![]() |
muhammadiyah.or.id |
OPINI, kiprahkita.com - Buya Hamka adalah nama populer, tidak saja sebagai penyair dan sastrawan, tetapi juga ulama, mubaligh, wartawan, dan sebutan lainnya. Sejak kapan nama itu digunakan?
Nama asli dan lengkap Hamka itu adalah Prof. Dr. Haji Abdul Malik Karim Amrullah. Beliau lahir di Sungai Batang, Maninjau, Sumatera Barat pada Ahad petang malam Senin tanggal 16 Februari 1908, Hamka diberi nama Abdul Malik.
Ayahnya, yang merupakan seorang ulama bernama Dr. Haji Abdul Karim Amrullah memberikan nama ‘Abdul Malik’ untuk mengenang anak dari gurunya ulama besar asal Minangkabau, Syekh Ahmad Khathib Al-Minangkabawi di Makkah, yang bernama Abdul Malik pula.
Menurut Mohammad Damami dalam Tasawuf Positif (dalam pemikiran HAMKA), (2000) penamaan Abdul Malik juga dimaksudkan sebagai doa kepada Hamka.
Nama ‘Abdul Malik’ disempurnakan dengan penyematan nama ayahnya, yakni ‘Karim Amrullah’ di bagian belakang sehingga Hamka memiliki nama lengkap Abdul Malik Karim Amrullah.
Perubahan nama Abdul Malik Karim Amrullah menjadi Hamka mula-mula terjadi setelah dirinya menunaikan ibadah haji di Makkah pada tahun 1972, demikian terang Nasir Tamara, dkk dalam Hamka di Mata Hati Umat (1983).
Perubahan nama Haji Abdul Malik Karim Amrullah menjadi akronim HAMKA memiliki banyak alasan. Salah satunya adalah untuk melepaskan diri dari bayangan nama besar ayahnya, yang merupakan ulama terkenal di Sumatera dan murid ulama besar Syekh Ahmad Khatib.
Mengapa Jadi Hamka? Untuk memudahkan namanya mudah diingat oleh orang lain. Haji Abdul Malik Karim Amrullah terlalu panjang untuk disebut atau dituliskan.
Sarwan dalam Sejarah dan Perjuangan Buya Hamka Diatas Api di Bawah Api (2001) menegaskan, penyingkatan namanya dari Haji Abdul Malik bin Abdul Karim Amrullah menjadi Hamka berkaitan dengan aktivitas beliau dalam bidang penulisan.
Dalam dunia kepengarangan, Hamka juga kadang-kadang menggunakan nama samaran, yaitu A.S. Hamid, Indra Maha, dan Abu Zaki. Demikian disebutkan oleh laman Badan Bahasa Kemdikbud.
Sebagai seseorang yang berfikiran maju, Hamka produktif dalam menyampaikan ide-ide cemerlang melalui ceramah, pidato, dan berbagai macam karya dalam bentuk tulisan. Hingga dirinya wafat pada 24 Juli 1981, Hamka telah mencetak 85 karya tulis.
Akan tetapi, karya-karya Hamka dinilai masih banyak yang belum terkumpul. Misalnya artikel-artikel di berbagai surat kabar.
Putra Hamka yang bernama Rusydi menyebutkan, keseluruhan karya Hamka sebanyak 118 jilid tulisan yang telah dibukukan, namun masih ada yang belum terkumpul dan dibukukan. Demikian tercatat dalam Pribadi dan Martabat Buya Hamka terbit tahun 1983.(dari Afandi; muhammad.or.id)
0 Komentar