Oleh Dr. Suhardin, S.Ag., M.Pd.
Sekretaris LPLH dan SDA MUI Pusat
“Sungguh bagi kaum Saba’ ada tanda (kebesaran Tuhan) di tempat kediaman mereka yaitu dua buah kebun di sebelah kanan dan kiri, (kepada mereka dikatakan), “Makanlah olehmu dari rezeki yang dianugerahkan Tuhanmu dan bersyukur kepada-Nya. Negerimu adalah negeri yang baik (nyaman) sedang (Tuhanmu) adalah Tuhan yang maha pengampun” Qs. Saba (34) ayat 15
OPINI, kiprahkita.com - Ayat ini pembelajaran yang sesungguhnya dapat dipetik oleh berbagai bangsa di dunia ini, dimana Allah SWT memberikan keberkahan kepada masyarakat yang benar-benar bersyukur terhadap nikmat yang diberikan-Nya.
Jika mengalami kesalahan dan kekhilafan atas sesuatu hal, dapat bertaubat dan tidak mengulangi kembali kesalahan yang demikian itu, karena Allah SWT maha pengampun lagi penerima taubat hamba-Nya.
Pada bangsa yang menempati sebuah teritorial tertentu dianugerahkan oleh Allah SWT sumber daya alam, yang dapat dimanfaatkan dengan sedemikian rupa untuk memenuhi kebutuhan hidup warganya, dalam rangka memberikan kesejahteraan dan penghidupan yang layak.
Sumber daya alam (natural resources) tersebut bisa dalam bentuk yang tidak dapat diperbaharui lagi (un-renewable natural resources); tambang dan sumber daya dari galian.
Ada juga sumber daya alam yang dapat diperbaharui (renewable natural resources); hutan (forestry), lautan, sungai dan danau, semuanya dapat diremajakan kembali untuk keberlangsungan sumber daya alam.
Pada sumber daya alam yang tidak diperbaharui, peran manusia sebagai pengeksploitasi, memperhitungkan dampak dari pekerjaan yang dilakukan, penambangan, penggalian, pemindahan sumber daya tersebut, semenjak dari faktor ekologis, sosiologis, antropolis dan ekonomis yang terkait dan terikat pada lokus penggalian dan pengolahan sumber daya itu.
Manusia yang mengelola berusaha untuk meminimalisasi dampak lingkungan terhadap pekerjaan yang tengah dilakukan.
Pada sumber daya alam yang dapat diperbaharui mencoba untuk mengambil manfaat dari seumber daya tersebut dan kembali meremajakan lagi, agar sumber daya tersebut dapat dimanfaat untuk jangka panjang generasi manusia secara turun temurun.
Sehingga tidak terbatas hanya pada tujuh turunan, pada turunan kedelapan mengalami kemiskinan dan tidak memiliki apa-apa lagi untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.
Hal inilah yang dilakukan oleh masyarakat Saba yang digambarkan oleh Allah pada surat Saba ayat lima belas tersebut, dimana mereka berusaha untuk melakukan proses managerial sumber daya alam, dengan memanfaatkan bendungan yang dinamakan dengan Arim, berusaha untuk mengkanalisasi air dengan secara adil dan merata.
Sehingga aliran air memiliki tingkat kesuburan yang luar biasa, menjadikan bangsa Saba memiliki kekayaan sumber daya alam yang sangat berlebih untuk kebutuhan masyarakatnya.
Mereka melakukan ekspor ke luar negeri dalam rangka menghasilkan devisa Negara.
Surplus ekspor dilakukan untuk pembangunan negaranya dalam bentuk infrastruktur dan pasukan bersenjata yang canggih dan kuat, sehingga Negara Saba menjadi Negara yang disegani oleh berbagai Negara yang ada disekitarnya.
Kesyukuran terhadap nikmat yang diberikan Allah SWT, diimplementasikan dalam bentuk pengelolaan Negara yang managerialis, kepemimpinan yang meritokrasi, keadilan sosial bagi segenap masyarakatnya, perlindungan terhadap jiwa dan harta benda warganya.
Kebebasan dan jamiman berubudiah kepada Allah SWT, kesempatan dalam mengembangkan diri, dan memberikan penguatan peran keluarga dalam menciptakan generasi-generasi yang kuat, cerdas, terampil dan unggul dalam rangka menciptakan bangsa yang bermartabat dan Negara yang berdaulat.
Tetapi di balik kesukuran tersebut, banyak diantara warganya yang mengalami kekufuran akibat, banyaknya nikmat yang diberikan oleh Allah SWT.
Sehingga diantara mereka melakukan kemusyrikan, mempertuhankan harta benda, kekuasaan, kekuatan diri dan kekuatan sosial politik yang dimilikinya.
Diantara warga sudah melakukan keserakahan sumber daya alam, tidak peduli lagi dengan masyarakat miskin, kesombongan mencapai puncak tertinggi dalam kehidupan sosial, maka disaat demikian itulah Allah SWT menimpakan azab, dengan memporak porandakan bangsa Saba.
