PADANG, kiprahkita.com - Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Sumatera Barat, disingkat PWM Sumbar, menetapkan target 2.000 mubaligh bersertifikat atau bersyahadah dalam periode ini.
Mubaligh bersertifikat ini, maksudnya adalah mereka yang telah mengikuti pendidikan dan pelatihan (diklat) yang diselenggarakan oleh setiap Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Majelis Tabligh.
Hal ini disampaikan oleh Koordinator Bidang Tabligh PWM Sumatera Barat, Drs. H. Apris, MM, dalam acara Pelatihan Instruktur Mubaligh Muhammadiyah Tingkat Wilayah (PIMMWIL) yang diadakan oleh PWM Majelis Tabligh Wilayah Sumatera Barat.
Acara tersebut berlangsung dari tanggal 18 hingga 21 Juli 2024 di Balai Besar Penjaminan Mutu Pendidikan Air Tawar, Padang.
Apris, yang juga sekretaris PWM Sumbar menjelaskan, target mubaligh bersertifikat ini didasarkan pada jumlah cabang Muhammadiyah di Sumbarm ditambah dengan jumlah pimpinan daerah Muhammadiyah se-Sumbar.
Menurut ketentuan Anggaran Rumah Tangga Muhammadiyah pasal 6, ujarnya, setiap cabang Muhammadiyah setidaknya memiliki 10 mubaligh yang tergabung dalam Muhammadiyah cabang, dan setiap daerah kabupaten/kota memiliki minimal 15 mubaligh yang tergabung dalam korps mubaligh Muhammadiyah tingkat daerah. Jika dihitung, totalnya mendekati 2000 orang.
Apris optimis target ini dapat tercapai, terutama karena upaya awal sudah dilakukan dengan mengadakan pelatihan instruktur mubaligh yang sedang berlangsung saat ini.
Pelatihan tersebut diikuti oleh utusan dari 19 daerah kabupaten/kota di Sumatera Barat serta utusan dari PWM Majelis Tabligh Muhammadiyah Sumatera Barat, dengan total peserta sebanyak 60 orang.
Diharapkan, katanya, instruktur yang telah dilatih selama 4 hari 3 malam ini akan dapat menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan bagi mubaligh Muhammadiyah di daerah masing-masing sehingga target dapat tercapai.
Apris menekankan pentingnya pemberdayaan mubaligh, karena Muhammadiyah sebagai organisasi Islam yang bergerak dalam bidang dakwah Amar Ma'ruf Nahi Munkar, sejak awal berdiri, selalu melibatkan mubaligh dalam kegiatan tabligh.
Peningkatan kapasitas dan kuantitas mubaligh ini juga berhubungan erat dengan pertumbuhan dan perkembangan cabang dan ranting Muhammadiyah.
"Menurut ketentuan organisasi Muhammadiyah, setiap cabang dan ranting harus secara periodik dan berkala mengadakan pengajian untuk pimpinan dan anggota minimal sekali sebulan," katanya.
Ketika pengajian ini berjalan dengan tertib dan teratur dengan mubaligh yang terlatih, perkembangan Muhammadiyah di tingkat cabang dan ranting akan signifikan, mempercepat kemajuan dan perkembangan Muhammadiyah.
Apris mengajak pimpinan Muhammadiyah di daerah, untuk mendorong instruktur yang telah mengikuti pelatihan agar segera menginisiasi pelatihan mubaligh di daerah masing-masing setelah mereka kembali.
"Tanpa dukungan dari pimpinan daerah, program ini akan sulit terlaksana," katanya.(rel/mus)
0 Komentar