JAKARTA, kiprahkita.com - Kepala Pusat Gempabumi dan Tsunami pada Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Dr. Daryono menyebut, Gempa Bawean pada 22 Maret 2024 lalu, menyingkap beberapa fakta menarik.
Berdasarkan data yang dirilis Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), ada ribuan rumah warga yang mengalami kerusakan akibat Gempa Bawean, baik rusak berat maupun sedang dan ringan.
Dalam sebuah flyer yang dirilis pada akun X pribadi, Daryono mengungkap sepuluh fakta terkait Gempa Bawean dengan Magnitudo 5,9 dan 6,5 yaitu:
1. Gempa Bawean adalah gempa bumi kerak dangkal akibat aktivitas sesar aktif dengan mekanisme geser/mendatar di Laut Jawa;
2. Gempa Bawean adalah gempa bumi merusak dengan dampak kerusakan di Pulau Bawean, Gresik, Tuban, Surabaya, Sidoarjo, Lamongan, Bojonegoro, Pamekasan Madura, dan Banjarbaru;
3. Gempa Bawean adalah gempa bumi dengan guncangan spektrum luas, dirasakan di Banjarmasin, Banjar Baru, Sampit, Balikpapan, Madiun, Demak, Semarang, Temanggung, Solo, Yogyakarta, Kulonprogo, dan Kebumen;
4. Berdasarkan pemodelan tsunami BMKG dan monitoring muka laut dari Badan Informasi Geospasial (BIG) di Karimunjawa, Lamongan, dan Tuban menunjukkan Gempa Bawean tidak berpotensi tsunami;
5. Berpusat di zona aktivitas kegempaan rendah;
6. Berpusat di zona Sesar Tua Pola Meratus, wilayah Laut Jawa Utara Jawa Timur. Hal ini membuktikan jalur sesar di Laut Jawa masih aktif, sehingga kita harus waspada terhadap sesar aktif dasar laut dekat Pulau Bawean tersebut;
7. Dipicu reaktivasi sesar tua. Episenter Gempa Bawean terletak pada jalur Sesar Muria yang berada di laut, yang merupakan bagian dari Jalur Sesar tua Pola Meratus, dimana salah satu jalur Sesar Meratus ini diduga mengalami reaktivasi dan memicu gempa;
8. Memiliki gempa susulan dengan magnitudo lebih besar (M6,5) dari gempa pertama (M5,9) karena asperity (bidang bakal geser di bidang sesar) yang ukurannya lebih besar (M6,5) mengalami pecah belakangan, di antaranya akibat tekanan gempa pertama (M5,9);
9. Hasil monitoring BMKG, Senin (25/3) pukul 09.00 WIB tercatat 263 kali gempa dengan frekuensi kejadian semakin jarang;
10. Ancaman gempa merusak di Jawa Timur berasal dari sumber gempa subduksi lempeng/megathrust di selatan, sesar-sesar aktif di daratan, dan sumber-sumber gempa di Laut Jawa utara Jawa Timur.
Sementara itu, mengutip data yang dirilis pada BNPB.go.id, gempa yang terjadi pada Jumat 22 Maret 2024 pagi dan sore tersebut, berdampak pada kerusakan bangunan. Kerusakan menyasar rumah warga dan gedung fasilitas publik di beberapa wilayah di Provinsi Jawa Timur (Jatim). Ribuan tempat tinggal masyarakat mengalami kerusakan ringan hingga berat.
Total rumah rusak berjumlah 4.679 unit, terdiri dari rusak berat (RB) 774 unit, rusak sedang (RS) 1.332 dan rusak ringan (RR) 2.573. Dari total jumlah tersebut, kerusakan terbesar berada di Kabupaten Gresik.
Rincian kerusakan rumah warga di Kabupaten Gresik itu adalah rumah RB 772 unit, RS 1.330 dan RR 2.554. Sedangkan kerusakan lain terjadi di Kabupaten Tuban, Lamongan, Sidorajo, Pamekasan dan Kota Surabaya.
Selain bangunan tempat tinggal, bencana geologi ini juga mengakibatkan kerusakan pada bangunan fasilitas publik, seperti tempat ibadah, sekolah, kantor dan rumah sakit.
Total kerusakan pada bangunan fasilitas publik yaitu tempat ibadah 183 unit, sekolah 91, kantor 24 dan rumah sakit 5. Kerusakan terbesar untuk fasilitas publik tersebut berada di Kabupaten Gresik, dengan rincian sebagai berikut tempat ibadah 181 unit, sekolah 88, kantor 19 dan rumah sakit 1. BPBD masih melakukan asesmen tingkat kerusakan pada fasilitas tersebut.
Data BPBD Provinsi Jatim, total warga mengungsi berjumlah 33.535 jiwa. Rincian dari total tersebut yaitu pengungsian pada kelompok dewasa 18.531 jiwa, anak-anak 10.109 dan lansia 4.895.
Dari total jumlah pengungsian, sebaran warga mengungsi di Kabupaten Gresik berada di Kecamatan tambak, dengan rincian dewasa 9.131 jiwa, anak-anak 7.060 dan lansia 2.454. Sedangkan di Kecamatan Sangkapura dewasa 9.400 jiwa, anak-anak 3.049 jiwa dan lansia 2.451.(*/mus)
0 Komentar