Menjadi Warga Muhammadiyah: Identitas, Panggilan, dan Jihad Pergerakan

Oleh Kasman Katik Sulaiman

Warga Muhammadiyah dan tinggal di Sungai Penuh..

SUNGAI PENUH, kiprahkita.com Apa yang membuat seorang Warga Muhammadiyah layak membanggakan eksistensi dirinya? Apakah cukup dengan memiliki Nomor Baku Muhammadiyah (NBM) sebagai formalitas administratif? Ataukah sekadar memenuhi syarat untuk menduduki struktur kepemimpinan atau bergabung dalam Amal Usaha Muhammadiyah?

Kasman Katik Sulaiman


Jika keanggotaan dipahami sebatas itu, maka sungguh ringan timbangan amal seorang warga terhadap Persyarikatan. Muhammadiyah tidak dibangun oleh kartu keanggotaan, melainkan oleh kesungguhan pengabdian dan keikhlasan berjuang.

Menjadi Warga Muhammadiyah pada hakikatnya adalah memenuhi panggilan Allah, sebagaimana tertuang dalam ajaran Al-Qur’an. Ia adalah panggilan dakwah yang menghidupkan, bukan sekadar identitas sosial. Panggilan untuk menjadi penggerak amar ma’ruf nahi munkar, menghadirkan Islam sebagai rahmat, dan membumikan nilai-nilai tauhid dalam kehidupan nyata.

Panggilan dakwah itu meniscayakan pengorbanan dan kesungguhan, yang dalam istilah Al-Qur’an disebut jihad. Jihad dengan diri, waktu, tenaga, ilmu, dan harta yang dititipkan Allah kepada kita. Sebagaimana firman Allah dalam Surah Ash-Shaff ayat 10–11: “Wahai orang-orang yang beriman, maukah Aku tunjukkan kepada kalian suatu perniagaan yang dapat menyelamatkan kalian dari azab yang pedih? (Yaitu) kalian beriman kepada Allah dan Rasul-Nya serta berjihad di jalan Allah dengan harta dan jiwa kalian.”

Inilah ruh Muhammadiyah: dakwah yang berkemajuan, gerakan yang menuntut kesungguhan, bukan sekadar kebanggaan simbolik. Menjadi Warga Muhammadiyah berarti siap berjuang, memberi, dan menyalakan cahaya Islam dalam kehidupan umat dan bangsa. 

KH. Ahmad Dahlan pernah menegaskan bahwa Islam harus diamalkan, bukan sekadar dihafalkan. Muhammadiyah lahir sebagai gerakan amal, bukan sekadar organisasi identitas. Karena itu, menjadi Warga Muhammadiyah berarti siap terlibat, siap berkorban, dan siap berjuang demi tegaknya nilai Islam yang mencerahkan.

Di sinilah letak kebanggaan sejati seorang Warga Muhammadiyah: bukan pada kartu keanggotaan, tetapi pada kesungguhan jihad dan amal nyata dalam Persyarikatan. Kasman Katik Sulaiman*

Posting Komentar

0 Komentar