Allah menghancurkan sumber daya alam yang mereka banggakan tersebut, sehingga tidak mendatangkan manfaat lagi, malah sumber daya yang menghasilkan kepahitan untuk kehidupan diri dan masyarakatnya.
“Tetapi mereka berpaling maka kami kirim kepada mereka banjir yang besar dan kami ganti kedua kebun mereka dengan kedua kebun yang ditumbuhi (pohon-pohon) yang berbuah pahit, pohon asl dan sedikit pohon sidr.
Demikianlah Kami memberi balasan kepada mereka karena kekafiran mereka. Dan kami tidak menjatuhkan azab (yang demikian itu), melainkan hanya kepada orang-orang yang sangat kafir”. QS. Saba’ (34) ayat 16-17
Peristiwa ini pembelajaran yang sangat penting dihayati dan direnungi dalam rangka kita memperingati kemerdekaan ini.
Bangsa kita dianugerahkan Allah sumber daya alam yang kaya raya. Indonesia dikenal sebagai salah satu negara yang kaya akan sumber daya alam (SDA).
Letaknya yang strategis di sepanjang garis khatulistiwa dan memiliki wilayah yang luas, terdiri dari pulau-pulau besar dan kecil.
Kekayaan alam ini mencakup berbagai jenis sumber daya yang dapat dimanfaatkan untuk kesejahteraan masyarakat, ekonomi nasional, serta sebagai kekayaan global.
Diantara sumber daya tersebut, hutan tropis dan hutan produksi memiliki kenakaragaman hayati yang sangat tinggi (biodiversity).
Pertambangan dan mineral diantaranya; batubara, minyak bumi, gas alam, nikel, emas, tembaga dan bouksit. Pertanian dan pekebunan, sawit, karet, kopi, kako dan padi.
Kelautan dan perikanan; berbagai jenis ikan, terumbu karang, dan rumput laut. Energi terbarukan; panas bumi, tenaga air, tenaga surya, tenaga angina dan ombak.
Flora dan Fauna meliputi kenakeragaman spesies dan tumbuhan obat. Dan sumber daya air, sungai danau, setu dan air terjun/air mancur.
Kekayaan alam ini membuat bangsa lain tergiur, sehingga datang dalam bentuk perusahaan dagang. Mereka berusaha mendekati para penguasa, pengusaha, tokoh masyarakat untuk mendapatkan akses terhadap kekayaan kita.
Mereka mencoba untuk bersikap ramah demi untuk mendapatkan tempat untuk bermukim, tempat untuk berusaha dan tempat untuk memobilisasi kekayaan alam kita.
Pada tanggal 17 Agustus 1945, atas berkat rahmat Allah SWT dan didorong oleh keinginan yang luhur, para pejuang dan pendiri bangsa bertekad untuk memerdekakan Negara kita tercinta ini, agar merdeka, berdaulat dan mandiri.
Penjajahan terang dan jelas bertentangan dengan nilai luhur, bertentangan dengan hak azazi manusia, bertentangan dengan peri kemanusiaan, dan bertentangan dengan prinsip keadilan.
Bangsa merdeka dan berdaulat mengharuskan untuk dapat membuktitikan mengelola sumber daya alam yang demikian kaya ini dengan benar.
Pengelolaan SDA yang managerial, dipastikan menghasilkan kesejahatreraan rakyat, kekuatan Negara yang diperhitungkan.
Burung garuda akan menjadi symbol yang disegani oleh Negara lain di berbagai belahan bumi ini.
Pimpinan bangsa menjadi pemimpin yang menjadi panutan pemimpin dunia, rakyat makmur sejahtera serta bahagia berada di atas tanah kelahirannya, tidak perlu lagi merantau ke negara lain menjadi pekerja imigran untuk menghasilkan devisa negara.
Tetapi berbagai penduduk di berbagai negara dunia, datang ke Indonesia menjadi tamu untuk mendapatkan kehidupan yang makmur dan bahagia, sebagai bagian dari kesalehan Negara untuk kemanusiaan yang universal.
Tetapi kenyataan yang dihadapi banyak warga kita menjadi pekerja imigran, angka kemiskinan masih tinggi, angka stunting masih membengkak, pengangguran generasi Z ada di hadapan mata.
Penguasaan sumber daya masih terbatas untuk kalangan tertentu, kebijakan dan keberpihakan pemimpin belum dirasakan oleh masyarakat kecil, kecuali hanya membagikan sembako tatkala ada keperluan dan hajat tertentu.
Semoga kita tidak sampai pada ayat 16-17 surat saba tersebut, menjadi bangsa yang berpaling dan diberikan azab oleh Allah SWT.
Allah hanya akan mengazab bagi kaum yang kafir, bertolak belakang dari kesyukuran terhadap nikmat-Nya. ***
0 Komentar