Erupsi Gunung Marapi, Gempa Bumi, dan Galodo: Menghadapi Alam dengan Kesiagaan dan Kewaspadaan

 Erupsi Gunung Marapi: Menghadapi Alam dengan Kesiagaan dan Kewaspadaan

PADANG PANJANG, kiprahkita.com Gunung Marapi di Sumatera Barat kembali menunjukkan aktivitas vulkaniknya pada Rabu (16/7) lalu, dengan erupsi yang terjadi pukul 10.42 WIB. Letusan ini memuntahkan kolom abu berwarna kelabu dengan intensitas tebal, membumbung hingga ±1.200 meter di atas puncak. Arah sebaran abu mengarah ke timur laut, menandakan bahwa wilayah sekitar lereng gunung perlu kembali meningkatkan kewaspadaan.

Foto Erupsi 16/7: Nova Indra

Peristiwa ini sekali lagi mengingatkan bahwa Indonesia adalah negeri yang berdiri di atas cincin api Pasifik—daerah yang kaya sumber daya alam, tetapi juga rawan bencana geologi seperti gempa dan letusan gunung berapi, juga Galodo. Gunung Marapi, salah satu gunung api paling aktif di Sumatera, adalah bagian dari dinamika alam tersebut. Ketika ia meletus, bukan hanya lanskap yang berubah, tetapi juga kehidupan sosial masyarakat di sekitarnya.

Menurut laporan dari Pos Pengamatan Gunung Marapi, aktivitas erupsi masih berlangsung. Pengamat gunung api, Teguh Purnomo, menyampaikan imbauan agar masyarakat tetap tenang namun siaga, serta mematuhi arahan dari pihak berwenang. Pesan ini sangat penting, karena kepanikan atau kelalaian justru sering memperburuk dampak dari bencana yang terjadi.

Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) pun mengeluarkan serangkaian rekomendasi yang perlu diperhatikan secara serius oleh masyarakat. Di antaranya adalah larangan keras untuk mendekati kawasan dalam radius 3 km dari kawah aktif, imbauan penggunaan masker saat hujan abu, serta kewaspadaan terhadap potensi banjir lahar yang bisa terjadi sewaktu-waktu, terutama saat musim hujan.

Kesiapan masyarakat dalam menghadapi letusan seperti ini sangat bergantung pada dua hal utama: akses informasi yang akurat dan kedisiplinan dalam mengikuti protokol keselamatan. Dalam situasi krisis, informasi yang benar adalah penyelamat, sementara informasi palsu (hoaks) bisa menjadi racun yang mempercepat kepanikan. Oleh karena itu, menjaga saluran komunikasi yang jernih dan tepercaya menjadi tugas bersama—baik pemerintah, media, maupun warga.

Erupsi Marapi bukan hanya peristiwa alam, tetapi juga ujian bagi sistem mitigasi bencana kita. Bagaimana pemerintah lokal merespons, bagaimana masyarakat bergerak, serta bagaimana koordinasi antarinstansi dijalankan akan sangat menentukan besarnya dampak yang ditimbulkan. Semakin terlatih masyarakat menghadapi bencana, semakin kecil pula risiko korban jiwa dan kerugian material.

Di balik letusan yang tampak menakutkan, Gunung Marapi juga menyimpan hikmah: bahwa manusia harus hidup berdampingan dengan alam, bukan menguasainya. Alam bukan musuh, melainkan kekuatan yang harus dihormati. Dengan kesiapsiagaan yang berbasis ilmu, budaya tangguh bencana, dan solidaritas sosial, masyarakat dapat bertahan bahkan tumbuh lebih kuat di tengah ancaman alam yang tak terelakkan.

Gempa Bumi pada 18/7

Tak lama sesudah erupsi diiringi pula oleh gempa bumi pada 18/7 lalu. Gempa ini berpusat di Pasaman Barat dan terasa kuat hingga ke Kota Padang Panjang sebagai daerah perlintasan gempa yang disebut patahan semangka. Tepatnya di sejajaran Bukit Tui dan Bukit Barisan yang melingkari kota ini. Gempa itu memang cukup kuat 5,3 SR. Dengan kedalaman 20 km, 0,27 LS, dan 99.06 BT.

PERATURAN BNPB Nomor 6 Tahun 2022 tentang Klaster Logistik Penanggulangan Bencana, dipahami sebagai langkah penanggulangan bencana yang efektif dan efisien, perlu pelibatan multipihak.

Secara global, Klaster Logistik adalah mekanisme koordinasi yang dibentuk oleh Komite Tetap Antar-Lembaga (IASC), untuk memastikan respons darurat yang efisien dan efektif. Pendekatan klaster diusulkan sebagai cara mengatasi kesenjangan dan memperkuat efektivitas respons kemanusiaan melalui kemitraan.

Klaster Logistik merupakan salah satu badan koordinasi sektoral yang berperan penting dalam tanggap darurat. Tujuan utama terbentuknya Klaster Logistik Penanggulan Bencana, adalah untuk menyatukan langkah antarorganisasi dan sektor dalam upaya mitigasi, penanganan, serta masa pemulihan pascabencana. Kolaborasi dalam kesiagaan dan kewaspadan terhadap tiga bencana di Kota ini memang sangat urgen. (NI/Yus MM)*

Posting Komentar

0 Komentar