Generasi Emas Nan Mencemaskan Sekaligus Menggemaskan

Oleh Dr. Suhardin, S.Ag., M.Pd. 

Dosen Universitas Ibnu Chaldun (UIC Jakarta


“Maka, Kami memberi kabar gembira kepadanya dengan kelahiran seorang anak Ismail yang sangat santun (halim)”. (QS 37: 101).


OPINI, kiprahkita.com - Ibrahim diberikan kabar oleh Allah SWT, beliau dikarunia seorang anak yang sangat santun, berkepribadian utama, hormat dan patuh kepada orang tua, sangat baik berkomunikasi dengan orang lain, memelihara makhluk ciptaan Allah SWT. 


Itulah profile singkat seorang yang bernama Ismail, terlahir dari ibunda Hajar, seorang yang diberikan oleh raja Mesir kepada Ibrahim, atas kepiawaiannya dalam berinteraksi dengan sang raja.


Sehingga dihadiahkan seorang gadis cantik jelita, berkepribadian tinggi, berintegritas luhur, bertauhid murni kepada Allah dan sangat hormat terhadap suami. 


Beliau siap ditinggal seorang diri dalam kondisi hamil, di tengah padang pasir tandus, yang tidak memiliki perbekalan yang cukup, tetapi karena ini adalah perintah Allah yang disampaikan oleh Rasul-Nya Ibrahim AS, Siti hajar sami’na wa atha’na, dan berbaik sangka terhadap Allah SWT. 


Seorang yang berkepribadian dan berintegritas tersebut melahirkan seorang anak yang halim, Ismail AS, patuh dan thaat kepada orang tua, bapak dan ibunya, tatkala ditanya oleh Ibrahim AS, ia diperintahkan Allah SWT untuk mengorbankan Ismail.


Ia dengan tegas menjawab, lakukan apa yang diperintahkan Allah, semoga bapak menemui saya sebagai seorang yang sabar. 


Ia yakin, tidak ada kata tidak terhadap yang diperintahkan Alah terhadap hamba-Nya, dan jangan sekali-kali melakukan sesuatu yang dilarang oleh Allah SWT. 


Inilah profil generasi emas atas keberhasilan Ibrahim AS dan Siti Hajar, yang telah mengimplementasikan nilai-nilai tauhid secara nyata dalam kehidupan. 


Generasi emas terlahir dari perjalanan peradaban panjang, seperti pada masa keemasan Islam. Peradaban Islam yang gemilang atas pengamalan nilai-nilai Islam secara nyata dalam kehidupan, pada akhirnya melahirkan generasi emas, tokoh-tokoh yang berhasil menemukan berbagai mozaik peradaban Islam. 


Katakanlah Ibnu Khaldun, seorang yang terlahir dari keemasan Islam, beliau ahli sosiologi, antropologi, politik, ekonomi, sehingga pemikiran-pemikiran beliau digunakan dalam berbagai kemajuan ilmu pengetahuan sosiologi dan antropologi. 


Demikian juga Al-Kawarismi seorang pemikir muslim ahli matematika, terlahir dari kemajuan dunia Islam dalam berbagai ilmu pengetahuan. 


Bangsa Indonesia yang sudah merdeka semenjak tahun 1945, sehingga diperkirakan tahun 2045 nanti akan melahirkan generasi emas. 


Satu abad perjalanan bangsa, yang telah membangun, mengembangkan sistem pendidikan dan budaya bangsa, sehingga diharapkan pada 2045 akan melahirkan generasi emas, yang memiliki keunggulan dalam berbagai ilmu pengetahuan, unggul dalam implementasi teknologi, dan mengembangkan digitalisasi.


Mereka juga unggul dalam pengembangan berbagai perangkat hal yang memajukan kehidupan bangsa, dalam bersaing dengan bangsa-bangsa lain di dunia. 


Pendidikan yang dikembangkan dan senantiasa diinovasi, sehingga pada akhirnya mengembangkan kurikulum merdeka, dengan harapan melahirkan generasi emas tersebut. 


Generasi yang mandiri, kreatif, inovatif dan entrepreneur. Kemandirian harapan yang ditambatkan kepada generasi Z. 


Demikian juga kreatifitas dan inovatif, karena ke depan, kreatifitas individual yang senantiasa tertantang oleh problematika kehidupan, akan dapat mengembangkan hal-hal yang inovatif untuk kehidupan, dapat menciptakan hal-hal yang baru untuk kemaslahatan dan kemajuan kehidupan. 


Tetapi harapan tersebut sungguh besar, sementara realitas permasalahan generasi Z sangat problematik. 


Satu satuan pendidikan yang penulis telusuri permasalahan siswanya cukup lumayan besar, diantaranya; pertama, motivasi belajar yang sangat rendah dan minim sekali, sekalipun didengungkan merdeka belajar, literasi dan numerasi, tetapi intensitas motivasi belajar anak sangat buruk. 


Kedua, moralitas siswa sangat rendah, betapa tidak, penulis kanget, ada anak kelas tujuh yang sudah melahirkan anak di luar nikah, tentu anaknya jelas stunting, apalagi mendengar cerita anak, bahwa pergaulan bebas dan seks bebas sudah menjadi realitas nyata di tengah kehidupan siswa. 


Ada siswa yang sudah melakukan hubungan intim berbarengan dengan menyewa rumah, melakukan hubungan intim dengan tiga pasangan, membayar sewaan dengan iuran. 

Ketiga, judi online, ini menyasar segenap pihak dan berbagai lapisan sosial, termasuk pelajar, terpapar judi online. 


Pekerjaan ini mempunyai daya rusak yang sangat dahsyat, bukan hanya ekonomi, tetapi mentalitas anak rusak, karena judi menjanjikan keuntungan dengan usaha yang kecil dan hayalan keuntungan besar. 


Keempat, games. Games telah dijadikan industri pendulang devisa oleh berbagai negara, termasuk juga Indonesia, akan menjadikan game untuk industri, mendatangkan keuntangan, kapitalisasi game, sementara belum melakukan evaluasi dan penelitian yang mendalam tentang dampak sosialnya terhadap anak-anak.   


Inilah beberapa catatan penulis tentang kecemasan dan kgemasan penulis terhadap persiapan kita untuk kelahiran generasi emas. 


Itu hanyalah kasus, tetapi kasus tersebut juga ada pada satuan-satuan pendidikan yang lain juga, tetapi karena ini adalah aib satuan pendidikan, sehingga semua berusaha untuk menutupinya dengan serapat-rapatnya. 


Itu adalah refleksi dan bahan renungan kita untuk lebih merapatkan barisan untuk mempersiapkan generasi emas masa depan, yang memang rada mencemaskan dan menggemaskan.***

Posting Komentar

0 Komentar