![]() |
Angkatan Siber (AS) Tentara Nasional Amerika Serikat.(goarmy.com) |
JAKARTA, kiprahkita.com - Tentara Nasional Indonesia Angkatan Siber (TNI-AS), kini sudah sangat dibutuhkan selain TNI-AD, TNI-AU, dan TNI-AL.
Pasalnya, dunia saat ini tengah memasuki era Military Internet of Things (MIoT) atau Battlespace Internet of Things (BioT), di mana operasi militer dapat dikendalikan dari jarak yang sangat jauh dengan cepat, tepat, dan akurat.
Di tengah perkembangan ini, sektor pertahanan negara di berbagai belahan dunia, termasuk Timur Tengah dan Eropa, menghadapi kondisi yang semakin memprihatinkan.
Peperangan terbuka kian meluas, dan mengancam keselamatan warga sipil di kawasan konflik.
Ancaman perang dunia yang kini menjadi pembicaraan nyata, semakin memperkuat urgensi bagi Indonesia untuk bersiap menghadapi kemungkinan terburuk.
Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) Republik Indonesia Bambang Soesatyo, dalam pidato pengantar Sidang Bersama DPR dan DPD RI pada Jumat (16/8/2024), menekankan pentingnya mempersiapkan pembentukan matra keempat TNI itu, yakni TNI-AS.
“Menghadirkan angkatan siber ditujukan untuk memperkuat matra yang sudah ada, yakni TNI Angkatan Darat, TNI Angkatan Laut, dan TNI Angkatan Udara. Itu penting mengingat posisi geopolitik Indonesia sangat rawan,” ujarnya, dikutip dari laman indonesia.go.id, Ahad (18/8).
Menurut Bambang, kerawanan tersebut timbul karena Indonesia berhadapan langsung dengan trisula negara persemakmuran Inggris—Malaysia, Singapura, dan Australia—yang tergabung dalam Five Power Defense Arrangements (FPDA), bersama Selandia Baru dan Britania Raya.
Selain itu, Indonesia juga berada di tengah arena pertarungan geopolitik antara Rusia, Amerika Serikat, dan Tiongkok.
Wacana pembentukan TNI Angkatan Siber ini, sebelumnya telah diusulkan oleh Gubernur Lembaga Ketahanan Nasional (Lemhannas), Andi Widjajanto. Usulan tersebut disampaikan secara rinci dalam Seminar Nasional Ketahanan Nasional Transformasi Digital Indonesia 2045 yang digelar di Jakarta, Selasa (8/8/2023).
Andi menekankan, invasi atau penyerangan ke suatu negara tidak lagi selalu dilakukan melalui armada perang dan persenjataan, melainkan melalui peperangan siber (cyber warfare).
Inspirasi pembentukan angkatan baru ini datang dari Singapura yang telah membentuk Digital and Intelligence Service sebagai angkatan keempat militer mereka.
Singapura mempersiapkan pembentukan angkatan siber ini selama tujuh tahun sebelum akhirnya meresmikannya pada Oktober 2022.
Dengan kekuatan awal 3.000 pasukan pada 2023, angkatan tersebut diproyeksikan akan berkembang menjadi 12.000 pasukan dalam delapan tahun mendatang.
Di Indonesia, usulan pembentukan TNI Angkatan Siber masih berada pada tahap awal.
Meski demikian, beberapa kementerian dan lembaga (K/L) sudah memiliki unit siber masing-masing. Kementerian Pertahanan dan TNI, misalnya, telah membentuk unit siber.
Begitu juga dengan Kepolisian. Selain itu, Badan Sandi dan Siber Negara (BSSN) juga telah berdiri sebagai bagian dari upaya perlindungan siber nasional.
Dengan pesatnya perkembangan teknologi dan ancaman siber yang semakin nyata, pembentukan TNI Angkatan Siber menjadi sebuah kebutuhan yang mendesak bagi Indonesia.
Matra keempat ini diharapkan dapat melengkapi kekuatan TNI dalam menjaga kedaulatan negara di era digital dan menghadapi ancaman dari berbagai penjuru dunia.(indonesia.go.id)
0 Komentar