BMKG Ajak Swasta dalam Penguatan Mitigasi Bencana

 


YOGYAKARTA, kiprahkita.com - Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Prof. Dwikorita Karnawati, mengajak pihak swasta untuk turut berkolaborasi, dalam penguatan sistem mitigasi dan pengurangan risiko bencana gempa bumi dan tsunami. 

Menurutnya, upaya mitigasi dan pengurangan risiko bencana merupakan investasi jangka panjang yang juga harus dipersiapkan dunia usaha demi menjaga keberlanjutan usaha mereka.

"Bencana alam otomatis juga akan berdampak pada sektor swasta. Maka dari itu kami mendorong keterlibatan aktif swasta dalam manajemen risiko bencana lewat penguatan aksi mitigasi untuk membangun ketahanan serta ketangguhan sosial dan ekonomi," ungkapnya.

Dwikorita menyampaikan hal itu, di sela-sela Rapat Koordinasi Peningkatan Upaya Mitigasi dan Peringatan Dini Bahaya Gempa Bumi dan Tsunami di Kawasan Bandara Yogyakarta International Airport (YIA), pekan kemarin.

Sebagai negara dengan kerentanan tinggi terhadap bencana alam, Dwikorita menegaskan, kolaborasi aksi mitigasi dan pengurangan risiko bencana antara pemerintah, masyarakat, dan sektor swasta mutlak diperlukan. 

"Sumber daya yang besar dibutuhkan untuk menyelesaikan berbagai persoalan yang kompleks terkait bencana alam," ujarnya, dikutip dari rilis Humas BMKG, diakses pada Senin (15/7) pagi.

Dwikorita juga menyebutkan contoh sukses saat Pertemuan Tahunan IMF-Bank Dunia (AM IMF-WBG) di Bali tahun 2018 lalu, yang hampir dibatalkan karena erupsi Gunung Agung. 

Berkat kesiapan sistem peringatan dini dan aksi mitigasi bencana yang baik, acara tersebut tetap berlangsung dengan aman.

Peran swasta dalam kesiapsiagaan bencana, lanjut Dwikorita, telah ditunjukkan oleh hotel-hotel di Bali yang tersertifikasi kesiapsiagaan bencana oleh BPBD dan BMKG. 

Indikatornya meliputi kelengkapan infrastruktur, pemahaman bencana, sistem peringatan dini, kemampuan merespons bencana, mitigasi bencana, dan keamanan.

"Dengan kesiapsiagaan yang tinggi, hotel-hotel tersebut siap jika sewaktu-waktu terjadi bencana alam. Hal ini perlu dicontoh oleh penyelenggara dan pelaku wisata, khususnya di daerah rawan bencana alam," imbuhnya.

Dwikorita juga menyoroti kesiapan Yogyakarta International Airport (YIA) yang dirancang untuk mampu bertahan terhadap guncangan gempa megathrust berkekuatan Magnitudo 8,7 dan aman dari tsunami. 

Bandara ini dilengkapi dengan crisis center sebagai Tempat Evakuasi Sementara dengan kapasitas menampung 2.000 orang serta terminal yang mampu menampung 10.000 orang.

Koordinator Bidang Mitigasi Gempa Bumi dan Tsunami Suci Dewi Anugrah menambahkan, sektor swasta harus terlibat aktif dalam upaya mitigasi bencana. 

Hotel-hotel di kawasan rawan bencana perlu melakukan assessment terkait struktur bangunan, SOP kedaruratan, dan metadata aset, serta melengkapi rambu evakuasi dan meningkatkan kapasitas respon bencana tanpa menunggu program dari BMKG atau instansi lain.

"Hotel juga perlu memiliki kapasitas dalam merespons natural warning serta menerima informasi peringatan dini. Bandara YIA dan Ngurah Rai sebagai tempat evakuasi tsunami dapat diakses oleh masyarakat dan telah mendapat apresiasi internasional," pungkasnya.(*/mus)

Posting Komentar

0 Komentar