Perlu Antisipasi Perang Sarung yang Menewaskan Anak

 


Oleh Dr. Jasra Putra, M.Pd

Wakil Ketua Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI)


OPINI, kiprahkita.com - Anak-anak juga paling bahagia ketika menyambut dan mengisi Ramadhan. Berbagai kegiatan, seperti lomba-lomba tema Ramadhan, khataman Al-Quran, Nuzulul Quran, Tarhib Ramadhan, takjil, jalan-jalan lepas sahur dan libur panjang sekolah.


Namun sayangnya, ada segelintir permasalahan yang seringkali mengganggu kita, dan tidak kita harapkan, terutama saat kita Shalat Subuh atau Shalat Tarawih.


Ada saja anak-anak dan remaja di sekitar rute menuju tempat ibadah, yang saling serang dengan sarungnya. Bahkan pernah ditemukan, sarungnya diisi batu dan benda tajam. Inilah yang biasa kita kenal dengan istilah perang sarung di Bulan Ramadhan.


Baru saja peristiwa perang sarung memakan nyawa di Bekasi. Tepatnya pada Jumat (15/3), seorang anak AA (17) meninggal dunia, dan seorang pelajar MAA (17) ditetapkan sebagai tersangka oleh polisi.


Begitupun di Malang, polisi menemukan senjata tajam berupa besi dan parang, dalam aksi perang sarung tersebut.


Namun ternyata peristiwa perang sarung hari ini, tidak hanya di Bekasi dan Malang. Kalau Anda ketik sarung di mesin cari google dan pilih menu berita, ternyata banyak sekali peristiwa perang sarung yang terjadi. Sangat memprihatinkan dan mengerikan.


Sarung yang harusnya jadi alat kelengkapan ibadah sholat, namun di tangan anak-anak, berubah jadi alat untuk membunuh, dengan berbagai selepetan, yang bisa membahayakan.


Kami pernah dilaporkan, seperti selepetan mengenai mata, dilakukan para remaja kepada adik adik nya di sekitar rumah ibadah, yang dianggap tidak mau sholat.  Tentu sangat berbahaya, sayangnya ketika baru melerai mereka, ada anak kecil yang meniru dan menselepetkan sarungnya. 


Ia hanya meniru, tidak tahu resikonya, hanya lihat orang dewasa. Tetapi yang orang dewasa tahu sekarang setelah melihat anak kecil itu, bahwa anak tersebut telah memiliki perilaku beresiko, yang tidak pernah ia tahu, dan ke depan akan mengancam tumbuh kembangnya.


Tentu bulan Ramadhan kita berharap kekerasan kepada anak berkurang, baik kekerasan fisik, seksual, dan kekerasan psikologis, maupun kekerasan melalui medsos dan cyber bullying.  Untuk itu sangat dibutuhkan perencanaan, agar ada antisipasi pencegahan bersama-sama.


Kita punya persoalan meningkatnya kekerasan yang dialami anak, ketika mereka libur sekolah. Karena tidak adanya yang terpanggil di daerah terdekat, untuk mengarahkan anak-anak dalam kegiatan dekat rumah dan lingkungannya.


Untuk itu, KPAI berharap sumber-sumber SDM yang kuat, seperti di lembaga zakat, ormas Islam, pesantren, dan lembaga keagamaan bisa membantu memasifkan kegiatan liburan anak selama Ramadhan, seperti pesantren kilat, yang menghindari kegiatan di jalanan. 


Yang seringkali memicu perilaku tidak bertanggung jawab, ketika ada kumpulan keramaian, apalagi di sana ada anak-anak dan remaja yang terlepas pengawasan kita.


Setiap masuk Ramadhan kita dihantui banyaknya anak-anak yang tawuran sarung. Tawuran menjadi persoalan pelik warga perkotaan, terutama saat pulang sekolah. Namun tawuran angkanya akan melonjak, karena tawuran sarung, baik saat jelang sahur atau jelang tarawih.


KPAI berharap, ada program yang dibangun di setiap masjid, musholla, lingkungan yang menghimbau dan mengajak anak-anak mengurangi tawuran.


Selain itu, penting ada informasi yang digerakkan melalui Kementerian Agama dan Kemendikbud agar materi ceramah, dibuat semacam panduan yang wajib dibacakan. Agar menjadi gerakan bersama mengurangi tawuran.


Saya kira ormas-ormas agama, seperti Nadlatul Ulama dan Muhammadiyah, bisa membuat semacam panduan untuk materi, pencegahan dan layanan kekerasan anak. Agar ada penanganan terpadu, sebagaimana yang diinginkan pemerintah dalam regulasi.


Kita berharap bulan Ramadhan kali ini, menjadi gerakan bersama, untuk membangun gerakan perlindungan anak melalui berbagai kegiatan.


KPAI juga mendorong prinsip-prinsip partisipasi anak, menjadi paling utama dalam mengajak anak ikut beribadah selama Ramadhan. Seperti banyaknya lembaga pendidikan, yang saat ini menggelar tarhib Ramadhan.


Ada pawai mengkampanyekan ajakan puasa, kegiatan kelompok dalam mengenal Ramadhan, kerja sosial bersama di tempat tempat membutuhkan, yang semuanya melibatkan, dikenalkan, diisi aktif oleh anak anak. 


KPAI sangat mengapresiasi inisiatif yang sangat baik, dalam membangun partisipasi anak jelang bulan Ramadhan.


KPAI juga berharap berbagai industri candu dikurangi peredarannya selama Ramadhan, agar tidak menjadi pemantik kondisi kondisi anak, yang sebenarnya sangat perlu dihadirkan pendampingan rutin.


Kita berharap semua tempat ibadah punya asesmen yang baik untuk jamaahnya, terutama anak, sebelum anak-anak direbut industri candu yang mudah dibeli.


Pengawasan APH, BPOM, terhadap patroli industri candu, baik langsung maupun online, tempat keramaian, menjadi kunci juga mengurangi dampak yang merugikan kepada anak selama Ramadhan.


Sebenarnya salah satu keberhasilan cegah tawuran perang sarung, sangat penting dengan kegiatan Ramadhan diisi oleh mereka, mengajak mereka, atau memberi kegiatan yang disukai anak-anak, namun dikemas dengan tema Ramadhan. 


Jadi cegah perang tawuran sarung ini, kuncinya bagaimana anak-anak terlibat aktif dan mau berpartisipasi dalam kegiatan Ramadhan yang kita rencanakan dari dekat rumah, tempat ibadah dan lingkungan.


Tentu kita berharap di daerah lain juga segera menyiapkan cegah perang sarung, agar Ramadhan kali ini bisa hikmat, khusyu, dan anak-anak selamat.***

Posting Komentar

0 Komentar