dan Ngurah Rai Airport.(rel)
0 Komentar